Sabtu, 20 September 2025

Hari Pendidikan Nasional

25 Kutipan Populer Ki Hadjar Dewantara untuk Memperingati Hardiknas 2 Mei 2025

Berikut 25 kutipan populer Ki Hadjar Dewantara untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), yang diperingati setiap tanggal 2 Mei.

Canva/Tribunnews
POSTER HARDIKNAS 2025 - Poster Hari Pendidikan Nasional 2025 dibuat di Canva pada Selasa (29/4/2025). Berikut kutipan populer Ki Hadjar Dewantara untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). 

TRIBUNNEWS.COM - Simak kutipan populer dari Ki Hadjar Dewantara untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2025.

Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) dirayakan setiap tanggal 2 Mei.

Mengutip dari kemdikbud.go.id, tahun 2025, Hardiknas diperingati dengan tema "Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua".

Hardiknas diperingati bertepatan dengan hari kelahiran pahlawan Nasional Bangsa, yang juga disebut sebagai Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara.

Tanggal peringatan Hardiknas telah ditetapkan oleh Pemerintah sejak 16 Desember 1959, melalui Keppres No. 316 Tahun 1959.

Namun perlu diketahui, Hardiknas tidak masuk dalam daftar hari libur nasional, hanya termasuk dalam hari besar nasional.

Baca juga:  Hari Pendidikan Nasional 2025: Sejarah, Tema dan Logo Hardiknas 2025, Beserta Link Download

25 Kutipan Populer Ki Hadjar Dewantara untuk Peringati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025

Dikutip dari tamansiswapusat.com, berikut kutipan populer dari Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan:

  1. “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.”
  2. “Among System kita yaitu: menyokong kodrat alamnya anak-anak yang kita didik, agar dapat mengembangkan hidupnya lahir dan batin menurut kodratnya sendiri-sendiri.”
  3. “Dengan budi pekerti, tiap-tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka (berpribadi), yang dapat memerintah atau menguasai diri sendiri. Inilah manusia beradab dan itulah maksud dan tujuan pendidikan dalam garis besarnya.”
  4. “Dengan ilmu kita menuju kemuliaan.”
  5. “Di dalam hidupnya anak-anak adalah tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya, yaitu alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan pemuda.”
  6. “Di mana ada kemerdekaan di situ harus ada disiplin yang kuat. Sungguh disiplin itu bersifat self disiplin, yaitu kita sendiri mewajibkan dengan sekeras-kerasnya. Dan peraturan yang sedemikian itu harus ada di dalam suasana yang merdeka.”
  7. “Guru jangan hanya memberi pengetahuan yang perlu dan baik saja tetapi harus juga mendidik si murid akan dapat mencari sendiri pengetahuan itu dan memakainya guna amal keperluan umum. Pengetahuan yang baik dan perlu itu yang manfaat untuk keperluan lahir batin dalam hidup bersama.”
  8. “Pendidikan dan pengajaran di dalam Republik Indonesia harus berdasarkan kebudayaan dan kemasyarakatan bangsa Indonesia, menuju ke arah kebahagiaan batin serta keselamatan hidup lahir.”
  9. “Pengaruh pengajaran itu umumnya memerdekakan manusia atas hidupnya lahir, sedang merdekanya hidup batin terdapat dari pendidikan.”
  10. “Ada satu kebebasan yang lebih tinggi daripada kebebasan politik, yaitu kebebasan untuk memilih cara hidup sendiri, kebebasan untuk memilih cara hidup yang dibenarkan oleh hati nurani dan kebijaksanaan.”
  11. “Anak-anak tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu”
  12. “Dunia pendidikan tak lepas dari para pengajar alias guru, para pejuang tulus tanpa tanda jasa yang mencerdaskan kehidupan bangsa.”
  13. “Guru adalah seorang pejuang tulus tanpa tanda jasa mencerdaskan bangsa.”
  14. “Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.” (Di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan)
  15. “Jika ingin mengubah dunia, mulailah dengan mengubah diri sendiri.”
  16. “Melalui ngerti, ngrasa, lan nglakoni (menyadari, menginsyafi, dan melakukan), budi pekerti yang dibentuk untuk merdeka dan mandiri akan hadir adab.”
  17. “Membaca adalah jendela dunia. Tetapi tidak hanya itu, membaca juga adalah sebuah kunci yang dapat membuka pintu-pintu rahasia ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.”
  18. “Mempunyai ketetapan, tidak tergoyahkan, berisi dengan berilmu pengetahuan, hingga yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa apa yang dilakukannya adalah benar dan baik.”
  19. “Orang yang mempunyai kecerdasan budi pekerti itu senantiasa memikir-mikirkan dan merasa-rasakan serta selalu memakai ukuran, timbangan dan dasar-dasar yang pasti dan tetap.”
  20. “Pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup. Pendidikan itu sendiri adalah kehidupan.”
  21. “Pendidikan sejati adalah pendidikan yang mengajarkan kita untuk hidup bersama, untuk saling menghargai, untuk saling membantu, untuk saling mencintai.”
  22. “Percaya, tegas, penuh ilmu hingga matang jiwanya, serta percaya diri, tidak mudah takut, tabah menghadapi rintangan apapun.
  23. “Sesungguhnya, hidup itu ibarat sebuah buku. Siapa yang tidak pernah belajar, sama saja dengan buku yang tidak pernah dibaca.”
  24. “Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah.”
  25. “Tidak ada anak yang bodoh. Yang ada hanya guru yang tidak tahu cara mengajar.”

Baca juga: Berpusat kepada Siswa, Sekolah Terapkan Filosofi Pembelajaran Ki Hadjar Dewantara

Hari Pendidikan Nasional

Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) bertepatan dengan hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara.

Ki Hadjar Dewantara mempunyai nama asli RM Suwardi Suryaningrat.

Dia lahir dari keluarga ningrat di Yogyakarta, 2 Mei 1889. 

Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, Ki Hadjar Dewantara melanjutkan pendidikan di STOVIA.

Sayangnya karena sakit, ia tidak dapat menyelesaikan pendidikan dan bekerja menjadi seorang wartawan.

Ia bekerja menjadi wartawan di beberapa media surat kabar, seperti De Express, Utusan Hindia, dan Kaum Muda.

Di masa kolonialisme Belanda, Ki Hadjar Dewantara dikenal karena keberaniannya menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda.

Pada saat itu, pendidikan hanya diperuntukan bagi anak-anak kelahiran Belanda atau kaum priyayi saja.

Mengutip dari nationalgeographic.grid.id, karena kritikya tersebut, ia diasingkan ke Belanda bersama dua rekannya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo.

Lalu mereka bertiga dikenal sebagai tokoh "Tiga Serangkai".

Setelah kembali ke Indonesia, Ki Hadjar Dewantara berinisiatif mendirikan sebuah lembaga pendidikan Nationaal Onderwijs Instituut Taman siswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa.

Saat mendirikan Taman siswa sekaligus mengajar di sekolah tersebut, Ki Hajar Dewantara menciptakan tiga semboyan bagi para guru atau pengajar.

Semboyan yang ia buat terdiri dari tiga poin yang ditulis dalam bahasa Jawa.

Semboyan tersebut diciptakan sebagai pedoman bagi guru atau pengajar saat membimbing murid-muridnya dalam hal pembelajaran.

Semboyan tersebut adalah "ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani".

Semboyan tersebut jika diartikan menjadi "di depan menjadi contoh atau panutan, di tengah memberi atau membangun semangat, niat, maupun kemauan, di belakang memberikan semangat atau dorongan".

Hingga kini, semboyan dari Ki Hadjar Dewantara tersebut masih digunakan di kalangan pendidikan Indonesia.

Kemudian Ki Hadjar Dewantara juga sempat diangkat sebagai menteri pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia.

Ki Hadjar Dewantara tutup usia pada tanggal 26 April 1959.

Untuk menghormati jasanya terhadap dunia pendidikan di Indonesia, pemerintah kemudian menetapkan tanggal kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional pada tahun 1959.

(Tribunnews.com/Oktavia WW)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan