Senin, 10 November 2025

YouTuber Indonesia Dikecam Jepang karena Gunakan Foto Junko Furuta

YouTuber Indonesia menuai kecaman di Jepang karena memakai foto korban kekerasan Junko Furuta dalam videonya.  

Editor: Eko Sutriyanto
Foto X
YOUTUBER INDONESIA DIKECAM - Junko Furuta 4 Januari 1989 (saat itu berusia 14 tahun) dihias (foto kiri) dengan maksud Haloween oleh Youtuber Indonesia, NJ, membuat marah rakyat Jepang. 
Ringkasan Berita:
  • YouTuber Indonesia, NJ, dikecam warga Jepang karena menampilkan foto Junko Furuta—korban kasus kekerasan legendaris—sebagai dekorasi video sehingga publik Jepang menilai tindakan itu tidak sensitif.
  • Setelah menuai kecaman, NJ akhirnya meminta maaf dan mengakui kekeliruannya.
  • Kasus Furuta sendiri merupakan tragedi kriminal paling kejam di Jepang pada 1989.

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Warga Jepang ramai mengecam seorang YouTuber asal Indonesia, inisial NJ, karena menggunakan foto Junko Furuta, korban kebrutalan pada 1989, sebagai dekorasi dalam video YouTube-nya.

"Hm, its not a halloween decor, its an homage to 4 segments of #NERROR. && Its a case I said years ago we have never & will feauture, but most requested of all time on our segment. So we thought wed finally feauture her, but not based on the horrible tragedy she was in. (Hm, ini bukan dekorasi Halloween, tapi penghormatan untuk empat segmen #NERROR. Ini adalah kasus yang sudah saya katakan bertahun-tahun lalu tidak akan kami bahas, namun merupakan yang paling banyak diminta sepanjang masa di segmen kami. Jadi kami pikir akhirnya kami akan menampilkannya, tapi tidak berdasarkan tragedi mengerikan yang pernah dialaminya. red)," tulis NJ.

Postingan NJ menuai amarah publik Jepang dan WNI di negeri matahari terbit itu karena merupakan tindakan itu tidak sensitif terhadap korban dan keluarganya.

Warga Jepang pemilik akun @dandeaniee  dengan menuliskan, "Hei, bilang saja kamu minta maaf dan jangan cari-cari alasan. Kalau kamu benar-benar ingin dikenang, jangan seperti itu. Bagaimana mungkin kamu mencari-cari alasan seperti itu kalau kamu bahkan belum pernah membahas kasus orang yang sudah meninggal? Kalaupun pernah, bagaimana mungkin kamu membenarkan memajang foto-foto korban pelecehan seperti itu?"

Kritikan lain muncul dari @skibiditoire menuliskan. "Bayangkan bagaimana perasaanmu jika salah satu anggota keluargamu menjadi korban Junko Furata... apa kamu rela wajahnya dijadikan "alat peraga"? Sungguh menjijikkan dan tidak peka."

Baca juga: Jumlah Orang Asing Masuk Jepang Akan Dibatasi, Target Utama Kemungkinan China  

Komentar warga Jepang yang menamakan dirinya ProfNet menuliskan, "Ini benar-benar tidak berperasaan, sampai aku rasanya ingin muntah. Kalian bahkan tidak bisa melakukan apa pun — bahkan riset pun tidak — sebelum memasang foto Junko Furuta di dinding sebagai hiasan. “Menjijikkan” saja tidak cukup untuk menggambarkannya."

Masih banyak lagi kritikan muncul dari warga Jepang.

Pada Rabu (5/11/2025) malam, NJ meminta maaf karena semakin banyak suara orang Jepang mencela dan mengritiknya akibat dianggap foto korban dihias-hias, dipajang didinding dimasukkan ke dalam video Youtubenya.

"Hello, everyone. I have listened and understood your concerns regarding the previous video uploaded. What we recklessly thought as an act of paying an homage, was rightfully corrected by everyone as rude and insensitive. We deeply apologize for our severe lack of judgement. (Halo semuanya. Saya telah mendengarkan dan memahami kekhawatiran Anda terkait video yang diunggah sebelumnya. Apa yang kami anggap sebagai bentuk penghormatan, telah dikoreksi oleh semua orang sebagai tindakan yang kasar dan tidak peka. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kurangnya pertimbangan kami. red)," tulis NJ.

Sosok Junko Furuta 

Furuta kelahiran 18 Januari 1971 meninggal  4 Januari 1989  adalah seorang siswa sekolah menengah Jepang berusia 17 tahun yang menjadi korban penculikan, pelecehan seksual, penyiksaan hingga pembunuhan,

Tubuhnya dimasukkan ke dalam drum dan dicor beton ke dalamnya. 

Dikatakan sebagai kasus terburuk kejahatan remaja dalam sejarah pascaperang Jepang.

Dia belajar di Sekolah Menengah Yashio-Minami, dan  bekerja paruh waktu di pabrik cetakan plastik dari Oktober 1988 untuk menabung uang untuk perjalanan kelulusan yang direncanakan. 

Furuta juga menerima pekerjaan di pengecer elektronik, di mana dia berencana untuk bekerja setelah lulus.

Furuta sangat disukai oleh teman-teman sekelas dan gurunya, memiliki nilai tinggi dan jarang absen. Menurut teman-temannya, dia bermimpi menjadi penyanyi idola.  

Baca juga: Delapan Tahun Berturut-turut, Prefektur Mie Jadi Daerah dengan Presiden Perusahaan Termuda di Jepang

Pelaku pembunuhan itu adalah empat remaja laki-laki yang pernah melakukan pencurian (penjambretan dompet dan pencurian mobil), penyerangan, dan pemerkosaan. 

Miyano Hiroshi; 18 tahun), Jō Ogura (17),  Minato Shinji; (16), dan Yasushi Watanabe )17), yang dalam dokumen pengadilan masing-masing disebut sebagai "A", "B", "C", dan "D". Tetsuo Nakamura dan Koichi Ihara (keduanya berusia 16 tahun) disebut sebagai "E" dan "F".

 Keempat pelaku utama masing-masing putus sekolah menengah pada musim panas 1988 dan terlibat dalam kejahatan terorganisir sebagai chinpira (yakuza berpangkat rendah).

Mereka mulai menggunakan rumah keluarga Minato di Adachi-ku, Tokyo, sebagai tempat nongkrong. 

Pada 27 Desember 1988 saat  penahanan Furuta, kelompok itu menculik seorang wanita lainnya berusia 19 tahun di Adachi-ku dan memperkosanya secara beramai-ramai di sebuah motel di sana. 

ORANG ASING - Rapat kabinet pertama PM Jepang Sanae Takaichi kemarin (4/11/2025) yang membicarakan mengenai orang asing harus dibagaimanakan di masa depan
ORANG ASING - Rapat kabinet pertama PM Jepang Sanae Takaichi kemarin (4/11/2025) yang membicarakan mengenai orang asing harus dibagaimanakan di masa depan (Kantei (Kantor PM Jepang).)

Minato setuju untuk mengizinkan Furuta dikurung di sebuah ruangan di lantai dua rumahnya di Adachi untuk tujuan memperkosanya secara beramai-ramai. Furuta ditawan selama total 40 hari. 

Pada 4 Januari 1989, setelah kehilangan uang dalam permainan mahjong malam sebelumnya, Miyano memutuskan untuk melampiaskan amarahnya pada Furuta.

Dia menyalakan lilin dan meneteskan lilin panas di wajahnya, meletakkan dua lilin pendek di kelopak matanya, dan memaksanya untuk meminum urinnya sendiri.

Furuta diangkat dan ditendang, jatuh ke unit stereo, dan mulai kejang-kejang. Untuk mencegah mereka berlumuran darah, kelompok itu menutupi tangan mereka dengan kantong plastik sebelum memukulinya dengan tinju dan bola latihan besi, dan menjatuhkan bola di perutnya beberapa kali. Miyano menuangkan cairan korek api ke Furuta dan membakarnya. Serangan berlangsung selama sekitar dua jam, setelah itu Furuta meninggal pada pukul 10 pagi .

Kurang dari 24 jam setelah kematiannya, saudara laki-laki Minato menelepon untuk memberitahunya bahwa Furuta tampaknya sudah mati.

Takut kejahatan mereka akan terungkap, kelompok itu membungkus tubuh Furuta dengan selimut dan memasukkannya ke dalam tas perjalanan besar, lalu memasukkan tas itu ke dalam drum logam dan mengisinya dengan beton basah.

Sekitar pukul 20.00 pada tanggal 5 Januari, kelompok itu berkendara ke lahan kosong di dekat lokasi konstruksi di pulau Wakasu di Kōtō, Tokyo, dan membuang drum di sana. 

Pada awal 1989, Miyano dan Ogura ditangkap karena menculik dan memperkosa wanita berusia 19 tahun itu .

Ketika polisi menginterogasi Miyano, dia salah percaya bahwa Ogura telah mengakui pembunuhan Furuta dan bahwa polisi menyadari hal ini, jadi   memberi tahu  di mana menemukan mayatnya.  

Drum yang berisi mayat Furuta ditemukan pada 29 Maret, dan dia diidentifikasi melalui sidik jari. Minato, Watanabe, saudara laki-laki Minato, Nakamura, dan Ihara juga ditangkap.

Kejadian di daerah Ayase sehingga sering disebut sebagai Ayase Jiken.

Bagi pembaca yang ingin berdiskusi seputar topik sosial Jepang, komunitas Pencinta Jepang membuka ruang diskusi gratis. Kirimkan nama, alamat, dan nomor WhatsApp ke email: tkyjepang@gmail.com.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved