Rabu, 13 Agustus 2025

Gejolak di Partai Demokrat

SBY Turun Gunung Sikapi Gejolak Demokrat, Tri Yulianto: Kepemimpinan AHY Sangat Lemah dan Diragukan

Mantan Wasekjen Partai Demokrat, Tri Yulianto, angkat suara terkait polemik kudeta kepemimpinan Partai Demokrat.

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Adi Suhendi
Tribunnews.com/ Chaerul Umam
Mantan Wasekjen Partai Demokrat, Tri Yulianto (kanan). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Wasekjen Partai Demokrat, Tri Yulianto, angkat suara terkait polemik kudeta kepemimpinan Partai Demokrat.

Diketahui, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan diri turun gunung untuk mengatasi polemik dalam tubuh partai berlambang bintan mercy tersebut.

Tri Yulianto menilai turun gunungnya SBY menandakan kepemimpinan Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sangat lemah.

"Jadi dengan adanya statement Pak SBY kemarin itu adalah bentuk kepanikan dan bentuk bahwa leadership dari kepemimpinan AHY ini sangat lemah dan diragukan," kata Tri kepada wartawan di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Kamis (25/2/2021).

Tri juga mempertanyakan posisi SBY dalam struktur partai berdasarkan AD/ART Demokrat.

Baca juga: SBY Sebut Demokrat Not for Sale, Mantan Wasekjen: Siapa yang Mau Jual Partai Ini?

Baca juga: Viral, Kisah Kakek Muin Jualan Sandal dalam Keadaan Stroke, Pernah Seharian Dagangan Tak Laku

Menurutnya, posisi Majelis Tinggi tidak memiliki garis komando dalam kepengurusan partai.

"Bahwa organisasi Partai Demokrat yang baru sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga itu fungsi dari Majelis Tinggi ini garisnya terputus-putus, artinya tidak mempunyai garis komando," ucapnya.

"Tapi kenapa kemarin beliau berbicara? kan ada ketua umum. Sangat aneh ketika ada ketua umum tapi yang berbicara di konferensi pers menyikapi persoalan KLB (Kongres Luar Biasa) ini seorang Majelis Tinggi," lanjutnya.

Baca juga: SBY: Keterlaluan, Andaikan KLB Terjadi dan Disahkan Menkumham

Atas dasar itu, pihaknya bersama sejumlah pendiri dan senior Partai Demokrat mendorong digelarnya KLB.

Menurutnya, melalui KLB akan mengembalikan cita-cita para pendiri menjadikan Demokrat sebagai partai modern dan terbuka.

"Partai ini diciptakan, dibangun keluar dari komitmen awal partai, seperti keluarga dibikin kaya dinasti. Ini yang mau kita akan luruskan supaya Partai Demokrat ke depan semakin besar," katanya.

"Mengapa Partai Demokrat turun terus (perolehan suara di Pemilu)? itu salah satu hukuman masyarakat, masyarakat tidak berkenan dengan partai didominasi oleh keluarga," pungkasnya.

SBY Pasang Badan

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyesalkan adanya Gerakan Pengambilalihan Kepemimpinan Partai Demokrat (GPK PD).

SBY pun menyatakan sumpah setianya kepada partai berlambang bintang mercy tersebut.

Dia menegaskan akan menjadi benteng bagi Partai Demokrat.

"InsyaAllah, sepanjang hayat dikandung badan, saya akan tetap menjadi kader Partai Demokrat, dan akan menjadi benteng dan bhayangkara partai ini, menghadapi siapa pun yang akan mengganggu, merusak, merebut dan menghancurkan partai kita," ujar SBY, dalam video yang diterima Tribunnews.com, Rabu (24/2/2021).

Baca juga: SBY: Partai Demokrat Not For Sale !

Baca juga: Kronologi Penembakan di Cengkareng yang Tewaskan 3 Orang Termasuk Anggota TNI: Bripka CS Mabuk

"Ini sumpah saya. Sumpah dan kesetiaan saya di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa. Kesetiaan terhadap partai inilah darah saya, juga milik saya yang paling berharga. Tentu di bawah kesetiaan saya kepada bangsa dan negara tercinta," imbuhnya.

Selain itu, SBY menyampaikan dirinya tidak akan pernah meninggalkan Partai Demokrat.
Sebab dirinya bangga pernah menjadi penggagas, turut membina, memimpin dan membesarkan partai itu bersama sang istri tercinta.

Presiden ke-6 RI itu juga menegaskan bangga dan hormat kepada para kader yang setia terhadap Partai Demokrat meski partainya berada di luar pemerintahan selama tujuh tahun.

"Saya bangga, seraya memberi hormat, kepada jutaan kader yang juga setia dan mencintai partainya. Mereka adalah para kader yang kuat dan tabah dalam suka dan duka. Kader yang tidak pernah mengganggu, membuat masalah dan bahkan berkhianat," jelasnya.

Baca juga: SBY: Apa yang Dilakukan Moeldoko di Luar Pengetahuan Presiden Jokowi

SBY mengatakan pada kader yang terlibat dalam isu kudeta kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) adalah kader yang ingin menjual partainya.

Mereka juga disebut sebagai kader yang jarang muncul atau hanya muncul lima tahun sekali.

Baca juga: Pengamat: Wacana KLB Partai Demokrat Harus Jadi Bahan Introspeksi Internal

"Bukan pula kader atau mantan kader yang ingin menjual partai kita demi imbalan uang dan kedudukan, partai yang kita bangun dengan susah payah, disertai keringat dan cucuran air mata," kata dia.

"Bukan pula mereka yang pada tahun-tahun yang berat tidak kelihatan batang hidungnya, dan hanya muncul 5 tahun sekali menjelang kongres untuk memaksakan kehendaknya, atau menjelang pencalonan anggota legislatif dalam pemilu agar dia dicalonkan," lanjutnya.

"Saya SBY, bersyukur dan bangga bersama para kader yang setia tersebut, dan akan tetap bersama Partai Demokrat dalam jatuh bangunnya partai ini," ujarnya.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan