Konflik China dan AS
Perlombaan Senjata Nuklir Kembali Dimulai, Ini Perbandingan Kekuatan Nuklir Amerika-Rusia-China
AS, Rusia, dan Tiongkok — tiga negara dengan persenjataan nuklir terbesar — belum melakukan uji coba nuklir penuh sejak tahun 1990-an.
Trump mengatakan awal tahun ini kalau Rusia telah menyetujui pembaruan pembatasan nuklir dan bahwa Tiongkok bersedia mengikutinya.
Seperti diketahui, Amerika Serikat dan Federasi Rusia telah sepakat untuk melucuti persenjataan nuklir mereka dalam apa yang dikenal sebagai perjanjian New START pada Februari 2011 silam.
Perjanjian pembatasan senjata nuklir antara AS dan Rusia, New START, ini akan berakhir pada bulan Februari.
Rusia Sudah Uji Coba Burevestnik dan Poseidon
Meski perjanjian ini masih berlaku, Rusia terus melanjutkan pengujian sistem persenjataan yang mampu membawa senjata nuklir.
Putin mengatakan pada Rabu pekan kemarin kalau negaranya telah menguji torpedo Poseidon berkemampuan nuklir.
Baca juga: Rusia Klaim Torpedo Nuklir Poseidon Mampu Lumpuhkan Amerika: Daya Ledak 100 Megaton
Pernyataan Putin ini hanya beberapa hari setelah negara itu juga mengumumkan kalau rudal jelajah bertenaga nuklir Burevestnik telah menempuh jarak sekitar 8.700 mil dalam uji terbang selama 15 jam.
Baca juga: Rusia Jajal Rudal Nuklir Burevestnik: Putin Busungkan Dada, Trump Bilang AS Punya yang Lebih Hebat
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Rusia akan melakukan uji coba nuklir jika negara lain melakukannya terlebih dahulu, dan seorang pejabat senior Rusia juga mengatakan AS telah mempersiapkan diri untuk uji coba nuklir.
Kremlin pada Kamis pekan lalu menyatakan bahwa uji coba Burevestnik dan Poseidon tidak termasuk dalam kategori nuklir.
"Kami berharap, terkait uji coba Burevestnik dan Poseidon, informasi tersebut telah dikomunikasikan dengan benar kepada Presiden Trump," ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov setelah pengumuman Trump.
"AS sudah menguji senjata nuklirnya dengan cara serupa," ujar Hans Kristensen, anggota tim pakar nuklir di Federasi Ilmuwan Amerika (FAS), pada Kamis silam.
Sejatinya, Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif tahun 1996 melarang semua uji coba ledakan nuklir.
AS menandatangani perjanjian tersebut tetapi belum meratifikasinya, sementara Rusia menarik ratifikasinya pada tahun 2023.
Namun, kedua belah pihak harus menarik tanda tangan mereka jika tidak lagi berniat mematuhi perjanjian tersebut.
Leonid Slutsky, ketua komite urusan internasional parlemen Rusia, mengatakan "kekacauan" akan menyusul dimulainya kembali uji coba hulu ledak nuklir AS.
AS Gelontorkan Ratusan Juta Dolar
Pejabat Trump dilaporkan membahas dimulainya kembali uji coba nuklir selama pemerintahan sebelumnya (era Joe Biden) setelah menuduh Rusia dan China melakukan uji coba nuklir "berkekuatan rendah", yang dibantah oleh kedua negara.
Konflik China dan AS
| Panas Lihat China Pamer 'Mainan Baru', Amerika Uji Coba Rudal Nuklir: Terangi Malam di Puerto Riko |
|---|
| Amerika Hidupkan Lagi Pangkalan Angkatan Laut Terbesarnya di Halaman Belakang China |
|---|
| Eskalasi di Laut China Selatan Kian Militeristik, ASEAN Dituntut Lebih dari Sekadar Penonton |
|---|
| Ini Dia DF-26D Guam Killer, Rudal Balistik Terbaru China yang Bidik Guam dan Kapal Induk Amerika |
|---|
| Siaga Perang di Laut China Selatan, AS Mau Kerahkan Lebih Banyak Rudal ke Filipina Buat Adang China |
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.