Minggu, 7 September 2025

Hadapi Disinformasi, Pakar Ungkap Pentingnya Narasi Empatik pada Gerakan Sosial

Di tengah riuhnya ruang digital yang dipenuhi informasi menyesatkan, narasi empatik dinilai menjadi salah satu kunci ampuh dorong gerakan sosial.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Wahyu Aji
HO/Purpose Indonesia
NARASI EMPATIK - Acara “Cerita untuk Cipta: Dari Narasi Menjadi Aksi” di Jakarta. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Di tengah riuhnya ruang digital yang dipenuhi informasi menyesatkan, narasi empatik dinilai menjadi salah satu kunci paling ampuh untuk mendorong gerakan sosial dan aksi komunitas. 

Pendiri dan penasihat NALAR Institute serta Centre for Innovation Policy & Governance (CIPG), Yanuar Nugroho, menyampaikan bahwa saat ini pendekatan populisme kerap menyederhanakan masalah publik menjadi hal-hal yang emosional dan sentimental. 

Hal itu, kata dia, memicu disonansi kognitif di masyarakat, yakni tekanan psikologis akibat ketidaksesuaian informasi.

"Narasi empatik bisa menjadi jawaban. Komunikasi publik yang menyentuh sisi emosional jauh lebih efektif ketimbang hanya rasional," ujar Yanuar melalui keterangan tertulis, Rabu (4/6/2025).

Hal tersebut diungkapkan oleh Yanuar pada acara “Cerita untuk Cipta: Dari Narasi Menjadi Aksi” yang digelar Purpose Indonesia di Jakarta.

Pandangan senada disampaikan Evi Mariani, Pemimpin Umum Project Multatuli. 

Dirinya menilai ruang informasi publik saat ini timpang.

Di satu sisi masyarakat dibanjiri informasi, tapi di sisi lain masih banyak isu penting yang luput dan suara-suara yang diabaikan.

"Isu lingkungan, misalnya, sangat berisiko untuk disuarakan. Banyak kepentingan besar yang bermain, dan didukung oleh buzzer yang membanjiri ruang informasi," katanya.

Menurut Evi, ini menjadi tantangan besar bagi jurnalis, aktivis, dan kreator konten.

Mereka harus berjuang untuk menyuarakan isu-isu yang tidak populer dan membangun kolaborasi strategis. 

"Kekuatan masyarakat sipil ada pada jalinan kerja sama yang kecil-kecil tapi kuat," katanya. 

Sementara itu, Michelle Winowatan dari Purpose menjelaskan bahwa gerakan sosial sangat rentan terhadap disinformasi. 

Ia menekankan perlunya sosok-sosok komunikator yang kredibel dan dipercaya publik.

Ia membeberkan hasil survei Purpose yang menunjukkan bahwa masyarakat Muslim di Indonesia cenderung paling percaya kepada pemuka agama dalam isu lingkungan. 

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan