Hadapi Disinformasi, Pakar Ungkap Pentingnya Narasi Empatik pada Gerakan Sosial
Di tengah riuhnya ruang digital yang dipenuhi informasi menyesatkan, narasi empatik dinilai menjadi salah satu kunci ampuh dorong gerakan sosial.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Di tengah riuhnya ruang digital yang dipenuhi informasi menyesatkan, narasi empatik dinilai menjadi salah satu kunci paling ampuh untuk mendorong gerakan sosial dan aksi komunitas.
Pendiri dan penasihat NALAR Institute serta Centre for Innovation Policy & Governance (CIPG), Yanuar Nugroho, menyampaikan bahwa saat ini pendekatan populisme kerap menyederhanakan masalah publik menjadi hal-hal yang emosional dan sentimental.
Hal itu, kata dia, memicu disonansi kognitif di masyarakat, yakni tekanan psikologis akibat ketidaksesuaian informasi.
"Narasi empatik bisa menjadi jawaban. Komunikasi publik yang menyentuh sisi emosional jauh lebih efektif ketimbang hanya rasional," ujar Yanuar melalui keterangan tertulis, Rabu (4/6/2025).
Hal tersebut diungkapkan oleh Yanuar pada acara “Cerita untuk Cipta: Dari Narasi Menjadi Aksi” yang digelar Purpose Indonesia di Jakarta.
Pandangan senada disampaikan Evi Mariani, Pemimpin Umum Project Multatuli.
Dirinya menilai ruang informasi publik saat ini timpang.
Di satu sisi masyarakat dibanjiri informasi, tapi di sisi lain masih banyak isu penting yang luput dan suara-suara yang diabaikan.
"Isu lingkungan, misalnya, sangat berisiko untuk disuarakan. Banyak kepentingan besar yang bermain, dan didukung oleh buzzer yang membanjiri ruang informasi," katanya.
Menurut Evi, ini menjadi tantangan besar bagi jurnalis, aktivis, dan kreator konten.
Mereka harus berjuang untuk menyuarakan isu-isu yang tidak populer dan membangun kolaborasi strategis.
"Kekuatan masyarakat sipil ada pada jalinan kerja sama yang kecil-kecil tapi kuat," katanya.
Sementara itu, Michelle Winowatan dari Purpose menjelaskan bahwa gerakan sosial sangat rentan terhadap disinformasi.
Ia menekankan perlunya sosok-sosok komunikator yang kredibel dan dipercaya publik.
Ia membeberkan hasil survei Purpose yang menunjukkan bahwa masyarakat Muslim di Indonesia cenderung paling percaya kepada pemuka agama dalam isu lingkungan.
| Kompetisi Padel Jadi Ajang Diplomasi, Atta Halilintar hingga Putra Menko Airlangga Ikut Bertanding |
|
|---|
| Keseruan Komunitas Digimon Indonesia di Indonesia Game Expo 2025, Jadi Ajang Kumpul Penggemar Game |
|
|---|
| Classical 15 Jakarta, Wadah Para Pecinta Motor Tua di Metropolitan |
|
|---|
| Dari Digivice ke Dunia Digital Baru: DIGI-IN Bawa Semangat Digimon ke Battle of The Toys 2025 |
|
|---|
| Komunitas Dewa Siwa Bangkit Kembali, Suntikkan Semangat Baru Pelestarian Cagar Budaya Semarang |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.