Apakah Anak Kecil Boleh Diet? Ini Penjelasan Dokter Cara Aman Atasi Obesitas Anak
Fenomena anak-anak dengan berat badan berlebih kini semakin sering dijumpai

“Kita punya satu rambu-rambu, kuning, hijau, dan merah, itu makanan apa yang boleh sering, apa yang boleh dibatasi, apa yang tidak boleh dimakan,” tambahnya.
Dengan sistem ini, anak diajarkan untuk mengenal makanan sehat tanpa rasa terpaksa.
Makanan hijau adalah yang boleh dikonsumsi sering, seperti sayur, buah, ikan, dan sumber protein sehat.
Baca juga: Obesitas Ancam Anak Indonesia, Wamenkes Singgung Rencana Sugar Tax
Makanan kuning adalah yang sebaiknya dibatasi, seperti nasi putih, roti, atau makanan olahan ringan.
Sementara makanan merah adalah yang sebaiknya dihindari, seperti gorengan, minuman manis, dan makanan cepat saji.
Lingkungan Jadi Faktor Kunci
Obesitas pada anak, menurut dr. Melissa, tidak hanya disebabkan oleh pola makan, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan budaya masyarakat.
“Bisa pengaruh lingkungan, dari keluarga, atau mungkin mitos-mitos yang, oh kalau anak cabi itu lebih lucu. Atau misalkan orang tua-orang tua yang kasih reward makanan ke anak,” ungkapnya.
Kebiasaan memberikan makanan sebagai hadiah atau penghiburan membuat anak belajar mengaitkan makanan dengan emosi.
Akibatnya, mereka makan bukan karena lapar, tapi karena ingin merasa senang atau dihargai.
Selain itu, perubahan gaya hidup juga berperan besar. Aktivitas fisik anak zaman sekarang menurun drastis, tergantikan oleh layar gawai
Artinya, ruang gerak yang sempit, kurangnya aktivitas luar ruangan, serta pola asuh yang permisif terhadap screen time turut memperburuk risiko obesitas anak.
Obesitas Bukan Sekadar Soal Penampilan
Banyak orangtua yang baru menyadari risiko obesitas setelah anak mengalami keluhan kesehatan seperti cepat lelah, sulit tidur, atau kadar gula darah tinggi.
Padahal, obesitas pada anak bisa berkembang menjadi penyakit kronis di masa depan, seperti diabetes tipe 2, hipertensi, hingga gangguan metabolik.
Lebih lanjut dr. Melissa menegaskan, anak-anak tidak boleh menjalani diet defisit kalori ekstrem.
Karena mereka masih dalam masa pertumbuhan dan membutuhkan nutrisi lengkap untuk perkembangan otak dan tubuh.
“Kita nggak akan ekstrim defisit karena dia masih masa pertumbuhan. Dan yang terakhir kita harus screening, apakah ada gangguan hormonal atau tidak,” jelasnya.
Apabila ditemukan gangguan hormonal, seperti hipotiroid atau resistensi insulin, dokter akan menyesuaikan terapi agar anak tetap tumbuh sehat tanpa menimbulkan stres atau tekanan psikologis.
Efektif Cegah Obesitas, Konsumsi Cukup Protein dan Serat Bikin Kenyang Lebih Lama |
![]() |
---|
Jajanan Cepat Saji Jadi Penyebab Angka Obesitas di RI Meroket, Biaya Medis Tembus Rp 24 Triliun |
![]() |
---|
Angka Obesitas di Jakarta Tinggi, Pramono Anung Diminta Tinjau Ulang Pajak Olahraga |
![]() |
---|
Upaya Cegah Diabetes dan Obesitas, 3 Kelurahan di Solo Deklarasikan Kampung Sehat |
![]() |
---|
Viral Evakuasi Pasien Obesitas 300 Kg di Sragen, Alami Sesak Napas dan Ditemukan Cairan di Perut |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.