Susu Bukan Satu-satunya Sumber Gizi, Ini Cara Menyusun Piring Seimbang untuk Kesehatan Tubuh
Seiring berkembangnya pengetahuan gizi, muncul pertanyaan penting: benarkah susu adalah kunci utama tubuh sehat dan kuat?
Dalam konteks budaya, perubahan paradigma ini memang tidak mudah. Banyak orang tua yang masih memegang teguh pepatah lama, “Kalau tidak minum susu, gizinya tidak sempurna.”
Namun kini, banyak dokter dan ahli gizi mengajak masyarakat untuk berpikir lebih fleksibel dan realistis.
“Tidak semua orang harus minum susu, tapi semua orang harus makan seimbang,” tegas dr. Santi.
Penting untuk melihat makanan bukan sekadar dari kandungannya, tetapi juga dari cara kita menikmatinya.
Mindful eating, atau makan dengan kesadaran penuh, mengajarkan bahwa setiap gigitan punya nilai.
Ketika kita makan perlahan, mengunyah dengan tenang, dan menikmati rasa alami makanan, tubuh lebih mudah mengenali rasa kenyang dan puas.
Inilah yang membedakan makan sekadar untuk kenyang dengan makan untuk benar-benar menyehatkan.
Susu tetap bisa menjadi bagian dari gaya hidup sehat bila dikonsumsi dengan bijak.
Tidak perlu setiap hari, tidak perlu dipaksakan, dan tentu tidak wajib.
Bila tubuh merasa nyaman dan tidak bereaksi negatif, susu dapat menjadi pelengkap yang baik.
Tapi bila tidak cocok, jangan merasa bersalah untuk menggantinya dengan sumber lain.
Tubuh kita bukan mesin yang bisa diprogram sama untuk semua orang.
Ia punya bahasa dan batasnya sendiri. Dan memahami itu adalah langkah pertama menuju kesehatan sejati.
Akhirnya, sehat bukan soal siapa yang paling banyak minum susu, siapa yang paling rajin membeli produk “fortifikasi”, atau siapa yang punya menu paling trendi.
Sehat adalah tentang mengenali tubuh sendiri, memberi apa yang ia butuhkan, dan mencukupinya tanpa berlebihan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.