Selasa, 28 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Netanyahu Mau Israel yang Tentukan Negara Mana Saja yang Boleh Kirim Tentara ke Gaza

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menginginkan Israel yang menentukan negara mana saja yang boleh kirim tentara di Gaza.

Penulis: Whiesa Daniswara
Facebook GPO
PIDATO BENJAMIN NETANYAHU - Foto yang diambil dari Facebook GPO, Kamis (2/10/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato di Israel setelah kembali dari kunjungannya ke Amerika Serikat pada Rabu (1/10/2025). Netanyahu menegaskan bahwa Israel berhak memutuskan pasukan internasional mana yang dapat atau tidak dapat diterima untuk bekerja sama. 

Militer Israel mengklaim individu tersebut adalah anggota Jihad Islam yang sedang merencanakan serangan terhadap pasukan Israel.

Gencatan senjata yang didukung AS antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas telah berlaku sekitar dua tahun sejak pecahnya perang di Jalur Gaza.

Namun, kedua belah pihak saling menuduh melakukan pelanggaran.

Meskipun Israel mengklaim menargetkan anggota Jihad Islam, kelompok militan Palestina tersebut mengeluarkan pernyataan yang menyebut klaim Israel mengenai rencana serangan itu sebagai "tuduhan palsu belaka".

Saksi mata di lokasi kejadian melaporkan melihat serangan drone menghantam sebuah mobil hingga terbakar.

Tenaga medis setempat menyebutkan empat orang terluka dalam insiden tersebut, namun tidak ada laporan segera mengenai korban jiwa.

Selain itu, saksi mata juga melaporkan tank-tank Israel menembaki area timur Kota Gaza.

Di tengah ketegangan gencatan senjata, beberapa media Israel menyebut adanya kebijakan baru yang memungkinkan pejabat Mesir memasuki Jalur Gaza.

Kebijakan yang sebelumnya melarang masuknya pasukan asing ini bertujuan untuk membantu menemukan jenazah para sandera yang ditawan oleh Hamas dalam serangan 7 Oktober 2023.

Baca juga: Trump Ultimatum Netanyahu, Ancam Cabut Dukungan untuk Israel jika Nekat Caplok Tepi Barat

Sesuai perjanjian gencatan senjata, Hamas berjanji untuk mengembalikan semua sandera yang mereka culik, namun jenazah 13 sandera masih berada di dalam wilayah kantong tersebut.

Di ranah politik domestik, keputusan Netanyahu untuk menerima gencatan senjata yang ditengahi AS telah melemahkan koalisi pemerintahannya yang berhaluan sayap kanan.

Para sekutu garis keras Netanyahu mengecam keras perjanjian tersebut, menuntut agar militer tetap mempertahankan kendali atas seluruh Jalur Gaza.

Analisis politik menyebutkan, dengan tidak adanya mayoritas mutlak di parlemen, fokus Netanyahu saat ini beralih pada pemosisian diri untuk memenangkan pemilihan umum berikutnya, bahkan jika harus diadakan lebih awal.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved