Jumat, 21 November 2025

Wake-Up Call Ekstrem, Hotel di Jiangsu Cina Gunakan Anak Singa untuk Bangunkan Tamu

Hotel di Jiangsu, China, tawarkan layanan “wake-up call” anak singa di kamar tamu, menuai kontroversi soal keselamatan dan etika hewan

|
Editor: Eko Sutriyanto
SCMP
ANAK SINGA - Sebuah hotel di Jiangsu, Cina mendadak viral setelah memperkenalkan layanan “wake-up call” yang tidak biasa. Alih-alih menggunakan alarm atau mengetuk pintu, Happy Countryside Resort di Desa Niujiao, Suqian, menawarkan pengalaman unik yakni tamu dibangunkan oleh seekor anak singa yang masuk langsung ke kamar mereka untuk bermain selama beberapa menit. 
Ringkasan Berita:
  • Sebuah hotel di Jiangsu, China, menyediakan layanan “wake-up call” dengan anak singa seharga 88 dolar AS per malam, memungkinkan tamu bermain tujuh menit di kamar. 
  • Layanan ini selalu didampingi penjaga, tetapi menimbulkan kekhawatiran keselamatan dan hak hewan. 
  • Otoritas setempat memerintahkan penghentian layanan karena melanggar Undang-undang Perlindungan Hewan Liar.

TRIBUNNEWS.COM, CINA  –  Sebuah hotel di Jiangsu, Cina mendadak viral setelah memperkenalkan layanan “wake-up call” yang tidak biasa.

Alih-alih menggunakan alarm atau mengetuk pintu, Happy Countryside Resort di Desa Niujiao, Suqian, menawarkan pengalaman unik yakni tamu dibangunkan oleh seekor anak singa yang masuk langsung ke kamar mereka untuk bermain selama beberapa menit.

Fenomena ini mencuat setelah video yang beredar di media sosial menampilkan seorang pegawai hotel membawa anak singa ke dalam kamar.

Dalam rekaman tersebut, terlihat seorang anak tamu dengan antusias mengangkat serta bermain dengan hewan itu tanpa rasa takut, memicu gelombang komentar dan perdebatan publik.

Layanan tak lazim ini hanya tersedia untuk 20 kamar khusus dengan tarif 628 yuan atau sekitar Rp1,4 juta per malam. Setiap sesi “bangun pagi” berlangsung sekitar tujuh menit dan dijadwalkan antara pukul 08.00 hingga 10.00 waktu setempat.

 Baca juga: Cina Tutup Lagi Impor Perikanan Jepang, Industri Lokal Alihkan Pasar

Selama berada di kamar tamu, anak singa tersebut selalu didampingi seorang penjaga.

Sebelum menikmati layanan ini, para tamu diminta menandatangani Asiatic Lion Wake-up Service Agreement, semacam surat persetujuan yang menegaskan bahwa singa tetap merupakan hewan liar dan memiliki potensi risiko.

Pihak hotel juga memberikan instruksi keselamatan dasar kepada tamu yang ingin berinteraksi dengan hewan tersebut.

Seorang pegawai wanita yang diwawancarai media lokal menegaskan bahwa layanan tersebut telah terdaftar secara resmi.

“Layanan ini legal. Kami memiliki izin memelihara singa dan sudah mendaftarkan program ini kepada pihak berwenang,” ujarnya.

Ia juga mengatakan bahwa layanan “bangun pagi” ini sudah penuh dipesan hingga akhir November.

Di media sosial, respons publik terbagi dua.

Ada warganet yang menyebut layanan tersebut kreatif dan menjadi daya tarik wisata baru bagi keluarga.

“Ini akan membuat anak saya tidak malas bangun pagi,” tulis salah satu komentar.

Namun sebagian lain menilai layanan tersebut berbahaya dan tidak mempertimbangkan kesejahteraan satwa.

“Mereka tetap hewan liar, walaupun terlihat lucu,” tulis pengguna lain.

Beijing Youth Daily dalam editorialnya menyebut konsep itu “off track”, mempertanyakan apakah interaksi singkat dalam kamar termasuk bentuk eksploitasi hewan, serta menegaskan adanya risiko bagi tamu maupun hewan itu sendiri.

Kasus ini mengingatkan publik pada kontroversi serupa di Chongqing pada Juni lalu, ketika sebuah hotel menawarkan layanan “wake-up call” menggunakan panda merah.

Saat itu, otoritas kehutanan setempat segera turun tangan dan menghentikan layanan karena dianggap melanggar aturan.

Dalam sistem perlindungan satwa di China, singa dan harimau adalah hewan lindung tingkat satu, sedangkan panda merah berada di tingkat dua.

Melihat semakin besarnya polemik, otoritas kehutanan Jiangsu akhirnya memerintahkan hotel untuk menghentikan layanan wake-up call menggunakan anak singa tersebut.

Media The Paper menilai praktik ini sebagai bentuk pemanfaatan hewan untuk kepentingan bisnis semata, yang dinilai tidak sesuai dengan prinsip hukum maupun etika perlindungan satwa.

Kontroversi ini terus bergulir di ruang publik, sementara para pemerhati satwa meminta pemerintah China memperketat pengawasan terhadap penggunaan hewan liar dalam aktivitas komersial.

Meski demikian, fenomena wake-up call anak singa tetap menjadi contoh bagaimana kreativitas industri pariwisata dapat berbenturan dengan prinsip keselamatan dan kesejahteraan hewan. (SCMP)

SUMBER

 

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved