Selasa, 11 November 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Hamas Murka, Tuding AS Sebar Fitnah Soal Penjarahan Truk Bantuan Dalih Lindungi Israel

Hamas bantah tuduhan AS soal penjarahan truk bantuan di Gaza, sebut klaim itu fitnah politik untuk lindungi Israel dan alihkan isu krisis kemanusiaan.

Anews/File
SAYAP MILITER HAMAS - Seorang petempur Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, dalam sebuah parade militer beberapa waktu lalu di Jalur Gaza. Hamas bantah tuduhan AS soal penjarahan truk bantuan di Gaza, sebut klaim itu fitnah politik untuk lindungi Israel dan alihkan isu krisis kemanusiaan. 
Ringkasan Berita:
  • Hamas membantah tuduhan AS yang menuding mereka menjarah truk bantuan di Gaza, menilai klaim CENTCOM sebagai fitnah politik untuk membenarkan Israel melakukan pembatasan bantuan.
  • Tidak ada bukti penjarahan dari lembaga kemanusiaan atau pengemudi truk, sehingga Hamas menyebut video drone AS palsu dan bermotif politik.
  • Krisis Gaza makin parah, dengan lebih dari 68.000 warga tewas dan bantuan terbatas, sementara PBB memperingatkan Gaza di ambang bencana kemanusiaan total.

TRIBUNNEWS.COM – Hamas membantah keras tuduhan Amerika Serikat yang menuding kelompok militan sayap kanan Palestina itu menjarah truk bantuan kemanusiaan di wilayah Khan Younis, Gaza utara.

Tuduhan tersebut pertama kali disampaikan oleh Komando Pusat AS (CENTCOM).

Menurut pernyataan CENTCOM, mereka memiliki rekaman video dari drone militer tipe MQ-9 Reaper, pesawat tanpa awak pengintai yang digunakan untuk memantau situasi di Gaza.

Dalam rekaman itu, CENTCOM mengklaim terlihat sekelompok orang yang diduga anggota Hamas sedang mengambil alih atau menjarah truk bantuan kemanusiaan yang merupakan bagian dari konvoi internasional di wilayah Khan Younis, Gaza utara, pada tanggal 31 Oktober 2025.

Tuduhan ini muncul karena AS ingin menunjukkan bahwa bantuan internasional ke Gaza tidak sepenuhnya sampai ke warga sipil, melainkan dikuasai oleh kelompok bersenjata.

Dengan narasi tersebut, Washington dan sekutunya dapat membenarkan pembatasan atau pengawasan lebih ketat terhadap aliran bantuan kemanusiaan.

Namun, Hamas membantah tuduhan itu dan menilai langkah CENTCOM hanyalah fitnah semata.

Hamas menegaskan bahwa klaim yang disebarkan CENTCOM merupakan bagian dari kampanye pencitraan politik yang bertujuan membenarkan pengurangan bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Bahkan mereka menganggap tindakan itu sebagai upaya AS untuk menutupi kegagalan internasional dalam menghentikan blokade Gaza.

“Semua bentuk kekacauan dan penjarahan berakhir segera setelah pasukan pendudukan Israel mundur. Fakta ini membuktikan bahwa pihak pendudukan lah yang mensponsori geng-geng tersebut dan menciptakan kekacauan,” ujar pernyataan Hamas, mengutip dari Al Jazeera.

Kelompok itu juga menegaskan, lebih dari 1.000 anggota polisi dan pasukan keamanan Palestina telah tewas, serta ratusan lainnya terluka, saat berupaya melindungi jalur distribusi bantuan kemanusiaan.

Tujuan mereka, kata Hamas, adalah memastikan bantuan benar-benar sampai ke masyarakat yang paling membutuhkan.

Baca juga: Hamas Serahkan Dua Jenazah Sandera Israel di Tengah Gencatan Senjata yang Runtuh

Tidak Ada Bukti dari Lembaga Bantuan

Hamas menambahkan, hingga saat ini tidak ada satupun lembaga internasional atau lokal.

Termasuk pengemudi konvoi bantuan, yang melaporkan adanya penjarahan oleh pihak Hamas.

“Fakta ini membuktikan bahwa video yang dikutip AS dibuat-buat dan bermotif politik,” tegas Hamas dalam pernyataan itu.

“Daripada menyelidiki dugaan penjarahan yang tak terbukti, AS seharusnya menyoroti serangan Israel yang terus menewaskan warga sipil,” tambah Hamas.

Hamas juga mengecam AS karena tidak menyoroti serangan Israel yang masih berlangsung di berbagai wilayah Gaza, bahkan setelah diberlakukannya gencatan senjata sementara.

Menurut data Hamas, serangan lanjutan tersebut telah menewaskan 254 warga sipil dan melukai lebih dari 595 orang hanya dalam beberapa hari terakhir.

Hamas menyebut tindakan itu sebagai bukti bahwa Israel tidak menghormati kesepakatan gencatan senjata dan menuduh AS gagal menekan sekutunya untuk menghentikan agresi militer.

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Parah

Lebih lanjut sejak perang meletus pada Oktober 2023, lebih dari 68.000 warga Palestina tewas, sementara ratusan ribu lainnya mengungsi dan kekurangan pasokan makanan serta obat-obatan.

Bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza juga disebut masih jauh dari cukup, hanya sekitar 135 truk per hari, jauh di bawah kebutuhan dasar penduduk.

Sebagian besar truk yang melintas bahkan bukan membawa bantuan kemanusiaan, melainkan barang komersial yang sulit dijangkau oleh warga karena harga yang sangat tinggi.

Kondisi ini membuat banyak keluarga hanya bisa bertahan dengan sisa makanan seadanya dan minum air yang tidak layak konsumsi.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan berbagai organisasi kemanusiaan dunia telah berulang kali memperingatkan bahwa Gaza kini berada di ambang bencana kemanusiaan total.

Lebih dari 70 persen fasilitas kesehatan rusak, dan sebagian besar rumah sakit tidak dapat beroperasi karena kekurangan bahan bakar dan pasokan medis.

Ribuan anak-anak dilaporkan mengalami malnutrisi berat, sementara banyak warga terpaksa menggali sumur darurat untuk mendapatkan air.

Lembaga kemanusiaan memperingatkan, jika blokade tidak segera dihentikan dan jalur bantuan dibuka penuh, Gaza bisa menghadapi krisis kelaparan massal dalam waktu dekat.

Dengan kondisi yang kian memburuk, dunia internasional mendesak agar jalur kemanusiaan ke Gaza segera dibuka sepenuhnya, dan semua pihak menahan diri agar gencatan senjata benar-benar ditegakkan.

Namun hingga kini, penderitaan warga Gaza masih berlanjut di tengah perang, blokade, dan perebutan narasi politik global.

(Tribunnews.com / Namira)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved