Rabu, 19 November 2025
Tujuan Terkait

Komitmen TSI Cisarua: Dari Program Konservasi Hingga Rumah Sakit Satwa Terlengkap se-Asia Tenggara

Lembaga konservasi seperti Taman Safari Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian satwa dan menanamkan kesadaran masyarakat.

Tribunnews/Nurfina
KONSERVASI SATWA - Taman Safari Indonesia memiliki peranan penting dalam menjaga kelestarian satwa dan menanamkan kesadaran masyarakat melalui program konservasi dan edukasi. 

TRIBUNNEWS.COM - Pernahkah kamu membayangkan jika suatu hari nanti satwa-satwa endemik Indonesia seperti harimau sumatera hanya bisa kita lihat lewat foto atau video dokumenter saja? 

Tentu akan sangat memilukan. Padahal keberadaan mereka adalah bagian dari identitas dan ekosistem keseimbangan alam Indonesia.

Untuk itu, lembaga konservasi seperti Taman Safari Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian satwa dan menanamkan kesadaran masyarakat melalui program konservasi dan edukasi.

Direktur Utama Taman Safari Indonesia, Aswin Sumampau menjelaskan, Taman Safari Indonesia berpegang pada tiga pilar utama, yaitu konservasi, edukasi, dan rekreasi. Ia menyebut, Taman Safari Indonesia sebagai salah satu lembaga konservasi ex-situ terbesar di Asia Tenggara, mendukung program-program konservasi khususnya yang tertuju kepada keanekaragaman hayati.

“Kita adalah benteng pertahanan terakhir. Ketika satwa perlahan punah, kita harus punya bank genetik agar bisa mengembangbiakkannya dan melepasliarkan kembali ke alam,” jelas Aswin kepada media di Taman Safari Bogor, Cisarua, Senin (10/11/2025).

Pintu masuk TSI Bogor.

Saat ini, Taman Safari Indonesia (TSI) merupakan satu-satunya tempat konservasi yang melakukan program bank sperma harimau sumatera. Aswin menyebut, melalui bank genetika ini, diharapkan tercipta variasi genetik yang memadai demi menjaga keberlangsungan harimau sumatera di masa mendatang.

Selain itu, TSI, khususnya di Bogor, juga terus berfokus pada penangkaran dan pengembangbiakan harimau sumatera hingga nantinya bisa dilepasliarkan jika memang kondisi alam memungkinkan, seperti 8 ekor harimau sumatera yang pernah diselamatkan dan telah berhasil dilakukan pelepasliaran oleh TSI.

Lebih dari Sekadar Wisata: Lestarikan Satwa, Edukasi Setiap Generasi

Tidak hanya harimau sumatera, mengingat lokasi Taman Safari Bogor yang berdekatan dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Taman Safari Indonesia juga bertanggung jawab terhadap konservasi satwa di lingkungan sekitarnya, dalam hal ini adalah owa jawa.

Taman Safari Indonesia melakukan konservasi, riset, dan breeding dengan tujuan stock population untuk satu-satunya jenis primata tidak berekor dari keluarga owa ini sehingga bisa memperkaya populasi owa jawa yang ada di habitatnya di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Spesies lainnya yang juga sedang fokus dikonservasi Taman Safari Bogor adalah kucing emas. Kucing emas merupakan jenis kucing yang berstatus terancam punah karena populasinya terus menurun akibat hilangnya habitat. 

Untuk saat ini program konservasi kucing emas di Taman Safari Bogor berfokus pada research dan restocking untuk mendapatkan banyak pengetahuan.

Direktur Utama Taman Safari Indonesia, Aswin Sumampau bersama Vice President of Life Science TSI Group, drh. Bongot Huaso Mulia di Taman Safari Bogor, Senin (10/11/2025).
Direktur Utama Taman Safari Indonesia, Aswin Sumampau bersama Vice President of Life Science TSI Group, drh. Bongot Huaso Mulia di Taman Safari Bogor, Senin (10/11/2025). (Tribunnews/Nurfina)

Sementara itu, untuk pilar edukasi, Aswin menyebut Taman Safari Indonesia terus berkomitmen memberikan edukasi kepada masyarakat yang setiap generasinya memiliki cara pandang berbeda, khususnya di era digitalisasi seperti saat ini. 

TSI juga turut bekerja sama dengan sekolah-sekolah sehingga rasa cinta dan peduli terhadap satwa juga bisa tumbuh sejak dini.

“Dari sisi edukasi itu kita harapkan mereka pulang memiliki rasa cinta yang baru terhadap satwa dan alam, sehingga pada waktu nanti mereka besar, mereka akan mendorong regulasi-regulasi ke arah lebih concern kepada alam. Mereka lebih mengetahui bahwa satwa-satwa ini harus dilindungi, misalnya ketika akan membuka hutan dan sebagainya,” jelas Aswin.

Baca juga: Marine Safari Bali: Antara Edukasi dan Upaya Menjaga Ekosistem Laut Nusantara

Rumah Sakit Satwa dengan Fasilitas Lengkap

Keseriusan Taman Safari Indonesia juga ditunjukkan dengan pengembangan fasilitas Rumah Sakit Satwa dengan luas lahan 4200m2 dan biaya investasi mencapai Rp50 miliar yang diperkirakan pembangunannya rampung di akhir tahun 2025. 

Halaman 1/2

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved