Rabu, 29 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

NATO: Rusia Sedang Bangun Markas Nuklir Terbesar di Dunia di Kutub Utara yang Mengarah ke Amerika

Norwegia, negara pendiri NATO menyebut, kalau Rusia membangun gudang senjata nuklir terbesar di dunia di Kutub Utara, Diarahkan ke AS

Mikhail KLIMENTYEV / POOL / AFP
Foto yang didistribusikan oleh badan negara Rusia Sputnik ini menunjukkan kapal selam nuklir Imperor Alexander III yang baru selama upacara pengibaran bendera yang dipimpin oleh Presiden Rusia di pelabuhan Arktik Severodvinsk pada 11 Desember 2023. 

Sandvik berpendapat bahwa jika terjadi perang dengan NATO, Rusia kemungkinan akan menargetkan Bear Gap, yang memisahkan pulau Svalbard dari daratan Norwegia, bersama dengan GIUK Gap antara Inggris, Islandia, dan Greenland.

Ia berkata:

"Putin perlu membangun apa yang disebut pertahanan Bastion. Ia perlu mengendalikan Bear Gap untuk memastikan ia dapat menggunakan kapal selamnya dan Armada Utara. Dan ia ingin mencegah sekutu [NATO] mengakses GIUK Gap."

Dalam konteks geopolitik, NATO terseret dalam putaran perang Rusia dan Ukraina karena menilai Moskow tidak akan berhenti pada invansi ke Kiev.

Sebaliknya, Rusia menyatakan negara-negara NATO sudah terjun langsung ke perang lewat dukungan persenjataan mereka ke Ukraina.

Konflik yang dimulai pada 2022 sudah memakan banyak korban jiwa di kedua kubu.

Terbaru, setidaknya tujuh orang tewas pada hari Rabu akibat serangan pesawat nirawak massal di Ukraina. 

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan serangan tersebut menghantam "kota-kota biasa" dan infrastruktur energi.

Kutipan Pernyataan

Dalam wawancara tersebut, Sandvik berkomentar: 

"Meskipun Putin mengalami kerugian besar di Ukraina – ia telah kehilangan satu juta tentara – Armada Utara masih utuh. Dan mereka sedang mengembangkannya."

"Mereka memiliki fregat baru dan kapal selam multiperan baru, yang baru dikembangkan dalam dua tahun terakhir. Hal yang paling mengancam Rusia saat ini adalah kapal selamnya. Meskipun Rusia tidak mampu menang di Ukraina, ancaman hulu ledak nuklir dan kapasitas serangan kedua dari sini [Semenanjung Kola] tetap menjadikan mereka negara adidaya," tambah Sandvik.

Dalam sebuah artikel tahun 2018, Jamie Kwong, yang saat itu menjabat sebagai asisten peneliti di Royal United Services Institute yang berbasis di London, menulis:

"Sejak awal tahun 1950-an, para perencana militer AS bekerja sama dengan rekan-rekan mereka di Kanada untuk menempatkan sistem radar di ujung utara guna mendeteksi serangan Soviet yang akan datang. Uni Soviet menempatkan Armada Utaranya di Semenanjung Kola untuk alasan yang sama, yang mendorong patroli kapal selam nuklir secara berkala di bawah permukaan es Arktik oleh Soviet, Amerika, dan Inggris."

Apa yang Terjadi Selanjutnya?

Moskow menunjukkan sedikit tanda akan mengakhiri perang di Ukraina yang berarti ketegangan dengan Barat kemungkinan akan tetap tinggi.

Baca juga: Rusia Sebut NATO Sudah Memulai Perang Nuklir Gegara Polandia Rayu AS Minta Rudal

Potensi bentrok langsung Rusia-NATO juga kian tinggi terutama jika Kiev diberi akses ke sistem persenjataan yang lebih canggih seperti rudal Tomahawk.

 

(oln/nw/*)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved