Senin, 24 November 2025

Minum Antibiotik Tanpa Resep, Bisa Timbulkan Halusinasi Sampai Ganggu Fungsi Otak

Saat membeli obat melalui marketplace dan maraknya budaya “self-diagnosis” ada kebiasaan masyarakat mengonsumsi antibiotik tanpa resep. 

ISTIMEWA
Antibiotik. Di tengah kemudahan membeli obat melalui marketplace dan maraknya budaya “self-diagnosis” ada kebiasaan masyarakat mengonsumsi antibiotik tanpa resep.  

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

Ringkasan Berita:
  • Maraknya budaya “self-diagnosis” ada kebiasaan masyarakat mengonsumsi antibiotik tanpa resep. 
  • Kebiasaan ini dapat memunculkan masalah baru yang jarang disadari, yaitu gangguan saraf dan fungsi otak.
  • Efek ini biasanya muncul ketika pasien mengonsumsi antibiotik dalam durasi terlalu panjang, dosis tidak tepat, atau mengombinasikan beberapa antibiotik tanpa pengawasan tenaga medis.

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Di tengah kemudahan membeli obat melalui marketplace dan maraknya budaya “self-diagnosis” ada kebiasaan masyarakat mengonsumsi antibiotik tanpa resep. 

Padahal, kebiasaan ini dapat memunculkan masalah baru yang jarang disadari, yaitu gangguan saraf dan fungsi otak.

Baca juga: WHO: Satu dari Enam Infeksi di Dunia Kini Kebal terhadap Antibiotik

Apoteker Spesialis Farmasi dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta, Dra. Hadijah Tahir, Apt, Sp.FRS, menjelaskan adanya kasus gangguan saraf akibat penggunaan antibiotik yang keliru.\

“Antibiotik golongan fluoroquinolone itu bisa sampai menimbulkan toksisitas ke neuropsikiatri, jadi mempengaruhi neuron syaraf-syarafnya dan sampai mempengaruhi juga di psikiatri,” jelasnya pada talkshow kesehatan virtual yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan, Senin (24/10/2025). 

Efek ini biasanya muncul ketika pasien mengonsumsi antibiotik dalam durasi terlalu panjang, dosis tidak tepat, atau mengombinasikan beberapa antibiotik tanpa pengawasan tenaga medis.


Dari Usus ke Otak: Mekanisme yang Sering Diabaikan

Gangguan mental akibat antibiotik ternyata berkaitan erat dengan jalur usus–otak (gut-brain axis). 

Saat antibiotik diminum secara berlebihan, keseimbangan bakteri baik di saluran cerna terganggu. 

Baca juga: Ketahui Penyakit Apa Saja yang Tidak Butuh Konsumsi Obat Antibiotik

Perubahan ini memicu pelepasan neurotransmitter secara tidak teratur sehingga memengaruhi kerja saraf pusat.

Neurotransmiter adalah pembawa pesan kimiawi yang mengirimkan sinyal dari satu sel saraf (neuron) ke sel target berikutnya, seperti sel saraf lain, otot, atau kelenjar. 

Senyawa ini berperan penting dalam hampir setiap fungsi tubuh, termasuk pengaturan suasana hati, tidur, ingatan, dan gerakan. 

Jika kadar neurotransmiter tidak seimbang, ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan tertentu

“Antibiotik berlebih itu melepaskan neurotransmitter yang akhirnya sampai ke otak dan bisa mengganggu sistem saraf pusat. Bisa mempengaruhi kecemasan, halusinasi, insomnia, sampai seperti itu,” tutur Hadijah.

Di masyarakat, fenomena ini sering tidak disadari. Warga hanya merasa “kok makin cemas”, “kok tidak bisa tidur”, atau “kok kepala terasa aneh” tanpa menghubungkannya dengan antibiotik yang mereka konsumsi.

"Termasuk di sini maksudnya adalah otak ya. Bisa efeknya ke kejang, kemudian halusinasi, insomnia, karena penggunaan antibiotik. Jadi efeknya, efek samping bukan cuma ke ginjal atau hati,"imbuhnya. 


Ketika Sakit Tidak Sembuh dalam 3 Hari, Warga Mulai Panik

Ilustrasi
Ilustrasi (freepik.com)

Kebiasaan lain yang kerap memicu masalah adalah anggapan bahwa antibiotik harus memberikan efek instan. Banyak orang membeli antibiotik tambahan karena merasa tidak membaik dalam 2–3 hari.

Beberapa warga bahkan mengganti sendiri jenis antibiotik berdasarkan rekomendasi internet atau grup WhatsApp keluarga. 

Padahal, langkah tersebut justru menin

Baca juga: Curhat Pedagang Sapi Hadapi Tantangan Wabah PMK, Was-was Kondisi Ternak, Siap Siaga Antibiotik

gkatkan risiko efek samping saraf dan memperparah kondisi infeksi.

“Kadang-kadang pasien merasa kok sudah 3 hari tidak mempan. Lalu ganti sendiri lah, beli online. Nah itu yang panjang berbahasa seperti itu,” ungkap Hadijah.

Di tengah maraknya penggunaan antibiotik bebas, edukasi menjadi langkah paling penting. 

Antibiotik adalah obat keras yang pemilihannya harus berdasarkan pemeriksaan dokter, bukan tebakan atau referensi internet.

Fenomena kecemasan, halusinasi, dan insomnia yang muncul akibat antibiotik adalah alarm bahwa masyarakat perlu lebih berhati-hati. 

Penggunaan antibiotik bukan hanya perkara menyembuhkan infeksi, tetapi juga bagaimana obat tersebut memengaruhi otak dan seluruh sistem saraf.

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved