AS Dekati Militer China, tapi Juga Ajak ASEAN Bersatu Hadapi Tiongkok
AS ingin membangun jalur komunikasi militer dengan China untuk atasi konflik dan masalah, di saat yang sama juga merayu ASEAN untuk lawan China.
Ringkasan Berita:
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) dan China berencana membangun saluran komunikasi militer-ke-militer untuk meredakan konflik dan meredakan potensi masalah.
Sebelumnya, Menteri Perang AS Pete Hegseth menulis dalam sebuah postingan di X, ia mengadakan "pertemuan positif" dengan Menteri Pertahanan Nasional China Laksamana Dong Jun, setelah pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Pemimpin China Xi Jinping.
Dalam pembicaraan mereka, kedua pemimpin pertahanan sepakat jalan terbaik bagi AS dan China untuk maju adalah dengan perdamaian, stabilitas, dan hubungan baik.
"Laksamana Dong dan saya juga sepakat bahwa kita perlu membangun jalur militer-ke-militer untuk meredakan konflik dan meredakan masalah yang muncul. Kita akan segera mengadakan pertemuan lebih lanjut tentang hal itu. Tuhan memberkati China dan AS!" tulis Hegseth, Sabtu (1/11/2025).
AS Ajak ASEAN Bersatu Hadapi China
Sebelumnya, Menteri Perang AS Pete Hegseth menghadiri pertemuan terpisah di Malaysia dengan para pemimpin pertahanan dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), di mana ia mendesak ASEAN untuk melawan tindakan agresif China di Laut Cina Selatan.
"Klaim teritorial dan maritim China yang luas di Laut Cina Selatan bertentangan dengan komitmen mereka untuk menyelesaikan sengketa secara damai," kata Hegseth dalam pertemuan pada hari Sabtu, lapor The Associated Press.
"Kami menginginkan perdamaian. Kami tidak menginginkan konflik. Namun, kami harus memastikan bahwa China tidak berusaha mendominasi Anda atau siapa pun," tambahnya.
Laut Cina Selatan masih bergejolak dengan China, Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei yang semuanya mengklaim wilayah yang tumpang tindih.
Armada laut China sering bentrok dengan Filipina di perairan yang disengketakan.
Pejabat China baru-baru ini menggambarkan negara itu sebagai "pembuat onar" karena menggelar latihan angkatan laut dan udara dengan AS, Australia, dan Selandia Baru.
Baca juga: Trump dan Xi Jinping Capai Deal, Menkeu AS: China Bakal Impor 12 Juta Kedelai Amerika di Musim Panen
Hegseth membela sekutu AS tersebut dalam pertemuan hari Sabtu dengan mengatakan penunjukan Beting Scarborough oleh Beijing, wilayah yang direbut dari Filipina pada tahun 2012, sebagai "cagar alam" adalah upaya lain untuk memaksakan klaim teritorial dan maritim yang baru dan diperluas dengan mengorbankan Filipina.
Menteri Perang AS kemudian mendesak ASEAN untuk menyelesaikan Kode Etik dengan China.
Ia juga mengusulkan pembentukan jaringan "kesadaran domain maritim bersama" dan sistem respons cepat untuk mencegah provokasi.
Menurutnya, langkah-langkah tersebut akan memastikan setiap anggota yang menghadapi agresi dan provokasi tidak sendirian.
"Kita perlu mengembangkan kemampuan bersama untuk merespons, termasuk kemampuan memantau perilaku maritim dan mengembangkan perangkat yang memungkinkan kita merespons dengan cepat... memastikan bahwa siapa pun yang menjadi sasaran agresi dan provokasi, oleh karena itu, secara definisi, tidak sendirian," jelasnya.
Ia mengatakan AS dengan senang hati akan membantu ASEAN untuk mengembangkan kemampuan pertahanan bersama.
“Tak ada yang mampu berinovasi dan berkembang seperti Amerika Serikat, dan kami ingin berbagi kemampuan tersebut dengan sekutu dan mitra,” tambah Hegseth.
Dalam pesan penutupnya, Hegseth juga menyambut baik rencana latihan maritim ASEAN-AS pada bulan Desember yang bertujuan untuk memperkuat koordinasi dan menjaga kebebasan navigasi, seperti diberitakan Fox News.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.