Jumat, 21 November 2025

Ini Jawaban Menlu Motegi Soal Pengiriman Kapal Abukuma Jepang Buat Indonesia

Kapal itu tidak diberikan secara gratis, tetapi dijual dengan harga sangat murah sebagai bentuk kerja sama pertahanan kedua negara

Editor: Eko Sutriyanto
Foto Richard Susilo
Menlu Toshimitsu Motegi kemarin di kementerian luar negeri Jepang 
Ringkasan Berita:
  • Jepang mempertimbangkan menjual kapal frigate ringan kelas Abukuma yang akan dipensiunkan kepada Indonesia, namun prosesnya masih membutuhkan banyak persetujuan internal.
  • Sejumlah pejabat Jepang membenarkan bahwa kapal tersebut tidak diberikan gratis, tetapi dijual murah sebagai bagian kerja sama pertahanan.
  • Jepang juga mendorong perluasan ekspor alutsista, termasuk kemungkinan menawarkan kapal selam kepada Indonesia.
 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Pemerintah Jepang tengah mempertimbangkan rencana mengekspor kapal frigate ringan kelas Abukuma yang akan segera dipensiunkan dan menjualnya kepada Indonesia.

Terkait hal ini, Menteri Luar Negeri Toshimitsu Motegi memberikan tanggapan saat diwawancarai Tribunnews.com, Rabu (19/11/2025).

“Isi konsultasi 2+2 dengan Indonesia sudah saya sampaikan dalam konferensi pers bersama kemarin. Jika diperlukan, saya dapat menjelaskan kembali. Namun untuk hal-hal terkait pertukaran antara Menteri Pertahanan dan soal kapal tersebut, silakan merujuk ke Kementerian Pertahanan Jepang,” ujar Motegi kepada Tribunnews.com.

Sejumlah pejabat Jepang, baik dari Kementerian Luar Negeri maupun Kementerian Pertahanan, membenarkan bahwa Jepang memang telah menawarkan kapal frigate ringan kelas Abukuma kepada Indonesia.

Kapal itu tidak diberikan secara gratis, tetapi dijual dengan harga sangat murah sebagai bentuk kerja sama pertahanan kedua negara.

Baca juga: Kapal Curah Singapura Tabrakan dengan Kapal Jepang di Perairan China, 9 Ton Bahan Bakar Tumpah

“Semua masih dalam tahap pertimbangan. Jepang juga membutuhkan persetujuan dari berbagai pihak agar tidak terjadi masalah di kemudian hari,” ujar seorang sumber Tribunnews.com yang meminta identitasnya dirahasiakan.

Terkait waktu pelaksanaan, prosesnya diperkirakan masih panjang.

“Mungkin setidaknya butuh satu tahun dari sekarang. Semua tergantung persetujuan internal di Jepang dan hasil diskusi lanjutan dengan Indonesia,” kata sumber tersebut.

Dalam konsultasi bilateral, kedua pemerintah sepakat mempromosikan dialog lanjutan mengenai transfer peralatan pertahanan serta memperkuat pertukaran antar otoritas pertahanan.

Mengingat perkembangan situasi di Laut China Timur dan Selatan, kedua negara juga menegaskan pentingnya kepatuhan pada hukum internasional.

Saat ini, ekspor alutsista Jepang dibatasi pada lima kategori: penyelamatan, transportasi, kewaspadaan, pengawasan, dan penyapuan ranjau, sesuai pedoman operasional Tiga Prinsip Pemindahan Alutsista Pertahanan.

Untuk fregat, diperlukan persyaratan seperti pengembangan bersama dengan negara lain.

Ketentuan serupa juga berlaku bagi kapal selam, yang hanya dapat diekspor setelah melepas peralatan berkekuatan mematikan.

Isu ini mencuat dalam upaya Jepang memperkuat kerja sama keamanan dengan negara-negara strategis.

Perdana Menteri Sanae Takaichi bahkan memasukkan rencana penghapusan pembatasan lima kategori tersebut dalam perjanjian koalisi dengan Japan Restoration Party.

Menteri Pertahanan Shinjiro Koizumi menyatakan bahwa transfer peralatan pertahanan merupakan langkah penting bagi keamanan Jepang.

“Demi perdamaian dan stabilitas regional, kami akan memperkuat penjualan ke berbagai negara, termasuk di luar ASEAN. Jika Jepang tidak mentransfer peralatan pertahanan, negara lain akan melakukannya,” ujarnya.

Seorang pejabat senior Kementerian Pertahanan menambahkan bahwa semakin banyak syarat yang diberlakukan, semakin sulit melakukan negosiasi. Indonesia yang menganut diplomasi fleksibel dan mengimpor senjata dari berbagai negara membuat posisi tawar Jepang tidak selalu unggul.

“Kapal selam Jepang juga ditawarkan kepada Indonesia, selain kapal Abukuma tersebut,” ujarnya.


Spesifikasi kapal Abukuma-class Destroyer Escort sebagai berikut:

Jenis: (DE)Destroyer Escort / Frigate ringan

Operator: Badan bela diri laut Jepang(JMSDF)

Jumlah kapal: 6 unit

Kapal pertama: DE-229 Abukuma

Mulai bertugas: 1989

Peran utama:

Anti-submarine warfare (ASW)

Patroli maritim, melakukan pengawalan konvoi / escort

1. Dimensi
Panjang: 109 m
Lebar: 13.4 m
Draft: 3.7 m
Bobot penuh (full load): ± 2,550 ton

2. Propulsi
Konfigurasi: CODOG (Combined Diesel or Gas)
1× turbin gas Rolls-Royce Olympus TM3B
Tenaga: ± 28.000 hp
2× mesin diesel Kawasaki-Rolls Royce Tyne RM1C

Tenaga: ± 9.700 hp total

Kecepatan maksimum: ± 27 knot

Jarak jelajah: ± 5.000 nautical miles (pada 18 knot)

3. Persenjataan
Anti-Kapal & Permukaan
4× RGM-84 Harpoon (2 peluncur ganda)
1× Meriam 76mm OTO Melara (di haluan)
Anti Udara (AA)
1× Sistem rudal udara-ke-udara:
Mk.31 RAM (pada kapal-kapal belakangan)
Atau Bofors 40mm L/60 (pada unit awal)
2× Phalanx CIWS (beberapa kapal dipasang kemudian) – tergantung upgrade

Anti Kapal Selam (ASW)
1× Mark 32 Triple Torpedo Launchers (2 unit kiri-kanan)
Torpedo Type 68 ASW
Sistem sonar:
JQS-4 hull-mounted sonar (versi awal)
Upgrade beberapa kapal dengan sonar baru

4. Elektronik & Sensor
Radar udara & permukaan: OPS-14, OPS-28
Radar navigasi: OPS-20
Sistem kendali tembakan: FCS-2
Electronic Warfare: NOLR-8 ECM
Decoy: Mark 36 SRBOC chaff/flare launcher

5. Kapasitas Operasional
Jumlah awak: ± 120 orang

Helikopter:

Tidak memiliki hanggar

Landing deck kecil ada, bisa menerima helikopter ukuran kecil (SH-60), tapi tidak bisa menyimpan atau memelihara heli

Diskusi  pertahanan  di Jepang dilakukan Pencinta Jepang gratis bergabung. Kirimkan nama alamat dan nomor whatsapp ke email: tkyjepang@gmail.com

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved