Senin, 24 November 2025

Ekonomi Jakarta Positif, Tapi Risiko Ketimpangan hingga Inflasi Pangan Masih Mengintai

Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta, Fahira Idris, mengapresiasi capaian ekonomi Jakarta sepanjang 2025.

Penulis: Hasiolan E.P.G
Editor: Wahyu Aji
Tribunnews.com/ Yurike Budiman
EKONOMI JAKARTA - Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta, Fahira Idris, mengapresiasi capaian ekonomi Jakarta sepanjang 2025. 
Ringkasan Berita:
  • Terlepas dari capaian ekonomi yang ada, pertumbuhan Jakarta dinilai belum dirasakan merata oleh seluruh warga.
  • Anggota DPD Fahira Idris menyoroti berbagai tantangan struktural, termasuk birokrasi investasi, ketimpangan kualitas tenaga kerja, inflasi pangan, dan lambatnya realisasi proyek strategis daerah.
  • Fahira mengajukan lima rekomendasi mulai dari  reformasi ekosistem investasi, diversifikasi sektor ekonomi, penguatan UMKM, hingga stabilitas harga pangan

Hasiolan EP/Tribunnews.com

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta, Fahira Idris, mengapresiasi capaian ekonomi Jakarta sepanjang 2025.

Namun, ia menekankan bahwa keberhasilan tersebut tidak boleh membuat pemerintah daerah lengah.

Di balik pertumbuhan investasi yang mencapai Rp204,13 triliun, turunnya tingkat pengangguran menjadi 6,05 persen, serta pendapatan daerah yang sudah menembus Rp68,53 triliun per 20 November 2025, Jakarta masih menghadapi tantangan fundamental yang belum terselesaikan.

Fahira menyebut kalau kemajuan tersebut memang menunjukkan penguatan ekonomi ibu kota.

Namun ia mengingatkan bahwa pencapaian statistik tidak serta-merta menggambarkan pemerataan manfaat bagi masyarakat.

Menurutnya, peningkatan serapan tenaga kerja perlu diuji lebih dalam—apakah benar-benar menciptakan pekerjaan layak atau justru didominasi lapangan kerja informal yang tidak stabil.

Hal serupa ia sampaikan mengenai pendapatan daerah yang terus meningkat; capaian itu harus diikuti dengan perbaikan kualitas belanja publik dan layanan kota, terutama di sektor yang masih menjadi keluhan warga seperti kemacetan, banjir, polusi, dan mahalnya biaya hidup.

Fahira juga menyoroti bahwa iklim investasi Jakarta masih menghadapi hambatan teknis di lapangan.

Banyak komitmen investasi yang tidak segera terealisasi akibat proses perizinan yang belum sepenuhnya efektif.

Selain itu, struktur ekonomi Jakarta dinilai terlalu bergantung pada sektor yang sama dari tahun ke tahun.

Transformasi menuju sektor digital, kesehatan, energi bersih, dan transportasi publik dinilai progresnya lambat, padahal ini penting untuk menjadikan Jakarta lebih kompetitif sebagai kota global.

Ia menilai UMKM—yang sering disebut sebagai tulang punggung ekonomi—belum merasakan manfaat pertumbuhan secara merata karena masih menghadapi persoalan akses modal, digitalisasi, dan pasar.

Masalah ketahanan harga pangan juga menjadi perhatian Fahira. Sepanjang 2025, harga sejumlah komoditas tetap berfluktuasi dan membebani masyarakat kelas menengah ke bawah.

Menurutnya, rantai pasok Jakarta masih rentan dan membutuhkan penguatan koordinasi yang lebih ketat dengan daerah pemasok.

Ia juga menyoroti lambatnya sejumlah proyek strategis daerah, mulai dari pengelolaan sampah, penyediaan air bersih, transportasi publik, hingga penanganan banjir dan penurunan muka tanah—proyek yang seharusnya menjadi fondasi bagi daya saing Jakarta dalam jangka panjang.

Fahira menegaskan bahwa pencapaian yang sudah diraih saat ini hanya akan bermakna jika diikuti konsistensi, inovasi, dan penguatan kolaborasi antara pemerintah daerah dan pusat.

“Ekonomi Jakarta memang sedang berada dalam fase positif, tetapi capaian angka tidak boleh membuat kita abai terhadap pekerjaan rumah yang masih besar. Pertumbuhan investasi, penurunan pengangguran, dan meningkatnya pendapatan daerah harus benar-benar diterjemahkan menjadi peningkatan kualitas hidup warga,” ujarnya.

Sebagai penutup, ia menyebut bahwa Jakarta hanya dapat mempertahankan posisinya sebagai kota global jika terus memperbaiki fondasi struktural dan memastikan manfaat ekonomi menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Ekonomi Jakarta Sepanjang 2025

Sepanjang 2025, perekonomian DKI Jakarta bergerak dalam tren moderat dengan pertumbuhan yang masih ditopang sektor perdagangan, jasa, dan transportasi.

Sebagai pusat aktivitas keuangan nasional, Jakarta terus menjadi motor penggerak perekonomian Indonesia, meski menghadapi tekanan dari perlambatan global dan dinamika harga komoditas.

Pertumbuhan ekonomi Ibu Kota pada 2025 diperkirakan berada di kisaran 5,1–5,3 persen, sejalan dengan pemulihan konsumsi masyarakat pascapandemi serta peningkatan mobilitas dan belanja rumah tangga.

Sektor perdagangan besar dan eceran tetap menjadi kontributor utama PDRB, didorong oleh ekspansi ritel modern, penjualan digital yang tumbuh dua digit, dan peningkatan daya beli kelas menengah.

Industri informasi dan komunikasi mencatat pertumbuhan stabil akibat meluasnya penggunaan layanan digital, fintech, dan adopsi teknologi kecerdasan buatan di berbagai lini bisnis.

Dari sisi ketenagakerjaan, tingkat pengangguran terbuka Jakarta menurun ke kisaran 6 persen, ditopang pemulihan sektor perhotelan, restoran, transportasi, dan hiburan yang kembali beroperasi penuh.

Namun, tantangan ketimpangan pendapatan dan kebutuhan peningkatan kualitas tenaga kerja masih mencolok, terutama di tengah percepatan digitalisasi industri.

Di sisi fiskal, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus memperkuat kebijakan fiskal produktif dengan fokus pada pembangunan transportasi publik, penataan kota, penerapan Low Emission Zone, dan infrastruktur sosial seperti sekolah dan fasilitas kesehatan.

Realisasi investasi di Jakarta juga menunjukkan tren positif, didorong oleh proyek properti skala besar, data center, dan industri kreatif.

Profil Singkat Fahira Idris

Fahira Idris adalah Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta yang telah menjabat sejak 2014 dan terpilih selama tiga periode.

Lahir pada 21 Mei 1968, ia menyelesaikan pendidikan S1 di bidang Hubungan Internasional di Universitas Prof. Dr. Moestopo dan melanjutkan studi S2 Komunikasi di Universitas Mercu Buana.

Selain kiprahnya sebagai senator, Fahira dikenal aktif dalam berbagai organisasi, antara lain sebagai Ketua Umum Gerakan Nasional Anti Miras dan pernah menjabat Wakil Ketua Umum KADIN Bidang UMKM.

Ia juga terlibat dalam sejumlah advokasi sosial, perlindungan konsumen, dan berbagai isu kebijakan publik.

Baca juga: Jaga Pertumbuhan Ekonomi Jakarta, Gubernur Pramono Tetapkan Diskon Pajak Hotel dan Restoran

Fokus perhatian Fahira mencakup pemberdayaan UMKM, perlindungan konsumen, gerakan anti minuman keras, ketahanan pangan, serta berbagai persoalan perkotaan dan layanan publik di Jakarta.

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved