Riyadh Masuk Circle Elite AS usai Trump Tetapkan Saudi sebagai Sekutu Utama Non-NATO
AS tetapkan Saudi sebagai Sekutu Utama Non-NATO, membuka babak baru kerja sama militer–ekonomi, namun tanpa jaminan perlindungan seperti aliansi NATO.
Ringkasan Berita:
- AS tetapkan Arab Saudi sebagai Sekutu Utama Non-NATO (MNNA), membuka fase baru kerja sama militer.
- Status ini membuat Riyadh masuk lingkaran elite mitra strategis AS, bergabung dengan 19 negara MNNA lain, mendapat akses prioritas persenjataan, penyimpanan amunisi AS, hingga peluang kontrak pertahanan Pentagon.
- Namun status MNNA tak berarti jaminan perlindungan militer. Karena AS tidak wajib membela Saudi jika diserang. Status ini bersifat teknis–strategis, bukan pakta pertahanan kolektif.
TRIBUNNEWS.COM - Hubungan Amerika Serikat dan Arab Saudi memasuki fase baru setelah Presiden Trump menetapkan Riyadh sebagai Major Non-NATO Ally (MNNA).
MNNA adalah status resmi yang diberikan Amerika Serikat kepada negara mitra yang dianggap sangat penting bagi kepentingan militer dan strategis AS, meski negara tersebut bukan anggota NATO.
Langkah tersebut diumumkan dalam jamuan resmi di Gedung Putih bersama Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS), pada Selasa (18/11/2025).
Pemerintahan Trump menilai langkah tersebut diperlukan untuk memperkuat kerja sama militer dan menjaga stabilitas kawasan Timur Tengah, terutama di tengah meningkatnya ancaman regional.
Washington memandang Arab Saudi sebagai mitra sentral dalam menjaga stabilitas kawasan.
Dengan status MNNA, hubungan militer keduanya akan masuk ke fase yang lebih terstruktur.
Memungkinkan transfer senjata dilakukan lebih cepat, memperluas pertukaran intelijen, dan mempermudah pelaksanaan latihan militer bersama.
Pejabat Gedung Putih menyebut status ini memberi fleksibilitas lebih besar bagi kedua negara dalam merespons dinamika keamanan yang berubah cepat di kawasan Teluk.
Mencerminkan upaya AS membentuk blok pertahanan yang lebih solid menghadapi ancaman regional, termasuk peningkatan ketegangan dengan Iran dan aktivitas kelompok milisi yang beroperasi di Timur Tengah.
Selain aspek keamanan, faktor ekonomi turut menjadi pendorong penting.
Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengumumkan rencana meningkatkan investasi Saudi di Amerika Serikat dari sekitar 600 miliar dolar menjadi hampir 1 triliun dolar.
Baca juga: Trump Pasang Badan, Klaim MBS Tak Tahu Apa-apa soal Pembunuhan Jurnalis Khashoggi
Pemerintah AS menilai peningkatan kerja sama ekonomi perlu diimbangi dengan fondasi pertahanan yang lebih kuat, sehingga hubungan kedua negara berlangsung saling menguntungkan di berbagai sektor.
Dengan penetapan ini, kerja sama AS–Saudi diproyeksikan memasuki babak baru yang tidak hanya memperkuat integrasi pertahanan, tetapi juga memperjelas arah aliansi strategis jangka panjang antara Washington dan Riyadh.
Hak Istimewa yang Diterima Arab Saudi
Melalui penetapan status MNNA, Arab Saudi juga bakal memperoleh sejumlah hak istimewa, bergabung dengan 19 negara lain yang lebih dulu menyandang status tersebut, termasuk Israel, Jepang, Yordania, Kuwait, Qatar, hingga Korea Selatan.
Termasuk akses prioritas terhadap sistem persenjataan tertentu, izin untuk menjadi lokasi penyimpanan amunisi dan perlengkapan militer AS.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tribunnews/foto/bank/originals/Pangeran-MBS-Ke-AS-Lobi-Trump-Setujui-Kerja-Sama-AI-Hingga-Nuklir-Senilai-600-Miliar-Dolar.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.