Hamil Saat Alami Obesitas Termasuk Kondisi Berisiko Tinggi, Ini yang Harus Dilakukan Kaum Hawa
Beberapa ibu mungkin dalam kondisi obesitas ketika mengetahui dirinya tengah mengandung.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tidak semua kehamilan direncanakan secara ideal. Beberapa ibu mungkin dalam kondisi obesitas ketika mengetahui dirinya tengah mengandung.
Baca juga: Kenali Placenta Previa, Gangguan Kehamilan yang Bisa Sebabkan Masalah Serius Saat Persalinan
Lantas, apa yang harus dilakukan jika kehamilan sudah terjadi, namun tubuh belum sempat dipersiapkan?
Pada situasi yang cukup umum, perempuan dengan obesitas yang tidak merencanakan kehamilan, namun sudah hamil. Apakah masih bisa menjaga kehamilannya tetap sehat?
Terkait hal ini, Dokter Kandungan Konsultan Kedokteran Fetomaternal. Dr dr Yuyun Lisnawati, SpOG, Subsp.K.FM menjelaskan bahwa bukan berarti ibu obesitas tidak bisa hamil. Faktanya, banyak yang tetap bisa mengandung meski dengan kesulitan tertentu.
"Memang banyak yang sulit untuk hamil, tapi dengan aktivitas, dengan program makan yang benar, ternyata banyak yang hamil," ujar dr Yuyun pada talkshow kesehatan virtual yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan, Selasa (10/6/2025).
Namun, ketika kehamilan sudah terjadi dalam kondisi obesitas, maka statusnya langsung masuk kategori kehamilan risiko tinggi (high risk pregnancy). Oleh karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencatat indeks massa tubuh (IMT) di awal kehamilan.
Meski berat badan tidak bisa langsung diturunkan saat hamil bukan berarti tidak bisa dikendalikan. Dr Yuyun menegaskan pentingnya memantau penambahan berat badan agar tidak berlebihan.
"Yang perlu diingat adalah ada risiko-risiko di situ. Jadi bukan berarti harus diturunkan berat badan, tidak. Dia tetap ada penambahan berat badan, tetapi tidak sampai yang berlebihan," ujarnya.
Baca juga: Program MBG Ibu Hamil, Menyusui dan Balita non-PAUD Baru Sasar 20 Ribu dari Target 3,4 Juta Orang
Jika ibu hamil dengan berat badan normal bisa bertambah hingga 15 kg, maka untuk ibu obesitas batas yang dianjurkan hanya sekitar 5–9 kg selama kehamilan. Salah satu risiko utama pada kehamilan dengan obesitas adalah diabetes melitus gestasional.
Oleh karena itu, pemeriksaan kadar gula darah harus dilakukan sejak awal kehamilan dan diulang pada minggu ke-20 sampai ke-24."Ketika kita dapatkan pemeriksaan bayinya tiba-tiba melejit cepat beresnya, ya, ditambah dengan air ketubannya yang banyak, kita dicurigai nih jangan-jangan terjadi diabetes melitus," jelas dr Yuyun.
Selain itu, risiko preeklampsia dan hipertensi juga meningkat, terutama bila kehamilan tidak direncanakan sebelumnya.Pemeriksaan tekanan darah, aliran darah ke plasenta, serta kondisi ginjal dan hati ibu menjadi sangat penting untuk dilakukan secara berkala. Pemantauan kehamilan pada ibu obesitas harus dilakukan lebih intensif.
Baca juga: Kenali Placenta Previa, Gangguan Kehamilan yang Bisa Sebabkan Masalah Serius Saat Persalinan
Termasuk pemeriksaan laboratorium dan USG yang rutin untuk memastikan janin tumbuh optimal.
"Kita berharap janinnya bisa tumbuh sehat, sehingga pada saat lahir janinnya sehat, tidak mengalami gangguan pematangan paru, tidak besar yang bohong. Semuanya berjalan dengan aman sesuai harapan," pungkasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.