Jokowi dan Kesehatannya
Jokowi Disebut Sakit Serius Autoimun Agresif, Simak Gejala dan Penyebabnya
Gejala dan penyebab Autoimun Agresif, sakit berat yang disebut-sebut dialami Jokowi hingga kulit wajah berubah dan ada tonjolan di perut.
Penulis:
Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dokter Tifauzia Tyassuma atau Dokter Tifa terus mengupdate kondisi kesehatan Jokowi.
Setiap kali Jokowi muncul ke publik, Dokter Tifa kerap berkomentar dan menganalisis penyakit Jokowi.
Kali ini Jokowi disebut menderita penyakit serius yakni Autoimun Agresif, ditambah ada pemasangan alat medis di bagian perut.
Hal ini setelah kemunculan Jokowi dalam momen ulang tahunnya ke-64 pada Sabtu (21/6/2025), di mana mantan Presiden RI itu tampak enggan tampil lama ke publik dan memperlihatkan kondisi tubuh yang mencurigakan, termasuk tonjolan di bagian perut.
Autoimun Agresif dan Alat Medis di Perut
Melalui unggahan di media sosial, Dokter Tifauzia Tyassuma atau Dokter Tifa mengamati adanya perubahan signifikan pada tubuh Jokowi yang menurutnya menunjukkan gejala penyakit serius.
Tonjolan mencolok di bagian perut Jokowi diduga sebagai alat Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), yang biasa digunakan pasien gagal ginjal untuk melakukan cuci darah mandiri.
Ia menyebut kondisi itu konsisten dengan penyakit autoimun agresif.
“Ini sakit berat. Berat sekali,” ujar Dokter Tifa dalam unggahannya.
Baca juga: Cerita Muhadjir Effendy Doakan Kesembuhan Jokowi Ketika di Mekkah
Dokter Tifa menjelaskan bahwa penyakit autoimun agresif dapat menyebabkan kerusakan sistem kekebalan tubuh secara cepat.
Beberapa indikasi yang ia temukan antara lain perubahan ekstrem pada kulit, kelelahan, serta penurunan berat badan dan massa otot secara drastis.
Ia menyebut penyakit seperti Lupus Nephritis, Rapid Progressive Glomerulonephritis (RPGN), dan Scleroderma Renal Crisis sebagai kemungkinan yang memicu kerusakan ginjal parah dalam waktu singkat.
Menurutnya, dalam kondisi seperti ini, penggunaan CAPD bahkan dianggap sudah tidak memadai.
Ia pun menyarankan agar Jokowi dirujuk ke rumah sakit terbaik, termasuk ke luar negeri jika dibutuhkan.
“Apakah negara masih memfasilitasi mantan presiden untuk mendapatkan perawatan terbaik?” ujarnya.
Apa Itu Autoimun Agresif
Melansir laman Alodokter, penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiri.
Namun, dalam kondisi terstentu, autoimun dapat menjadi lebih agresif dibandingkan penyakit autoimun lainnya.
Autoimun agresif adalah jenis penyakit autoimun yang berkembang sangat cepat, bahkan dalam waktu kurang dari enam bulan dan berpotensi menyebabkan kerusakan organ parah hingga berujung pada kematian.
Setidaknya ada 80 penyakit yang digolongkan penyakit autoimun, beberapa di antaranya sangat berbahaya.
Beberapa penyakit di antaranya memiliki gejala serupa, seperti lelah, nyeri otot, dan demam.
Baca juga: Autoimun Itu Berat! Dr Tifa Sarankan Jokowi Segera Berobat ke Guangzhou Hospital
Normalnya, sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan organisme asing, seperti bakteri atau virus.
Ketika terserang organisme asing, sistem kekebalan tubuh akan melepas protein yang disebut antibodi untuk melawan dan mencegah terjadinya penyakit.
Akan tetapi, pada penderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh menganggap sel tubuh yang sehat sebagai zat asing.
Akibatnya, antibodi yang dilepaskan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat tersebut.
Penyebab Penyakit Autoimun
Penyebab penyakit autoimun belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit autoimun, yaitu:
-Memiliki riwayat penyakit autoimun dalam keluarga
-Menderita infeksi bakteri atau virus, misalnya infeksi virus Epstein Barr
-Terkena paparan bahan kimia, seperti asbes, merkuri, dioksin, atau pestisida
-Merokok
-Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
Gejala Penyakit Autoimun
Beberapa jenis penyakit autoimun memiliki gejala awal yang sama, seperti:
-Sering merasa lemas
-Otot pegal atau nyeri sendi
-Ruam kulit
-Demam yang hilang timbul
-Bengkak di sendi atau wajah
-Rambut rontok
-Sulit konsentrasi
-Kesemutan di tangan atau kaki
Meski menimbulkan beberapa gejala awal yang sama, masing-masing penyakit autoimun tetap memiliki gejala spesifik, seperti diabetes tipe 1 yang gejalanya berupa sering haus, lemas, dan berat badan menurun drastis.

Penyakit autoimun dan gejalanya:
-Lupus
Lupus dapat memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penyakit ini dapat menimbulkan gejala seperti demam, nyeri sendi dan otot, ruam kulit, kulit menjadi sensitif, sariawan, bengkak di tungkai, sakit kepala, kejang, nyeri dada, sesak napas, pucat, dan perdarahan.
-Penyakit Graves
Penyakit Graves dapat menimbulkan gejala berupa berat badan menurun secara tiba-tiba, mata menonjol (eksoftalmus), rambut rontok, jantung berdebar, gelisah, dan insomnia.
-Psoriasis
Penyakit ini dapat dikenali dengan munculnya bercak merah yang tebal dan bersisik.
-Multiple sclerosis
Gejala yang dapat ditimbulkan oleh multiple sclerosis meliputi mati rasa di salah satu bagian tubuh, gangguan penglihatan, otot kaku dan lemas, koordinasi tubuh berkurang, dan kelelahan.
-Myasthenia gravis
Gejala yang dapat dialami akibat myasthenia gravis adalah kelopak mata terkulai, pandangan kabur, lemah otot, kesulitan bernapas, dan kesulitan menelan.
-Tiroiditis Hashimoto
Penyakit ini dapat menimbulkan gejala berupa berat badan naik secara tiba-tiba, sensitif terhadap udara dingin, mati rasa di tangan dan kaki, lemas, mengantuk, rambut rontok, menstruasi yang tidak teratur, dan sulit berkonsentrasi.
-Kolitis ulseratif dan Crohn’s disease
Gejala yang dapat dialami jika menderita kedua penyakit ini adalah sakit perut, diare, buang air besar berdarah, demam, dan penurunan berat badan.
-Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis dapat membuat penderitanya mengalami gejala berupa nyeri, kemerahan, dan bengkak di sendi, terutama sendi jari-jari tangan.
-Sindrom Guillain Barré
Penyakit ini menimbulkan gejala berupa lemah otot, kesemutan, lemas, dan gangguan keseimbangan, yang jika kondisinya makin parah bisa berkembang menjadi kelumpuhan.
-Vaskulitis
Vaskulitis dapat dikenali dengan gejala demam, berat badan menurun secara tiba-tiba, kelelahan, tidak nafsu makan, dan ruam kulit.
-Myositis
Myositis dapat ditandai dengan nyeri otot, kelemahan otot di seluruh tubuh,serta kesulitan beraktivitas, termasuk untuk bangun dari posisi duduk atau tidur dan bahkan menelan makanan.
Salah satu tipe myosistis, yaitu dermatomiositis, juga menyebabkan gejala ruam merah, sisik, dan benjolan pada kulit.
Apa itu CAPD?
Selain itu, tonjolan mencolok di perut Jokowi juga menimbulkan spekulasi penggunaan alat kesehatan khusus.
Alat tersebut diduga merupakan alat khusus yang digunakan dalam metode cuci darah bernama CAPD.
Melansir laman Alodokter, CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis) merupakan metode cuci darah yang dilakukan lewat perut.
Metode ini memanfaatkan selaput dalam rongga perut (peritoneum), yang memiliki permukaan luas dan banyak jaringan pembuluh darah, sebagai filter alami ketika dilewati oleh zat sisa.
Cuci darah bermanfaat untuk membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme, elektrolit, mineral, dan cairan berlebihan akibat penurunan fungsi ginjal.
Prosedur cuci darah, baik dengan metode CAPD atau hemodialisis, juga dapat membantu mengendalikan tekanan darah.
Tim Dokter Kepresidenan Harus Bicara agar Penyakit Jokowi Tidak Simpang Siur
Spekulasi mengenai kondisi kesehatan terbaru mantan Presiden RI, Joko Widodo, kembali mencuat setelah sebuah unggahan penggiat media sosial, Yusuf Dumdum, viral di platform X (dulu Twitter) pada Minggu (22/6/2025).
Postingan tersebut menyita perhatian luas, dengan lebih dari 406 ribu penayangan dan ratusan komentar.
Dalam unggahan tersebut, Yusuf menyoroti perubahan penampilan fisik Jokowi yang dinilainya berbeda dari biasanya.
Unggahan itu merespons kemunculan Jokowi dalam momen ulang tahunnya ke-64 pada Sabtu (21/6/2025), di mana mantan Presiden RI itu tampak enggan tampil ke publik dan memperlihatkan kondisi tubuh yang mencurigakan, termasuk tonjolan di bagian perut.
“Saya kaget dan kasihan melihat keadaan Jokowi,” tulis Yusuf, yang juga mengaku pernah dua kali menjadi relawan Jokowi di Pilpres 2014 dan 2019.
Ia mengaku belum pernah melihat Jokowi dalam kondisi fisik yang tampak selemah saat ini.
Menurut Yusuf, meski ajudan Jokowi menyebut perubahan kulit wajah hanya akibat alergi pasca kunjungan ke Vatikan pada April lalu, penjelasan tersebut tidak serta-merta diterima masyarakat.
Ia menilai perlu ada penjelasan resmi dari tim dokter kepresidenan.
“Ini penting agar tidak ada simpang siur di tengah masyarakat. Apa pun itu, Jokowi adalah mantan Presiden,” tulisnya.
Lebih lanjut, Yusuf juga menanggapi klaim sebagian pendukung Jokowi yang menyebut foto kondisi terbarunya hanyalah hoaks atau hasil editan.
Ia menegaskan bahwa foto tersebut asli dan sudah ditampilkan oleh berbagai media kredibel dan televisi nasional.
“Kalau masih ragu, bisa dicek sendiri lewat berita yang dirilis oleh media kredibel. Zaman sudah canggih, manfaatkan smartphone kalian,” imbaunya.

Unggahan Yusuf Dumdum turut menyentuh sisi kemanusiaan.
Ia mengajak masyarakat untuk tidak mencampuradukkan pandangan politik dengan empati terhadap kondisi kesehatan seseorang.
“Soal pandangan politik boleh berbeda, tapi kemanusiaan tetap harus diutamakan,” ujarnya.
Kondisi Tak Lazim Jokowi
Sebelumnya, kondisi Mantan Presiden Joko Widodo sempat menjadi sorotan publik usai pulang dari kunjungannya ke Vatikan.
Perubahan pada wajahnya yang tampak terdapat bercak-bercak hitam, sembab dan pucat memunculkan spekulasi soal kondisi kesehatannya.
Sorotan ini berawal dari unggahan seorang dokter, Tifa, di media sosial X (dulu Twitter), yang menyoroti adanya flek atau bintik hitam di Joko.
Namun, kabar soal kondisi Jokowi tersebut segera diklarifikasi oleh ajudan pribadi Jokowi, Kompol Syarif Fitriansyah.
Syarif menjelaskan bahwa Jokowi dalam kondisi fisik yang bugar dan tidak mengalami masalah kesehatan serius.
“Bapak saat ini sedang pemulihan dari alergi kulit pasca-pulang dari Vatikan,” ujar Kompol Syarif di Solo, Kamis (5/6/2025).
Ia menyebut, alergi itu muncul karena faktor penyesuaian cuaca di Vatikan dan baru menampakkan gejala beberapa hari setelah Jokowi kembali ke Indonesia.
“Ya, mungkin cuaca ya, di Vatikan. Jadi penyesuaian, lalu pulang ke Indonesia, beberapa hari setelah itu baru muncul alerginya,” lanjutnya.
Alergi kulit tersebut, menurut Syarif, telah ditangani oleh tim dokter pribadi di kediaman Jokowi di Jalan Kutai Utara, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo.
Syarif juga membantah keras rumor yang menyebut Jokowi terkena penyakit serius seperti Stevens Johnson Syndrome (SJS) atau autoimun.
“Wah, hoaks itu, enggak benar itu. Beliau enggak ada ngerasain panas, enggak ada ngerasain gatal. Jadi, pure hanya alergi biasa. Autoimun juga enggak,” tegasnya.
Baca juga: 3 Fakta Jokowi Ulang Tahun ke-64: Alami Alergi Kulit hingga Prabowo Kirim Anggrek Ungu
Kondisi tersebut sempat membuat publik bertanya-tanya karena Jokowi tidak hadir dalam Upacara Hari Lahir Pancasila di Istana Negara pada Senin (2/6/2025).
Namun, aktivitas Jokowi disebut tetap berjalan seperti biasa. Ia masih rutin berolahraga, bermain dengan cucu, hingga sarapan bersama keluarga.
“Kemarin sempat sepedaan, lalu beliau sempat main sama cucu, lalu sempat kita sarapan bareng sama beliau. Jadi sama sekali tidak mengganggu aktivitas beliau,” ujar Syarif.
Kondisi Jokowi saat Ultah
Mantan Presiden Joko Widodo genap berusia 64 tahun pada Sabtu (21/6/2025).
Meski mendapat sambutan meriah dari warga di Solo, penampilannya tetap jadi sorotan.
Jokowi hanya tampil singkat dengan baju lengan panjang tertutup, di tengah kabar soal penyakit langka Stevens-Johnson Syndrome (SJS) yang sempat dikaitkan dengannya.
Sejumlah warga tampak berbondong-bondong mendatangi rumahnya di Solo untuk memberikan ucapan selamat ulang tahun.
Mereka datang membawa tumpeng dan kue tart, yang kemudian disusun rapi di meja depan rumah Jokowi di Jalan Kutai Utara, Kelurahan Sumber, Banjarsari, Solo.
Warga pun menyanyikan lagu "Selamat Ulang Tahun" untuk menarik perhatian sang mantan presiden agar keluar rumah.
Tak lama kemudian, Jokowi keluar mengenakan baju putih lengan panjang, didampingi istrinya Iriana dan ketiga adik perempuannya, Lit Sriyantini, Idayati, dan Titik Relawati.
Salah satu warga, Darsini, asal Boyolali, mengaku sengaja datang untuk memberi ucapan ulang tahun.
“Selamat Ulang Tahun ke-64 Pak Jokowi, sehat selalu panjang umur,” ujarnya.

Sebelum tumpeng dibagikan, Jokowi dan keluarganya bersama warga sempat memanjatkan doa bersama.
Namun berbeda dari biasanya, kali ini Jokowi tidak melayani permintaan foto bersama.
Ia hanya beberapa saat menemui warga sebelum kembali masuk ke dalam rumah.
“Ya terima kasih ucapan ulang tahunnya,” ucap Jokowi sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
Penampilan Jokowi yang selalu mengenakan baju tertutup dan hanya tampil singkat di luar rumah memperkuat dugaan bahwa dirinya mengalami masalah kesehatan yang serius.
(tribun network/thf/TribunBengkulu.com)
Artikel ini telah tayang di Tribunbengkulu.com dengan judul Heboh Tonjolan Mencolok di Perut Jokowi saat Rayakan Ultah ke-64, Mencuat Penyakit Autoimun Agresif,
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.