Delapan Tahun Berturut-turut, Prefektur Mie Jadi Daerah dengan Presiden Perusahaan Termuda di Jepang
Prefektur Mie kembali jadi sorotan: delapan tahun berturut-turut melahirkan pemimpin perusahaan termuda di Jepang lewat kolaborasi publik-swasta
Ringkasan Berita:
- Prefektur Mie di Jepang mencatat prestasi delapan tahun berturut-turut sebagai wilayah dengan pemimpin perusahaan termuda di Jepang
- Rata-rata usia presiden perusahaan di Mie hanya 59,6 tahun, lebih muda dari rata-rata nasional 60,7 tahun
- Keberhasilan ini didukung kolaborasi erat antara pemerintah, lembaga keuangan, dan swasta dalam memfasilitasi suksesi bisnis, termasuk melalui Pusat Dukungan Suksesi Bisnis Prefektur Mie.
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Di tengah krisis kekurangan penerus bisnis yang melanda Jepang, Prefektur Mie justru mencatatkan prestasi unik yakni selama delapan tahun berturut-turut menjadi wilayah dengan usia presiden perusahaan termuda di Jepang.
Menurut survei Teikoku Databank, rata-rata usia presiden perusahaan di Jepang pada 2024 mencapai 60,7 tahun, meningkat 6,7 tahun dibandingkan 1990.
Namun, di Prefektur Mie, rata-ratanya hanya 59,6 tahun, terendah di Jepang dan 1,1 tahun lebih muda dari rata-rata nasional.
Perjalanan Suksesi di Mie
Salah satu contoh nyata datang dari Masami Tsuji (62), pendiri perusahaan pengolahan logam Tsuji Protech Industry di Kota Suzuka.
“Karena jumlah orang di sini sedikit, kami membangun perusahaan dengan cara kami sendiri. Tapi kami tidak tahu bagaimana membentuk sistem manajemen seperti biasanya,” ujarnya.
Baca juga: Pajak Dihapus, Harga BBM di Jepang Semakin Murah
Didirikan pada 1989, perusahaannya berkembang dengan mitra besar seperti Fuji Electric dan Panasonic. Namun, menghadapi era digitalisasi, Tsuji mulai memikirkan regenerasi sejak 2018.
Ia berkonsultasi dengan Pusat Dukungan Industri Manufaktur di Suzuka dan menyiapkan laporan manajemen aset intelektual agar pengetahuan dan budaya perusahaan tidak hilang.
Setelah enam tahun persiapan, pada 2024, tongkat kepemimpinan akhirnya diserahkan kepada generasi muda: Yuya Deguchi (38).
Kolaborasi Publik–Swasta Jadi Kunci
Sekitar 10 tahun lalu, Mie sempat menghadapi krisis serupa dengan wilayah lain: banyak perusahaan tutup karena pemiliknya menua.
Pada 2017 tercatat 487 perusahaan di Mie tutup akibat ketiadaan penerus—dua kali lipat dibanding 2007.
Namun tren ini berbalik berkat kerja sama erat antara pemerintah daerah, lembaga keuangan, dan sektor swasta.
Menurut Koji Hattori, Manajer Cabang Teikoku Databank Yokkaichi, keberhasilan ini tak lepas dari peran Pusat Dukungan Suksesi Bisnis Prefektur Mie, yang menampung sekitar 500 konsultasi tiap tahun.
Organisasi tersebut menyiapkan konsultan profesional dari kalangan bankir dan akuntan pajak, serta melakukan pendampingan langsung kepada pelaku usaha kecil dan menengah.
Selain itu, Jaringan Suksesi Bisnis Prefektur Mie, yang dibentuk pada 2018, turut memperkuat sistem dukungan dengan “deklarasi darurat” untuk menyelamatkan keberlanjutan bisnis lokal.
| Perdana Menteri Baru Jepang Sanae Takaichi, Diminta Bersuara soal Tibet |
|
|---|
| Mengintip Fasilitas Riset Bioetanol Garapan Toyota dan Perusahaan Besar Lainnya di Fukushima Jepang |
|
|---|
| 17 Perusahaan Penerbit Manga di Jepang Layangkan Surat Peringatan ke Open AI terkait Aplikasi Sora |
|
|---|
| Hasil Klasemen Liga Voli Jepang: Farhan Halim Tak Main, VC Nagano Tridents Telan Kekalahan Perdana |
|
|---|
| PDIP Duga Ada Permufakatan Jahat dalam Proyek Whoosh: Tiba-tiba Dialihkan dari Jepang ke China |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.