Kamis, 30 Oktober 2025

WHO Kutuk Pembantaian Pasien Rumah Sakit di Sudan, 460 Nyawa Dihabisi

Di tengah kekacauan itu, ancaman penyakit juga meningkat. Wabah kolera menyebar cepat karena minimnya air bersih. 

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Tangkap layar YouTube Al Jazeera English)
PEMBUNUHAN DI SUDAN - Apa itu kelompok atau militan RSF? Disebut lakukan pembunuhan sadis hingga tewaskan warga Sudan. (Tangkap layar YouTube Al Jazeera English) 

Ringkasan Berita:
  • Tragedi kemanusiaan yang terjadi di El Fasher, Darfur Utara, Sudan
  • Lebih dari 460 pasien dan pendamping di RS bersalin dilaporkan ditembak dan dibunuh pada 28 Oktober 2025
  • Sistem layanan medis di Sudan terpuruk akibat perang

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dunia kembali berduka melihat tragedi kemanusiaan yang terjadi di El Fasher, Darfur Utara, Sudan

Di tengah konflik berkepanjangan, laporan pembunuhan terhadap pasien dan warga sipil di sebuah rumah sakit memunculkan gelombang kecaman internasional.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan dengan tegas kemarahannya atas insiden tersebut. 

Lebih dari 460 pasien dan pendamping dilaporkan ditembak dan dibunuh pada 28 Oktober 2025 di Rumah Sakit Bersalin Saudi, satu-satunya fasilitas kesehatan yang masih beroperasi sebagian di kawasan itu.

Serangan itu bukan yang pertama. Dalam satu bulan terakhir, rumah sakit yang sama telah diserang hingga empat kali, menewaskan tenaga kesehatan dan mengguncang sistem layanan medis yang sudah terpuruk akibat perang.

Baca juga: Apa Itu RSF? Militan yang Lakukan Pembunuhan Sadis, Tewaskan 1.500 Warga Sudan Selama 3 Hari

“WHO mengutuk serangan mengerikan ini terhadap perawatan kesehatan dengan kata-kata yang paling keras dan menyerukan penghormatan terhadap kesucian perawatan kesehatan sebagaimana diamanatkan oleh Hukum Humaniter Internasional,” tegas WHO dalam pernyataan resminya, Kamis (30/10/2025). 

Situasi di El Fasher kini berada pada titik kritis. 

Sekitar 260.000 warga masih terjebak tanpa akses makanan, air bersih, dan layanan kesehatan. 

Dalam beberapa hari terakhir, 28.000 orang telah mengungsi, mayoritas perempuan dan anak-anak, menuju wilayah pedesaan dan kota terdekat, termasuk Tawila.

Di tengah kekacauan itu, ancaman penyakit juga meningkat. Wabah kolera menyebar cepat karena minimnya air bersih. 

Tahun ini saja, El Fasher mencatat 272 kasus dugaan kolera dan 32 kematian, dengan tingkat fatalitas hampir 12 persen. 

Di seluruh Darfur, jumlah kasus mencapai 18.468 dengan 662 kematian.

“Meningkatnya kekerasan, kondisi pengepungan, serta kelaparan dan penyakit menewaskan warga sipil, termasuk anak-anak, dan menghancurkan sistem kesehatan yang sudah rapuh,” kata WHO.

Kelangkaan pangan semakin memperburuk keadaan. Banyak keluarga tidak lagi memiliki persediaan makanan, sementara akses ke pasar tertutup total.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved