Minggu, 16 November 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Jenderal Tertinggi Ukraina Bantah Pokrovsk Terkepung, Rusia Hampir Menang di Donetsk Timur

Jika Pokrovsk jatuh, pasukan Rusia dapat mengoperasikan pesawat tanpa awak langsung dari dalam kota, mengubahnya menjadi pangkalan terdepan

Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina
GARIS DEPAN - Kru artileri Ukraina di garis depan pertempuran melawan pasukan Rusia. Dalam perkembangan terbaru, kota Pokrovsk, Donetsk Timur dilaporkan hampir dikuasai pasukan Rusia. 

Jenderal Tertinggi Ukraina Bantah Pokrovsk Terkepung, Pasukan Rusia Hampir Menang di Donetsk Timur

TRIBUNNEWS.COM - Panglima militer tertinggi Ukraina pada Rabu (12/11/2025) membantah klaim kalau pasukannya terkepung tentara Rusia di kota Pokrovsk.

Di sisi lain, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky membiarkan kemungkinan penarikan taktis untuk melindungi tentara.

Baca juga: 120 Ribu Prajurit Tumbang, Rusia Melaju di Donetsk: Moskow Intip Kelemahan Benteng Ukraina

"Tidak ada pembicaraan tentang kendali Rusia atas kota Pokrovsk atau pengepungan operasional terhadap kelompok Pasukan Pertahanan," tulis Panglima Tertinggi Ukraina Oleksandr Syrskyi dalam sebuah posting di Facebook setelah mengunjungi garis depan.

Ia mengakui kalau Pokrovsk tetap menjadi pusat perhatian pasukan Rusia yang bergerak perlahan, sementara pasukan Ukraina berupaya “secara bertahap” mengamankan area-area penting dan menjaga jalur pasokan tetap terbuka.

Arti Penting Penguasaan Pokrovsk

Pokrovsk, yang dulunya dihuni sekitar 60.000 orang, telah bertahan dari pemboman gencar pasukan Rusia selama lebih dari satu setengah tahun.  

Merebutnya akan memungkinkan Rusia untuk maju ke utara menuju kota-kota besar Ukraina dan mengonsolidasikan kendali atas wilayah Donetsk timur, yang diklaim telah dianeksasinya pada September 2022.

Peta sumber terbuka dari kelompok pemantau Ukraina, DeepState menunjukkan pasukan Rusia maju dari utara, timur, dan selatan, sehingga menciptakan kesan pengepungan sebagian.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov  mengatakan  pada hari Kamis bahwa “posisi rezim Kiev semakin memburuk dari hari ke hari.”

Ukraina bersikeras kalau  klaim Rusia mengenai pengepungan Pokrovsk yang tak terelakkan merupakan bagian dari kampanye informasi yang dimaksudkan untuk menekan sekutu Baratnya agar memaksakan perjanjian damai dengan Moskow yang mengharuskannya menyerahkan kendali atas wilayah Donetsk.

Zelensky mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg minggu ini bahwa pasukan Ukraina tidak diminta untuk "mati demi reruntuhan," yang menandakan bahwa komandan memiliki keleluasaan untuk membuat keputusan berdasarkan situasi di lapangan.

Rusia di Atas Angin

Dilaporkan sebelumnya, pertempuran sengit terus melanda kota Pokrovsk di bagian timur sementara pasukan Rusia melancarkan kampanye berkepanjangan untuk merebut pusat industri ini di wilayah Donetsk, Ukraina.

Pokrovsk, yang dulunya dihuni sekitar 60.000 orang, telah bertahan dari pemboman tanpa henti selama lebih dari satu setengah tahun.

Kini, pertempuran memperebutkan kota tersebut telah memasuki fase kritis.

Para analis militer Barat mengatakan pasukan Rusia terus menerus memasuki pinggiran selatan Pokrovsk, melemahkan pertahanan Ukraina, dan memanfaatkan cuaca buruk menjelang akhir musim gugur untuk memindahkan pasukan dan peralatan lebih dekat ke garis depan.

Mereka mencatat kalau pertempuran ini telah berubah menjadi kontes atrisi yang melelahkan dan telah menipiskan kekuatan unit-unit tempur Ukraina.

"Masalah utamanya adalah logistik," kata Artem, seorang operator drone Ukraina yang bertempur di dekat Pokrovsk, yang meminta identitasnya hanya disebutkan dengan nama depannya.

"Jalanan benar-benar macet oleh (sebab) serangan drone Rusia. Tidak ada kendaraan yang bisa masuk atau meninggalkan kota tanpa langsung terdeteksi."

Bahkan dalam kondisi tersebut, formasi Ukraina, termasuk dari brigade ke-25, ke-7, dan ke-68, terus menguasai sebagian Pokrovsk dan Myrnohrad di dekatnya, sebuah kota kecil yang terletak sekitar tujuh kilometer ke arah timur.

Artem mengatakan bentrokan semakin intensif dalam beberapa minggu terakhir saat pasukan Rusia melanjutkan serangan mekanis.

"Mereka langsung mengirim sekitar sepuluh kendaraan lapis baja ke posisi kami," ujarnya kepada TMT.

"Biasanya, kami bisa menghancurkan mereka dengan cepat, tetapi karena kabut, hujan, dan awan musim dingin yang rendah, waktu reaksi kami lebih lambat. Kami menghancurkan sebagian besar dari mereka, tetapi beberapa masih berhasil menerobos dan menurunkan pasukan di dalam kota."

Michael Kofman, seorang analis militer dan peneliti senior di Carnegie Endowment for International Peace, mengatakan Korps Respons Cepat ke-7 Ukraina — yang mengambil alih tanggung jawab sektor tersebut pada bulan Juli — kepayahan menghadapi kondisi yang memburuk dan keterbatasan cadangan.

Dengan ruang gerak yang terbatas, ujarnya, para komandan militer Ukraina terpaksa memindahkan sumber daya yang terbatas dari satu posisi yang terancam ke posisi lain.

Di darat, unit Rusia telah maju ke distrik Shakhta, pusat industri kota.

"Begitu mereka masuk, hampir mustahil untuk mengusir mereka," kata Artem.

"Mereka bersembunyi di ruang bawah tanah dan terowongan, menunggu bala bantuan, dan berpindah dari rumah ke rumah. Begitulah cara mereka maju."

Kru artileri Ukraina di garis depan pertempuran melawan pasukan Rusia
GARIS DEPAN - Kru artileri Ukraina di garis depan pertempuran melawan pasukan Rusia. Dalam perkembangan terbaru, kota Pokrovsk, Donetsk Timur dilaporkan hampir dikuasai pasukan Rusia.

Pengepungan dan Kekacauan

Seperti Kota Bakhmut sebelumnya, Pokrovsk telah menjadi simbol perlawanan Ukraina, dan salah satu kota besar terakhir di Donetsk selatan yang harus direbut Rusia sebelum mereka dapat mencoba menyerang kota Druzhkivka, Kramatorsk, dan Sloviansk.

Dalam kunjungan ke rumah sakit militer di Moskow akhir bulan lalu, Presiden Vladimir Putin mengklaim bahwa Pokrovsk telah dikepung.

Pernyataan tersebut segera dibantah oleh Oleksandr Syrskyi, jenderal tertinggi Ukraina, yang menulis pada awal November bahwa pasukan Ukraina "harus menahan tekanan dari kelompok musuh yang terdiri dari beberapa ribu orang, yang terus berupaya menyusup ke wilayah permukiman dan memutus jalur pasokan kami."

Namun, Syrski mengatakan, "tidak ada pengepungan maupun blokade" terhadap kota tersebut.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menggemakan peringatan tersebut, dengan mengatakan bahwa "tujuan utama militer Rusia adalah menduduki Pokrovsk secepat mungkin."

Laju serangan baru-baru ini, ujarnya, memperjelas hal tersebut: 220 serangan hanya dalam tiga hari.

Di dalam kota, menurut data militer yang ia kutip, sekitar 314 tentara Rusia sudah beroperasi.

Karena bobot simbolisnya, pertempuran memperebutkan Pokrovsk memiliki kepentingan politik yang signifikan bagi Kiev dan Moskow.

Sebagaimana halnya dengan Bakhmut dan Avdiivka, pertempuran ini telah menimbulkan pertanyaan tentang berapa lama komandan Ukraina akan berusaha mempertahankan kota tersebut, serta apakah mereka pada akhirnya akan memerintahkan penarikan mundur terkoordinasi ke garis pertahanan di pinggirannya.

Namun, Artem, operator pesawat tak berawak Ukraina, mengatakan kalau situasi di Myrnohrad yang berdekatan juga memburuk.

Ia memperingatkan bahwa mempertahankan kota itu semakin sulit. Ia yakin komando tinggi harus memerintahkan evakuasi, meskipun ia khawatir "mungkin sudah terlambat."

Kekhawatirannya tampaknya didukung oleh hasil kerja seorang investigator sumber terbuka , yang menggunakan rekaman drone untuk mengonfirmasi keberadaan pasukan pengintai Rusia di luar jalan raya utama yang menghubungkan Myrnohrad dan Pokrovsk, di sebelah timur desa Rivne. Video tersebut memperlihatkan tentara Rusia menangkap seorang prajurit Ukraina.

Perebutan persimpangan jalan itu menunjukkan bahwa pasukan Ukraina yang bertempur di kantong Pokrovsk, dan selatan Myrnohrad, mungkin kini sebagian terkepung.

Namun, karena situasi berubah dengan cepat, masih sulit menentukan apakah garis depan telah aman. 

"Kekacauannya begitu parah sehingga sulit untuk mengetahui di mana pasukan kita berada," kata Artem.

"Garis depan menjadi sangat rapuh sehingga tentara Rusia bisa berada di belakang garis kita, begitu pula sebaliknya. Sekarang pertempuran terjadi dari rumah ke rumah."

Ketidakstabilan itu, tambahnya, secara paradoks justru dapat membantu pasukan Ukraina yang terjebak melarikan diri dengan berjalan kaki jika penarikan pasukan diperintahkan.

"Ini adalah perjalanan lebih dari sepuluh kilometer di bawah serangan pesawat tak berawak yang terus-menerus," kata Artem, "tetapi masih mungkin."

PATROLI - Pasukan Ukraina berpatroli di wilayah perbatasan Kota Sumy, Timur Laut Ukraina. Pasukan Rusia dilaporkan mengerahkan unit kecil pasukan infanteri untuk menyabotase sistem pertahanan udara Ukraina di wilayah tersebut.
PATROLI - Pasukan Ukraina berpatroli di wilayah perbatasan Kota Sumy, Timur Laut Ukraina. Pasukan Rusia dilaporkan mengerahkan unit kecil pasukan infanteri untuk menyabotase sistem pertahanan udara Ukraina di wilayah tersebut. (tangkap layar Ukrinform)

Apa yang Terjadi Selanjutnya

Artem mengatakan ia yakin Ukraina telah mencapai tujuan utamanya di Pokrovsk: memaksa Rusia mengerahkan pasukan dan sumber daya ke dalam pertempuran selama lebih dari setahun, yang secara signifikan melemahkan kekuatannya.

Namun, ia tak menemukan alasan untuk merayakannya.

"Bagi Rusia, orang-orang yang mereka kirim untuk mati tak berarti apa-apa. Mereka akan selalu punya lebih banyak," ujar Artem.

Menurutnya, ukuran keberhasilan yang sesungguhnya terletak pada penghancuran sebanyak mungkin peralatan Rusia, memperkuat garis pertahanan di belakang, dan mengulur waktu.

Menurut analis Kofman, situasi saat ini tetap lebih menguntungkan bagi Ukraina daripada pertempuran di sekitar Avdiivka pada tahun 2024.

Pasukan Rusia, catat Kofman, kehilangan momentum setelah serangan ofensif yang menguras sebagian besar kekuatan tempur mereka.

Mereka maju perlahan dan tidak mampu menahan tekanan berat di sepanjang garis pertahanan.

Taktik mereka kini sangat bergantung pada kelompok-kelompok infanteri kecil yang bergerak dengan berjalan kaki, menyelinap ke dalam gedung-gedung dan posisi pertahanan sambil menunggu bala bantuan. 

Tanpa kemampuan untuk membawa kendaraan lapis baja atau tank untuk memanfaatkan keuntungan tersebut, serangan mereka tetap terbatas dan gagal menghasilkan terobosan yang menentukan, menurut Kofman.

Jika Pokrovsk jatuh, pasukan Rusia dapat mengoperasikan pesawat tanpa awak langsung dari dalam kota, mengubahnya menjadi pangkalan terdepan untuk mendorong unit Ukraina lebih jauh ke barat.

Sébastien Gobert, seorang jurnalis Prancis dan penulis buku tentang oligarki Ukraina, meyakini Pokrovsk kemungkinan besar telah hilang dan pertanyaan utamanya sekarang adalah bagaimana mempersiapkan diri untuk serangan besar berikutnya.

"Kota ini belum jatuh, tetapi kita harus mulai mengambil pelajaran dari pertempuran ini," ujarnya kepada The Moscow Times. "Kita harus merenungkan kemampuan Ukraina untuk bertahan dalam pertempuran di masa depan, terutama dalam hal sumber daya manusia."

Gobert menyoroti masalah jangka panjang dalam mobilisasi, rekrutmen, dan pelatihan Ukraina, isu yang muncul pada tahun 2022 dan 2023 dan masih belum terselesaikan. Sementara itu, Rusia terus merekrut ribuan tentara lebih banyak setiap bulannya daripada Ukraina.

"Pokrovsk adalah ujian lain bagi Ukraina," kata Gobert.

"Ini akan menunjukkan apakah komando tinggi akan memilih untuk mempertahankan pasukannya atau mempertahankan kota seperti yang dilakukan di Bakhmut hingga saat-saat terakhir untuk menimbulkan kerugian maksimal pada musuh. Komando tersebut sudah banyak dikritik karena bertahan begitu lama."

Pertempuran ini, tambahnya, telah menjadi ujian politik sekaligus militer — sebuah tolok ukur kepercayaan antara pemerintah Ukraina, angkatan bersenjatanya, dan masyarakatnya. Ujian militer ini, katanya, telah gagal, dengan Pokrovsk di ambang kehancuran. 

Yang tersisa adalah pertanyaan tentang kepercayaan: apakah publik dan pasukan akan mempertahankan kepercayaan pada kepemimpinan negara setelah kota itu direbut. 

"Ketika Pokrovsk jatuh," tambahnya, "garis depan tidak akan runtuh dengan sendirinya, tetapi ujian baru ini akan menentukan kapasitas Ukraina untuk bertahan dan bertahan dalam pertempuran yang akan datang."

 

 

(oln/tmt/*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved