Sabtu, 22 November 2025

Dampak Pneumonia pada Otak Bayi, Bisa Berisiko Turunkan Potensi Kecerdasan di Masa Depan

Pneumonia masih menjadi salah satu penyebab utama gangguan kesehatan serius pada bayi di Indonesia. 

X
ILUSTRASI BAYI - Pneumonia berat pada bayi bisa menyebabkan kekurangan oksigen (hipoksia) yang merusak sel otak secara permanen. 
Ringkasan Berita:
  • Pneumonia berat pada bayi bisa menyebabkan kekurangan oksigen (hipoksia) yang merusak sel otak secara permanen.
  • Kerusakan otak akibat hipoksia dapat menghambat potensi kecerdasan anak, menyebabkan kesulitan belajar, gangguan kognitif, dan keterlambatan perkembangan hingga dewasa.
  • Cegah dengan imunisasi lengkap, nutrisi baik, lingkungan bebas asap, serta segera bawa ke RS jika muncul napas cepat, lemas, atau bibir kebiruan.

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA Pneumonia masih menjadi salah satu penyebab utama gangguan kesehatan serius pada bayi di Indonesia. 

Meski banyak orang tua fokus pada proses penyembuhan akut, sebagian besar belum menyadari bahwa pneumonia dapat meninggalkan dampak panjang.

Terutama pada otak yang sedang berada dalam tahap perkembangan paling pesat.

Anggota Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K), Subsp.Resp(K), menjelaskan bahwa setiap kasus pneumonia pada bayi memiliki tingkat keparahan berbeda-beda.

"Gambaran klinis atau keparahan itu bisa bervariasi. Tergantung dari satu jenis atau gennya atau jenis virus atau bakterinya. Dia termasuk bakteri yang ganas, virus yang ganas,” ujarnya pada media briefing virtual, Jumat (21/11/2025). 

Baca juga: Kenali Gejala Pneumonia Lebih Awal, Ini Panduan Lengkap Agar Anak Tidak Terlambat Ditangani

Mengapa Otak Bayi Sangat Rentan?

Pada usia bayi dan balita, otak sedang melalui fase “golden period”, masa di mana pertumbuhan dan pembentukan koneksi saraf aktif terjadi setiap detik. 

Pada periode inilah, kebutuhan oksigen otak berada di titik tertinggi.

Apabila bayi mengalami pneumonia berat, terutama yang menyebabkan gangguan pernapasan, tubuh dapat mengalami penurunan suplai oksigen (hipoksia). 

Kondisi ini sangat berbahaya karena otak adalah organ pertama yang terdampak.

Dr. Nastiti menegaskan bahwa faktor kondisi dasar bayi turut menentukan tingkat keparahan pneumonia.

Seperti status gizi, kekuatan daya tahan tubuh, serta kualitas lingkungan. Kondisi ini akan memengaruhi risiko kekurangan oksigen.

Dr. Nastiti menegaskan, faktor keterlambatan penanganan menjadi salah satu penyebab paling sering.

 “Akibatnya apa yang terjadi? Anak itu mengalami kekurangan oksigen dalam waktu yang cukup lama. Kalau tubuh kita kekurangan oksigen, maka ada organ yang sangat terpengaruh yaitu otak," imbuhnya. 

Ketika kekurangan oksigen atau hipoksia berlangsung cukup lama, dampaknya bisa permanen.

Kerusakan Otak yang Tidak Dapat Dipulihkan

Dr. Nastiti menjelaskan secara gamblang, ketika ada kekurangan oksigen pada otak, maka akan terjadi kerusakan otak, sel-sel otaknya rusak dan itu tidak bisa kembali.

Kerusakan ini terjadi karena sel-sel otak tidak memiliki kemampuan regenerasi yang cepat seperti jaringan tubuh lainnya. 

Bila sel saraf rusak dalam jumlah besar atau pada area tertentu, konsekuensinya dapat menetap hingga anak dewasa.

Dampak yang mungkin muncul antara lain:

  • Kesulitan belajar
  • Gangguan fungsi kognitif
  • Penurunan memori dan konsentrasi
  • Keterlambatan perkembangan
  • Kesulitan pemecahan masalah dan akademik
  • Potensi Kecerdasan Tidak Tercapai

Salah satu penjelasan paling kuat dari Dr. Nastiti adalah bagaimana hipoksia dapat menghambat pencapaian potensi kecerdasan anak.

"Pertumbuhan otaknya tidak optimal, tidak bisa dia mencapai IQ 120 itu, bahkan mungkin anak itu akan mengalami kesulitan-kesulitan dalam hal kognitif, kesulitan belajar, kesulitan yang lain-lain,” terang Dr. Nastiti.

Contoh tersebut menggambarkan bahwa genetik memang memberi potensi kecerdasan, tetapi lingkungan dan kondisi medis, termasuk pneumonia berat, dapat menghalangi anak mencapai potensi terbaiknya.

Baca juga: Dokter Spesialis Paru: Udara Bersih dan Iklim Sehat, Dua Kunci Cegah Pneumonia

Tanda Bahaya yang Perlu Diwaspadai Orang Tua

Deteksi dini menjadi kunci pencegahan komplikasi. Tanda bahaya pneumonia yang perlu diwaspadai meliputi:

  • Napas cepat atau tarikan napas ke dalam
  • Lemas dan sulit makan
  • Demam tinggi yang tidak membaik
  • Bibir tampak kebiruan
  • Anak tampak sangat mengantuk atau tidak responsif

Apabila tanda-tanda tersebut muncul, segera bawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mencegah hipoksia berkepanjangan.

Lingkungan, Nutrisi, dan Imunisasi: Tiga Pilar Perlindungan Otak

Untuk menjaga perkembangan otak bayi, ada beberapa langkah pencegahan yang disarankan:

  1. Pastikan imunisasi lengkap, terutama vaksin yang mencegah infeksi saluran napas.
  2. Jaga nutrisi optimal, karena gizi buruk memperparah infeksi dan memperbesar risiko hipoksia.
  3. Ciptakan lingkungan sehat, bebas asap rokok dan memiliki ventilasi baik.
  4. Waspada gejala awal pneumonia dan jangan menunda pemeriksaan.

(*)

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved