Senin, 24 November 2025

COP30 Capai Kesepakatan Aksi Iklim, tapi Gagal Singgung Penghapusan Bahan Bakar Fosil

COP30 di Brasil ditutup dengan seruan percepatan aksi iklim global, namun tanpa komitmen penghapusan bahan bakar fosil.

cop30.br/en
LOGO COP30 BRASIL. Gambar dari laman resmi COP30 Brazil. Konferensi iklim tahunan PBB COP30 di Balem, Brasil resmi berakhir pada Sabtu (22/11/2025). 
Ringkasan Berita:
  • COP30 di Brasil, berakhir dengan kesepakatan mempercepat aksi iklim global dan melipatgandakan pendanaan negara maju untuk negara berkembang.
  • Namun, hasil ini menuai kritik karena tidak memasukkan komitmen penghapusan bahan bakar fosil, meski dianggap akar krisis iklim.
  • Respons dunia terbelah—ada yang menilai sebagai langkah maju, ada yang menyebutnya tidak memenuhi tuntutan sains dan harapan masyarakat global.

TRIBUNNEWS.COM - Konferensi iklim tahunan PBB COP30 di Balem, Brasil resmi berakhir pada Sabtu (22/11/2025).

Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan untuk mempercepat aksi iklim global.

Namun hasil akhirnya menuai kritik karena dianggap belum tegas mendorong penghentian bahan bakar fosil sebagai pemicu utama krisis iklim.

Dalam dokumen akhir, negara-negara setuju untuk “mempercepat dan meningkatkan aksi iklim secara signifikan”, termasuk komitmen agar negara maju melipatgandakan pendanaan untuk membantu negara berkembang menghadapi dampak perubahan iklim.

Meski begitu, dorongan puluhan negara untuk memasukkan kerangka transisi dari minyak, gas, dan batu bara tidak masuk ke kesepakatan.

Presiden COP30 Andre Aranha Correa do Lago mengakui masih ada harapan yang belum terpenuhi.

“Saya tahu masyarakat sipil akan menuntut kami berbuat lebih banyak,” ujarnya dalam pidato penutupan.

Ia berjanji akan menyusun dua peta jalan: penghentian deforestasi dan peralihan bertahap dari bahan bakar fosil secara adil dan setara.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut COP30 membawa kemajuan, termasuk kesadaran bahwa dunia berisiko melewati batas pemanasan global 1,5 derajat Celsius.

Namun ia menilai hasilnya masih belum memadai.

“Kesenjangan antara posisi kita saat ini dan tuntutan sains masih sangat lebar,” kata Guterres.

Baca juga: Indonesia Dapat Fossil of the Day di COP30 Brasil, CAN Kritik Kehadiran Pelobi Fosil

Reaksi Dunia terhadap Hasil COP30 Brasil

Hasil COP30 Brasil menuai reaksi beragam dari para pemimpin dunia.

Komisaris iklim Uni Eropa Wopke Hoekstra menyebut hasil COP30 “tidak sempurna tetapi langkah penting”.

Sebaliknya, Presiden Kolombia Gustavo Petro menilai COP30 “gagal menyampaikan kebenaran ilmiah” karena tidak menyebut bahan bakar fosil sebagai akar krisis iklim.

“Jika itu tidak dikatakan, sisanya hanyalah kemunafikan,” tulis Petro di media sosial.

Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez menyebut hasil COP30 belum sesuai harapan.

Dirinya mengapresiasi seruan agar negara maju menyediakan pendanaan iklim tiga kali lipat untuk negara berkembang hingga 2035.

Delegasi Tiongkok menilai kesepakatan tersebut menunjukkan keinginan komunitas internasional untuk tetap bersatu menghadapi perubahan iklim.

Kelompok Aliansi Negara-Negara Pulau Kecil menyebut kesepakatan COP30 sebagai “langkah maju yang tidak sempurna”.

Mereka menekankan pentingnya kerja sama global untuk memastikan suara negara rentan tetap terdengar di tengah ancaman naiknya permukaan laut.

Dari sisi aktivis, Amnesty International menilai proses negosiasi belum inklusif dan kurang transparan, meski menyambut komitmen membangun “mekanisme transisi yang adil”.

Oxfam Brasil juga menyatakan hal serupa, menyebut COP30 memberi harapan namun menunjukkan rendahnya ambisi negara maju.

“Transisi yang benar-benar adil menuntut mereka yang membangun kekayaan dari fosil bergerak lebih dulu dan menyediakan dana hibah, bukan pinjaman,” kata Direktur Oxfam Brasil Viviana Santiago.

Media internasional seperti Al Jazeera melaporkan COP30 dianggap sebagai langkah maju, tetapi belum memenuhi harapan publik global yang menuntut penghapusan bahan bakar fosil sebagai fondasi transisi energi.

Reuters menulis bahwa keberhasilan COP30 hanya dapat diukur jika peta jalan transisi energi benar-benar dijalankan dalam beberapa tahun ke depan.

Baca juga: Paviliun Indonesia di COP30 Brasil Resmi Dibuka, Menteri Hanif: RI Siap Jadi Jembatan Hijau Dunia

Apa Itu COP30?

COP30 adalah konferensi perubahan iklim tahunan yang berada di bawah naungan United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).

COP30 berlangsung pada 10–21 November 2025 di Belém, Brasil.

UNFCCC menjelaskan COP30 akan mempertemukan hampir seluruh negara di dunia untuk membuat keputusan global terkait penanganan krisis iklim.

Situs ilmiah Climate School – Columbia University menyebut COP30 menjadi momen penting karena negara-negara diminta menunjukkan aksi konkret untuk menahan kenaikan suhu global hingga 1,5°C, memperkuat pendanaan adaptasi bagi negara rentan, dan mempercepat transisi energi bersih sebelum tahun 2030.

Pemerintah Brasil melalui situs resmi COP30 menegaskan konferensi ini bukan hanya forum politik, tetapi juga melibatkan ilmuwan, organisasi masyarakat sipil, penduduk adat Amazon, sektor bisnis, dan aktivis lingkungan untuk menyampaikan rekomendasi dan tuntutan.

Secara keseluruhan, COP30 menjadi ajang negosiasi global terbesar mengenai iklim pada 2025.

Tujuan utamanya yaitu mencegah dampak terburuk krisis iklim dan menyepakati aksi nyata yang dapat segera dijalankan oleh negara-negara peserta.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved