Sahroni Sebut Kematian Pandu akibat Ditendang Bentuk Arogansi Polisi yang Tak Dapat Ditolerir
Ahmad Sahroni menegaskan kasus penganiayaan Pandu Brata oleh oknum polisi sebagai bentuk arogansi yang tidak dapat ditoleransi.
Penulis:
Chaerul Umam
Editor:
Dewi Agustina
Bahkan, pembubaran tersebut disertai dengan tembakan peringatan yang membuat para pemuda berhamburan kabur, termasuk rombongan Pandu.
Akibatnya, Pandu pun terpisah dengan rombongannya saat mengendarai sepeda motor.
"Lalu terjadi aksi kejar-kejaran antara (motor yang ditumpangi) korban dan oknum polisi yang mengendarai motor. Oknum polisi tersebut berusaha menjatuhkan mereka dengan menendang saat berkendara," ujar Ady.
Selanjutnya, Sahat, rekan Pandu, memutuskan untuk melompat dari sepeda motor dan melarikan diri.
Hal tersebut turut diikuti oleh Pandu. Nahas, saat melompat, korban justru tertabrak motor yang dikendarai polisi tersebut.
Lantas, Ady mengatakan polisi tersebut menendang Pandu sebanyak dua kali.
"Setelah itu, oknum polisi menendang korban sebanyak dua kali," ujar Ady.
Ternyata, dugaan penganiayaan terhadap Pandu oleh polisi itu turut disaksikan warga sekitar.
Warga pun turut mendengar adanya suara tembakan sebanyak tiga kali serta suara bising sepeda motor di depan rumahnya.
Ady mengatakan saksi juga mengaku sempat melihat Pandu ditendang perutnya oleh polisi sebanyak tiga kali hingga meminta ampun.
"Polisi menginjak dan menendang perutnya sebanyak tiga kali. Beberapa warga lainnya juga sempat mendengar suara teriakan Pandu meminta ampun dan meminta tolong saat kejadian tersebut," kata Ady.
Pandu Sempat Dibawa ke Puskesmas, Jalani Tes Urine di Polsek
Kemudian, Pandu sempat dibawa polisi ke puskesmas lantaran menderita luka di pelipis hingga mendapat jahitan.
Setelah itu, Pandu langsung diamankan di Polsek Simpang Empat untuk menjalani tes urine sebanyak dua kali.
Saat tes urine kedua, korban dinyatakan positif mengonsumsi narkoba.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.