Rabu, 29 Oktober 2025

Kemenag Gelar AICIS+, Himpun Peneliti Dunia Bahas Krisis Iklim dan Etika Kecerdasan Buatan

Kemenag melalui AICIS+ 2025 menghadirkan ribuan peneliti dari 31 negara untuk membahas krisis iklim dan etika kecerdasan buatan dari perspektif Islam.

Editor: Content Writer
Istimewa
PELUNCURAN AICIS+ 2025 - Menteri Agama Nasaruddin Umar bersama jajaran membuka AICIS+ 2025 di Kementerian Agama Thamrin, Rabu (9/7/25). Acara ini akan membahas krisis iklim dan etika kecerdasan buatan di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Depok. 

TRIBUNNEWS.COM - Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar forum ilmiah bergengsi bertajuk Annual International Conference on Islam, Science, and Society (AICIS+) 2025. 

Ajang ini menjadi ruang pertemuan bagi para peneliti dan pemikir dunia untuk mendiskusikan isu-isu global terkini, mulai dari krisis iklim hingga etika penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam perspektif Islam.

Konferensi internasional yang akan berlangsung di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Depok ini mencatat partisipasi luar biasa. Panitia menerima 2.434 abstrak dari 31 negara. Tahun ini, AICIS+ mengusung tema “Islam, Ekoteologi, dan Transformasi Teknologi: Inovasi Multidisipliner untuk Masa Depan yang Adil dan Berkelanjutan.” 

Islam Menjawab Krisis Global

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Amien Suyitno menegaskan bahwa AICIS+ bukan sekadar ajang ilmiah tahunan, tetapi gerakan akademis global yang meneguhkan peran Islam dalam menjawab tantangan kemanusiaan modern.

“Kita tengah menghadapi dua krisis besar dunia sekaligus: krisis spiritual dan krisis ekologis. Melalui AICIS+, Kemenag ingin menunjukkan bahwa Islam dapat hadir dengan solusi yang rasional, berkeadaban, dan selaras dengan nilai kemanusiaan universal,” ujar Amien Suyitno di Depok, Kamis (23/10/2025).

Menurutnya, Islam memiliki landasan epistemologis yang kokoh untuk menjawab perubahan zaman, baik melalui nilai ekoteologi yang meneguhkan tanggung jawab manusia terhadap alam, maupun melalui etika teknologi yang memastikan kemajuan digital berpihak pada kemaslahatan.
“Islam bukan hanya ajaran spiritual, tetapi juga panduan peradaban. Ia menuntun arah kemajuan ilmu dan teknologi agar tidak kehilangan dimensi moral dan ekologis,” tambah Amien. 

Baca juga: STQH Nasional Usai, Kemenag Ajak Warga Amalkan dan Hayati Al-Qur’an

PTKI dan Wajah Islam Progresif

AICIS+ 2025 menjadi momentum penting bagi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) di Indonesia untuk menampilkan wajah Islam Indonesia yang progresif dan inklusif di panggung global.

“Melalui AICIS+, PTKI menunjukkan kapasitas akademik sekaligus spiritual dalam merespons isu-isu dunia. Dunia harus melihat Islam Indonesia sebagai kekuatan moral dan intelektual yang terbuka terhadap dialog peradaban,” jelas Amien.

Forum ini akan menghadirkan 12 pemikir dunia lintas disiplin untuk berdiskusi dengan akademisi Indonesia. Sejumlah topik strategis yang akan dibahas meliputi ekoteologi, feminisme ekologis, ekonomi berkeadilan, dan etika kecerdasan buatan (AI ethics).

Dari Kajian Tekstual ke Gerakan Intelektual

AICIS+ merupakan bentuk penyempurnaan dari konferensi Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) yang telah digelar sejak tahun 2000. 

Tahun ini, konferensi tersebut hadir dengan wajah baru: huruf “S” pada Studies kini berubah menjadi Science, dan satu “S” tambahan dimaknai sebagai Society.

Perubahan ini, kata Amien, bukan hanya simbolik, tetapi mencerminkan arah baru Kemenag dalam mendorong integrasi ilmu agama, sains, dan kemasyarakatan.
“Kita ingin menggeser paradigma keislaman dari sekadar wacana normatif menjadi praksis yang menjawab kebutuhan zaman. Agama dan sains harus bersinergi untuk kemaslahatan bumi dan umat manusia,” tegas Amien.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved