Jumat, 21 November 2025

Warga Washington Terjangkit Virus yang Belum Pernah Ditemukan pada Manusia Sebelumnya

Seorang lansia di Washington dirawat dengan gejala parah dan terkonfirmasi terinfeksi flu burung H5N5, yang sebelumnya hanya ditemukan pada hewan.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
WHO
ILUSTRASI PETUGAS MEDIS - Gambar yang dirilis WHO menampilkan tim desinfeksi mengenakan pakaian pelindung putih selama wabah flu burung di pemukiman Salyan Neftchala, Azerbaijan pada Maret 2006. Seorang lansia di Washington dirawat dengan gejala parah dan terkonfirmasi terinfeksi flu burung H5N5, yang sebelumnya hanya ditemukan pada hewan. 
Ringkasan Berita:
  • Seorang lansia di negara bagian Washington dirawat dengan gejala parah dan terkonfirmasi terinfeksi flu burung jenis H5N5, yang sebelumnya hanya ditemukan pada hewan dan belum pernah tercatat menginfeksi manusia.
  • Pasien memiliki kawanan unggas domestik dan sempat kontak dengan burung liar; dua unggas miliknya mati sebelum ia jatuh sakit.
  • Meski kasus ini menunjukkan evolusi virus yang tidak terduga, pejabat kesehatan menekankan bahwa risiko penularan luas masih rendah.


TRIBUNNEWS.COM -
Seorang warga negara bagian Washington, Amerika Serikat, dirawat di rumah sakit dengan gejala parah akibat jenis virus yang belum pernah terkonfirmasi pada manusia sebelumnya.

Dilaporkan Daily Mail, pasien merupakan seorang lansia dengan kondisi kesehatan tertentu.

Ia dirawat pada awal November akibat salah satu jenis flu burung setelah mengalami demam tinggi, kebingungan, dan kesulitan bernapas yang parah.

Pasien pertama kali diperiksa oleh dokter di Grays Harbor County, sekitar 160 kilometer di sebelah barat Seattle, sebelum kemudian dipindahkan ke rumah sakit di King County, wilayah Seattle, untuk mendapatkan perawatan spesialis.

Tes laboratorium mengonfirmasi bahwa pasien terinfeksi H5N5, jenis flu burung yang sebelumnya hanya pernah terdeteksi pada hewan dan belum pernah tercatat menginfeksi manusia.

Para ahli mengatakan, kemunculan strain ini pada manusia menunjukkan evolusi virus yang tidak terduga.

Namun, hingga kini belum ada bukti bahwa strain ini lebih mudah menular atau lebih parah pada manusia dibandingkan strain lainnya.

Kasus ini menjadi infeksi flu burung pertama yang terdeteksi di AS dalam setidaknya delapan bulan terakhir, dan yang pertama tercatat di negara bagian Washington tahun ini.

Sejak wabah flu burung dimulai pada Januari 2022, total 71 orang telah terinfeksi dan satu orang, warga Louisiana, dilaporkan meninggal dunia.

Hanya empat kasus yang tercatat sejauh ini pada tahun ini.

Namun pejabat kesehatan menekankan bahwa risiko bagi masyarakat tetap rendah.

Baca juga: Waspadai Serangan Flu Burung pada Sapi Perah dan Kucing, Berikut Gejalanya

Dr. Beth Lipton, dokter hewan kesehatan masyarakat negara bagian Washington, mengatakan dalam konferensi pers:

“H5N5 bukanlah strain baru atau virus yang benar-benar baru. Namun ini pertama kalinya kami mengetahui bahwa virus ini menginfeksi manusia.”

Pejabat Departemen Kesehatan Negara Bagian Washington mengungkapkan, kasus ini dalam konferensi pers pada Jumat (14/11/2025).

Rincian lebih lanjut terkait pasien, termasuk nama, jenis kelamin, usia, dan perawatan spesifik, tidak diungkapkan.

Belum jelas bagaimana pasien terinfeksi, namun pejabat kesehatan mengatakan kemungkinan besar terkait paparan unggas liar atau domestik.

Pasien diketahui memiliki kawanan unggas domestik di halaman rumahnya dan sempat melakukan kontak dengan burung liar sebelum terinfeksi.

Dua burung dalam kawanan tersebut, mati beberapa minggu sebelumnya akibat penyakit yang belum teridentifikasi, meski burung lainnya masih sehat.

Virus kemungkinan menular melalui air liur, kotoran unggas yang terinfeksi, atau kontak langsung dengan bangkai burung.

Pejabat telah melakukan pelacakan kontak dan menguji individu lain yang menunjukkan gejala.

Dr. Angela Rasmussen, ahli virologi di Kanada, memperingatkan melalui X:

“Ini bukan H5N1, ini H5N5, tetapi hal itu tidak membuat saya tenang. Ini adalah hasil penyortiran ulang virus yang cukup untuk membuat seseorang dirawat di rumah sakit. Ini tidak dapat diprediksi.”

“Saya berharap para ahli epidemiologi sedang menyelidiki siapa saja yang mungkin terpapar, sehingga investigasi dan pengendalian wabah dapat dilakukan dengan tepat.”

Dr. William Schaffner, pakar penyakit menular di Tennessee, mengatakan kepada Newsweek:

“Infeksi flu burung H5N5 kemungkinan merupakan kejadian langka yang tidak berdampak luas bagi masyarakat umum.”

Para ahli memperingatkan bahwa kasus flu burung biasanya meningkat pada periode migrasi burung liar, yang berpotensi membawa virus ke wilayah baru.

Masih ada kekhawatiran bahwa virus ini dapat bermutasi sehingga mampu menyebar antar-manusia, yang berpotensi memicu wabah baru layaknya pandemi Covid-19.

Baca juga: Kemenkes Keluarkan Surat Edaran Tingkatkan Kesiapsiagaan Hadapi Flu Burung

CDC menyatakan secara daring bahwa risiko flu burung bagi masyarakat umum tetap rendah.

“Flu burung H5 tersebar luas pada burung liar di seluruh dunia dan menyebabkan wabah pada unggas serta sapi perah di AS, dengan beberapa kasus baru-baru ini pada pekerja peternakan,” tulis CDC.

“Meskipun risiko bagi kesehatan masyarakat saat ini rendah, CDC memantau situasi dengan cermat dan bekerja sama dengan negara bagian untuk memonitor orang-orang yang terpapar hewan.”

“CDC menggunakan sistem pengawasan flu untuk memantau flu burung H5 secara aktif pada manusia.”

Mengenal Flu Burung

Influenza burung, atau flu burung, adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Influenza A yang biasanya menginfeksi burung atau unggas, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Virus ini secara alami ditemukan pada burung air liar, yang berperan sebagai reservoir utama.

Virus Influenza A dikategorikan berdasarkan dua protein permukaannya: hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N).

Terdapat berbagai subtipe, misalnya virus A(H5) yang mencakup H5N1, H5N5, H5N8, dan lainnya.

Beberapa strain diklasifikasikan sebagai patogen rendah (LPAI), yang menyebabkan penyakit ringan pada unggas, sementara lainnya tergolong sangat patogen (HPAI) dan dapat membunuh unggas dalam jumlah besar dalam waktu singkat.

Virus influenza A(H5) memiliki keragaman genetik yang tinggi dan dapat mengalami rekombinasi (pengacakan materi genetik), sehingga varian baru dapat muncul, menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH).

Meskipun risiko terhadap manusia masih rendah, potensi pandemi tetap membutuhkan kewaspadaan, terutama di populasi hewan tempat virus ini terus bersirkulasi.

Pada unggas, virus menyebar melalui sekresi pernapasan dan feses.

Manusia biasanya terinfeksi melalui kontak dekat tanpa perlindungan dengan unggas yang sakit atau mati, atau melalui lingkungan yang terkontaminasi, seperti peternakan unggas atau pasar unggas hidup.

Penularan dapat terjadi melalui droplet, debu, atau menyentuh permukaan yang terkontaminasi sekresi unggas lalu menyentuh mata, hidung, atau mulut, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca juga: Kementerian Kesehatan Terbitkan Surat Edaran Waspada Penyebaran Flu Burung di Indonesia

Gejala pada manusia sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala (asimtomatik) hingga infeksi yang sangat parah.

Gejala umum meliputi demam, batuk, sakit tenggorokan, sesak napas, kelelahan, nyeri otot, serta kadang disertai muntah atau diare.

Gejala mata berupa konjungtivitis juga pernah dilaporkan, menurut Johns Hopkins Medicine.

Pada kasus berat, infeksi dapat menyebabkan pneumonia, gangguan pernapasan akut, hingga kematian, menurut Organisasi Kesehatan Pan Amerika (PAHO).

Pencegahan Flu Burung

  • Hindari kontak dekat dengan unggas yang sakit atau mati.
  • Gunakan alat pelindung diri (masker, sarung tangan) saat menangani unggas atau membersihkan kandang.
  • Hindari konsumsi unggas, daging, telur, dan susu yang mentah atau setengah matang dari hewan yang diduga terinfeksi.

(Tribunnews.com , Tiara Shelavie)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved