Sabtu, 22 November 2025

Di Hadapan Parlemen Italia, Nasaruddin Umar dan Arsjad Rasjid Bicara Pentingnya Etika Menggunakan AI

Keduanya berbicara pada acara penutupan Scholas Chairs Congress ke-10 yang dihadiri oleh anggota Parlemen Italia.

Penulis: Hasanudin Aco
istimewa
BICARA SOAL AI - CoFounder 5P Global Movement Arsjad Rasjid memaparkan pentingnya peran etika dan nilai dalam pembentukan serta penggunaan kecerdasan buatan (AI) pada  penutupan Scholas Chairs Congress ke-10 yang dihadiri oleh anggota Parlemen Italia kemarin. 
Ringkasan Berita:
  • Menteri Agama RI Prof Dr Nasaruddin Umar dan Co-Founder 5P Global Movement Arsjad Rasjid berbicara padapenutupan Scholas Chairs Congress ke-10 yang dihadiri oleh anggota Parlemen Italia
  • Keduanya memaparkan pentingnya peran etika dan nilai dalam pembentukan serta penggunaan kecerdasan buatan (AI)
  • Nilai-nilai etika dapat menjadi pedoman bersama dalam menciptakan tata kelola AI yang aman dan inklusif

TRIBUNNEWS.COM, ITALIA - Menteri Agama Republik Indonesia Prof. Dr. Nasaruddin Umar dan Co-Founder 5P Global Movement Arsjad Rasjid memaparkan pentingnya peran etika dan nilai dalam pembentukan serta penggunaan kecerdasan buatan (AI).

Keduanya berbicara pada acara penutupan Scholas Chairs Congress ke-10 yang dihadiri oleh anggota Parlemen Italia.

Baca juga: Menag Nasaruddin Umar Janji Perjuangkan Nasib Guru Madrasah Jadi PPPK

Acara ini digelar oleh Scholas Occurrentes, organisasi internasional di bawah Vatikan yang berfokus pada dialog lintas budaya dan nilai kemanusiaan.

Dalam pidatonya, Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa AI meski terus berkembang tetap tidak memiliki kemampuan moral yang dimiliki manusia.

“AI tidak dapat merasakan belas kasih atau memahami bobot moral di balik sebuah keputusan manusia. Ia tidak memiliki kedalaman spiritual maupun penilaian moral,” ujarnya seperti dikutip pada Sabtu (22/11/2025).

Nasaruddin menyebut dunia kini menghadapi fragmentasi sosial, menurunnya kepercayaan, serta polarisasi yang sering diperkuat oleh ketidaktahuan dan rasa takut.

Kondisi ini, menurutnya, menuntut hadirnya kerangka etika AI yang berlandaskan prinsip-prinsip agama yakni menghindari mudarat, membawa manfaat, menjaga kebebasan, dan menjunjung martabat manusia.

Menteri juga menyinggung Deklarasi Bersama Istiqlal 2024, yang ditandatangani bersama mendiang Paus Fransiskus.

Deklarasi tersebut menekankan bahwa iman dan akal budi harus berjalan berdampingan, terutama akan semakin relevan dalam menghadapi perubahan teknologi.

Menteri Agama menambahkan bahwa harmoni antarumat beragama di Indonesia ditandai oleh  Masjid Istiqlal dan Katedral Jakarta yang dihubungkan melalui Terowongan Silaturahmi merupakan contoh harmonisasi nilai spiritual yang dapat menjadi fondasi bagi era digital.

Dalam kesempatan yang sama, Arsjad Rasjid menekankan bahwa AI membawa peluang besar sekaligus risiko sosial.

Ia menyoroti kesamaan tantangan yang dihadapi Italia dan Indonesia, mulai dari polarisasi, propaganda digital, hingga kecemasan publik terhadap dampak teknologi.

“Seluruh dunia, termasuk Italia dan Indonesia menghadapi tantangan serupa. Untuk mengarahkan AI ke arah yang lebih manusiawi, kita perlu menghubungkan teknologi dengan nilai, etika, dan kemanusiaan,” kata Arsjad.

Ia menegaskan pentingnya peran berbagai pihak dalam membentuk perilaku digital masyarakat.

Sebagai Ketua Bidang Pemberdayaan Ekonomi Dewan Masjid Indonesia (DMI), Arsjad juga mengangkat upaya DMI, yang mendorong masjid menjadi pusat literasi digital dan pemberdayaan umat.

Baca juga: Menag Nasaruddin Umar Ungkap Kenangan Pertemuannya dengan Paus Fransiskus di September 2024

Menurutnya, nilai-nilai etika dapat menjadi pedoman bersama dalam menciptakan tata kelola AI yang aman dan inklusif.

“Kemajuan teknologi harus tetap berakar pada nilai kemanusiaan. Etika adalah landasan agar AI berpihak pada manusia,” tutupnya.

Sesi ini memperlihatkan pandangan yang saling melengkapi: pesan etis dan spiritual dari Menteri Agama RI, serta perspektif sosial-teknologis dari Arsjad Rasjid.

Keduanya menegaskan bahwa nilai dan etika memiliki peran strategis dalam memastikan AI berkembang secara bertanggung jawab.

Mengenai Forum Scholas Chairs Congress

Kongres Cátedras Scholas Internasiona merupakan sebuah forum internasional yang diselenggarakan oleh Scholas Occurrentes, sebuah organisasi nirlaba hukum kepausan yang didirikan oleh Paus Fransiskus.

Forum ini bertujuan untuk mempertemukan para akademisi, peneliti, otoritas agama, diplomat, dan pejabat pemerintah dari seluruh dunia. 

Kongres ini berfungsi sebagai platform diskusi mengenai isu-isu terkini yang memengaruhi masa depan umat manusia dan pendidikan, seperti peran kecerdasan buatan (AI) dan genetika, serta pentingnya etika dan nilai kemanusiaan dalam pengembangan teknologi.

 
 

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved