Orangtua Perlu Waspada, Perubahan Gaya Hidup Picu Lonjakan Kanker Pada Anak
Untuk mendorong naiknya angka survival rate anak-anak penderita kanker di Indonesia, kegiatan edukasi perlu terus digencarkan
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Jumlah kasus kanker anak di Indonesia tergolong tinggi. Diperkirakan terdapat sekitar 10.000 kasus baru per tahunnya, dengan tingkat kesintasan yang rendah, hanya sebesar 24 persen dalam tiga tahun ini.
Enam jenis kanker anak yang menjadi prioritas penanganan global saat ini meliputi Leukemia Limfoblastik Akut, Retinoblastoma, Nefroblastoma, Limfoma Burkitt, Limfoma Hodgkin, dan Glioma Derajat Rendah.
Berdasar pengalaman internasional, enam jenis kanker yang umum diderita oleh anak dapat diobati (highly curable) melalui akses diagnostik, terapi, serta layanan dukungan yang memadai.
Ketua Unit Kerja Koordinasi Hematologi-Onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia(IDAI) Dr Eddy Supriyadi, Sp.A(K), Ph.D menyebut, angka kesintasan anak atau survival rate alias angka harapan hidup anak penderita Indonesia di Indonesia terbilang rendah hanya 20 – 30 persen.
Di negara-negara maju angka kesintasan sudah mencapai 80 persen. Untuk mendorong naiknya angka survival rate anak-anak penderita kanker di Indonesia, kegiatan edukasi perlu terus digencarkan.
Baca juga: Beri Dukungan Buat Para Anak Pejuang Kanker, Lebih dari 9.000 Pelari Ikut Lions Run 2025
Komunitas mahasiswa kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta yang tergabung dalam Asian Medical Students' Association AMSA-UK Indonesia Atmajaya sejak tiga tahun terakhir giat melakukan edukasi tentang bahaya penyakit kanker anak.
Bulan Oktober ini mereka menyelenggarakan Charity Children Carnival 2025, kegiatan tahunan edukasi kanker anak yang melibatkan anak penderita kanker beserta orangtuanya.
Charity Children Carnival 2025 diselenggarakan dua hari pada Sabtu dan Minggu, 11-12 Oktober 2025 di Depok, Jawa Barat, untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang kanker pada anak.
Kegiatan ini diikuti 64 peserta terdiri dari anak-anak penderita kanker beserta orangtua/pendampingnya.
Sarah Louisa, Project Officer, Ketua Penyelenggara Charity Children Carnival 2025 mengatakan, untuk penyelenggaraan kegiatan ini pihaknya bekerja sama dengan Yayasan Onkologi Anak Indonesia.
"Anak anak yang bergabung di kegiatan ini adalah anak-anak remisi kanker yang berasal dari beberapa rumah sakit di Jabodetabek seperti RS Harapan Kita, RS Kanker Dharmais, RSCM Jakarta, RS Hermina Bekasi, RSPAD Jakarta, serta RS Fatmawati," ujarnya saat ditemui di Depok, 11 Oktober 2025.
Anak anak remisi kenker adalah anak-anak yang masih menjalani masa kontrol setelah menjalani pengobatan intensif oleh dokter untuk menyembuhkan kankernya.
Kegiatan untuk anak-anak terdiri dari permainan games carnival, games outdoor, dan games api unggun. Sementara, untuk orangtua dan pendamping diberikan pembekalan tentang gizi, dan pembekalan agar menjadi orangtua yang siap mendampingi anak penderita kanker.
Materi disampaikan oleh dokter anak dan dokter gizi klinis. Anak-anak remisi kanker peserta kegiatan ini mulai usia kelas 1 SD sampai kelas 3 SMP.
Baca juga: Saran Dokter untuk Mencegah Kekambuhan Kanker Ovarium
"Anak anak remisi kanker ini sudah didiagnosis terkena kanker dalam proses treatment penyembuhan, belum dinyatakan bebas kanker. Kebanyakan adalah penderita kanker leukemia, retino blastoma (kanker retina), limfoma non hodqin," ungkap Angeline Lindsey, Ketua Divisi Community Outreach AMSA Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta:
Angeline menjelaskan, Kanker menjadi penyebab kematian pada anak-anak yang cukup banyak di Indonesi.
"Kanker di Indonesia cenderung meningkat seperti leukemia yang dipicu oleh faktor genetika, dengan faktor risiko seperti merokok. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tidak sehat bisa memperparah kanker yang diderita," sebutnya.
Dia menambahkan, jika sel imun anak penderita kanker tidak bagus, sel kanker bisa sangat aktif menyebar.
Elysia Bernadeth, Ketua AMSA Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya mengatakan, sebelum kegiatan dua hari yang diselenggarakan di Depok ini, pihaknya juga menggelar pra-event di Car Free Day hari Minggu 5 Oktober di Jakarta.
"Event seperti ini kita selenggarakan setiap tahun dengan tema berbeda. Tahun 2024 kita mengangkat tema diabetes, dan di 2023 kita mengangkat tema down syndrome," sebutnya.
Elysia menambahkan, faktor gaya hidup bisa juga menjadi pemicu kanker seperti kebiasaan memakan makanan dengan kolesterol tinggi, makanan dengan karsinogenik tinggi, yakni makanan yang dibakar dengan arang sampai menghitam, kebiasaan mengkonsumsi junk food berlebihan, mengkonsumsi makanan berpengawet serta kebiasaan merokok.
Menjalani olahraga rutin terutama aktivitas jalan sehari minimal 30 menit menurutnya bisa mencegah kanker yang dipicu oleh faktor obesitas dan bisa menjadi komorbid.
Sinta Purnamastuti dari Bogor, salah satu peserta Charity Children Carnival 2025 mengatakan, anak laki-lakinya yang sekarang duduk di kelas 1 SD sudah menderita kanker saat berusia 14 hari pasca dilahirkan.
"Pertama kali tahu anak saya kena kanker saat dia di usia 14 hari. Saat lahir ada bulatan telur bebek di leher dan ada abnormalitas di uluhati. Saat lahir di Palembang, dokter mengecek darah dan menemukan kadar leukosit tinggi," sebutnya.
Dalam perkembangannya, kulit anak tiba-tiba membiru. Lalu dibawa ke IGD, hasil diagnosa dokter anak diketahui kelebihan protein dari ASI yang didapat orangtua.
Lalu dicek lab ke Prodia, diketahui ada hyperleukosit yang mencapai 10.000.
Dia K\kemudian membawa anaknya ke RS Mohamad Husein Palembang dicek lab ulang, kondisi badan makin bengkak.
Dokter kemudian menyarankan kemoterapi. Lalu diambil sumsumnya untuk dicek di RS Kanker Dharmais. Anaknya kemudian dirawat di High Care Unit.
Sempat menjalani transfusi dari darah dari darah ayahnya dan dari PMI habis 4 kantong.
"Hasil pemeriksaan dokter di RS Kanker Dharmais anak saya terkena kanker darah. Leukemia ANL stadium 4," kata Sinta.
"Sekarang anak saya harus kontrol 3 tahun sekali. Saaat ini sudah survive di tahun kelima dan memasuki tahun keenam," imbuhnya.
Nina, orangtua dengan anak penderita kanker dari Tangerang yang juga menjadi peserta program Charity Children Carnival 2025 mengaku tahu anaknya terkena kanker ketika di usia 3 tahun.
Temuan kanker tersebut setelah dilakukan doagnosa oleh dokter RS Harapan Kita, Jakarta. Dua minggu setelah diperiksa, anaknya ketahuan menderia leukemia.
Buah hatinya tersebut kini bersekolah di kelas 7 SMP. "Aktivitas belajarnya tidak ada kendala tapi aktivitas seperti olahraga yang berat-berat dikurangi. Sekarang menjalani kontriol 1 tahun sekali," sebut Nina. (tribunnews/fin)
Padel antara Olahraga dan Gaya Hidup Sehat Warga Metropolitan |
![]() |
---|
Usia 50+: Tubuh Berubah, Pola Hidup Sehat Harus Bijak |
![]() |
---|
Presiden PKS Sindir Gaya Hidup Mewah Pejabat, Minta Teladani Nabi Muhammad SAW |
![]() |
---|
Solidarity Cup 2025 Digelar, Jadi Sarana Pererat Solidaritas dan Jaga Gaya Hidup Sehat |
![]() |
---|
Farhat Abbas Ungkap Gaya Hidup Uya Kuya Berubah saat Jadi Anggota DPR, Naik Pesawat Ekonomi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.