Kamis, 30 Oktober 2025

Cara Deteksi Kanker Payudara, Mengetahui Sejak Dini Tingkatkan Peluang Sembuh

Banyak penderita datang dalam kondisi stadium lanjut karena mengabaikan perubahan kecil di payudara, hingga pengobatannya menjadi rumit.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
SURYA/Habibur Rohman
ILUSTRASI. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kanker payudara bukan hanya persoalan medis, tapi juga soal kesadaran dan keberanian perempuan untuk peduli pada tubuhnya sendiri.

Dua langkah sederhana, Sadari (Periksa Payudara Sendiri) dan Sadanis (Pemeriksaan Payudara oleh Tenaga Medis), terbukti menjadi kunci penting dalam mencegah dan mendeteksi kanker payudara sejak dini.

Data World Health Organization (WHO) tahun 2022 mencatat, sekitar 2,3 juta wanita di dunia didiagnosis kanker payudara dengan 670 ribu kematian.

Di Indonesia, menurut laporan GLOBOCAN 2022, penyakit ini menduduki peringkat pertama dengan 16,2 persen kasus baru dari seluruh jenis kanker dan 30,1% kasus baru di kalangan wanita.

“Banyak pasien datang dalam kondisi stadium lanjut karena mengabaikan perubahan kecil di payudara. Padahal, kalau diperiksa sejak dini, pengobatan bisa jauh lebih sederhana dan hasilnya lebih baik,” kata dr Ivan Rinaldy, Sp.B, Subsp. Onk(K), Dokter Spesialis Bedah Onkologi dari Bethsaida Hospital Gading Serpong di Jakarta, Rabu (29/10/2025).

Mengenali Risiko dan Gejala Sejak Dini

Kanker payudara bisa menyerang siapa pun, namun risikonya meningkat pada wanita berusia di atas 40 tahun, belum pernah hamil, tidak menyusui, atau mengalami menstruasi terlalu dini maupun menopause terlambat.

Gaya hidup tidak sehat seperti kurang olahraga, kelebihan berat badan, merokok, serta konsumsi alkohol juga dapat memperbesar risiko.

Baca juga: Tumor Payudara dan Kista Sering Dianggap Kanker, Begini Penjelasan Dokter

Gejala awalnya sering kali tidak terasa sakit, namun bisa dikenali lewat perubahan kecil seperti benjolan keras di payudara, perubahan bentuk atau posisi puting, keluarnya cairan tidak normal, kulit tampak seperti kulit jeruk (peau d’orange), atau muncul benjolan di ketiak.

Sadari: Langkah Kecil yang Berdampak Besar

Menurut dr Ivan, Sadari sebaiknya dilakukan oleh semua wanita di atas 20 tahun.

“Bagi yang masih haid, lakukan pada hari ke-7 hingga ke-10 setelah hari pertama haid. Sedangkan bagi yang sudah menopause, pilih tanggal yang sama setiap bulan,” jelasnya.

Langkahnya sederhana: berdiri di depan cermin, amati bentuk dan posisi payudara, kemudian raba seluruh bagian payudara dan ketiak untuk memastikan tidak ada benjolan atau perubahan.

“Sadari adalah bentuk cinta pada diri sendiri. Dengan pemeriksaan sederhana di rumah, wanita bisa mengenali perubahan sejak dini,” ujarnya.

Sadanis: Peran Tenaga Medis dalam Deteksi Akurat

Berbeda dari Sadari, pemeriksaan Sadanis dilakukan oleh tenaga medis menggunakan metode klinis. Pemeriksaan ini membantu mendeteksi kelainan yang tidak terlihat dari luar. Bila ditemukan indikasi mencurigakan, dokter akan merekomendasikan pemeriksaan lanjutan seperti USG payudara atau mammografi.

Wanita berusia di atas 15 tahun disarankan melakukan Sadanis setiap dua hingga tiga tahun sekali untuk memastikan kondisi payudara tetap sehat.

“Sadanis melengkapi langkah Sadari. Pemeriksaan oleh dokter memastikan hasil yang lebih akurat dan menjadi pintu awal penanganan yang tepat,” tutur dr Ivan.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved