Sabtu, 6 September 2025

Respons Politikus PDIP Soal Penetapan Hari Kebudayaan 17 Oktober Bertepatan Hari Ulang Tahun Prabowo

Politikus PDIP Aria Bima, merespons Kementerian Kebudayaan yang menetapkan tanggal 17 Oktober sebagai Hari Kebudayaan Nasional (HKN).

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Adi Suhendi
Tribunnews.com/ Chaerul Umam
PENETAPAN HARI KEBUDAYAAN - Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Aria Bima di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/7/2025). Ia merespons Kementerian Kebudayaan yang menetapkan tanggal 17 Oktober sebagai Hari Kebudayaan Nasional (HKN), atau bertepatan dengan hari lahir Presiden Prabowo Subianto. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Aria Bima, merespons Kementerian Kebudayaan yang menetapkan tanggal 17 Oktober sebagai Hari Kebudayaan Nasional (HKN) atau bertepatan dengan hari lahir Presiden Prabowo Subianto.

Wakil Ketua Komisi II DPR RI itu mengimbau agar persoalan tersebut tidak dipolitisasi.

"Mari Hari Kebudayaan itu kita sambut baik. Saya mengapresiasi Pak Fadli Zon. Jangan disimplikasi, jangan terlalu dikecilkan, dikerdilkan dengan hal yang terkait dengan persamaan dengan hari lahirnya Pak Prabowo," kata Bima di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/7/2025).

Aria Bima juga meyakini, Presiden Prabowo sebagai sosok negarawan yang tidak akan mempersonalisasi kebijakan negara untuk kepentingan pribadi.

"Saya kira Pak Prabowo juga tidak akan suka kalau hari kelahirannya kemudian dijadikan sebagai satu hal yang monumental seperti Hari Kebudayaan," ujarnya.

Baca juga: Wakil Menteri Kebudayaan Giring: Seni Mampu Bangkitkan Ikatan Emosional Anak dan Orang Tua 

"Pak Prabowo sadar benar sebagai negarawan, nggak maulah bicara soal kebudayaan itu kemudian dianalogkan dengan hari kelahirannya, saya kira itu," imbuhnya.

Namun yang pasti, Aria Bima menyambut positif penetapan 17 Oktober sebagai Hari Kebudayaan Nasional

Dia menilai kebudayaan merupakan pondasi penting dalam pembangunan bangsa, sejajar dengan sektor politik dan ekonomi.

Baca juga: Menteri Kebudayaan Fadli Zon Dinilai Tak Cerminkan Sosok Pejabat yang Berpihak ke Publik

"Ya, Hari Kebudayaan saya kira itu kita apresiasi. Bagaimana kita tidak hanya konsentrasi ke persoalan politik, persoalan ekonomi, tapi fondasi kebudayaan ini penting. Di dalamnya ada kesenian," katanya.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa semangat perjuangan dan kemerdekaan Indonesia justru lebih kuat dipicu oleh kekuatan budaya dan seni ketimbang kekuatan fisik semata.

"Lagu Indonesia Raya, Halo Halo Bandung, Maju Tak Gentar itu lebih ditakuti loh daripada bambu runcing itu. Yang menyatukan semangat kehendak untuk merdeka ini kan kebudayaan. Kebudayaan, seni," katanya.

Menurut Aria Bima, penetapan Hari Kebudayaan Nasional adalah langkah strategis untuk mengangkat kebanggaan nasional terhadap peradaban yang telah dibangun oleh para leluhur. 

Dia menilai kebudayaan seharusnya menjadi nilai inti dalam pembangunan karakter dan jati diri bangsa.

"Saya kira menetapkan Hari Kebudayaan Nasional, saya kira kita harus mampu menempatkan kebanggaan bangsa. Peradaban bangsa ini adalah sesuatu hal yang harus kita jadikan sebagai value, core value, pembangunan nation and character bangsa kita. Bangsa yang besar karena faktor keyakinan budayanya itu menjadi value bangsa," ujarnya.

Ia kemudian mencontohkan bagaimana negara-negara lain mampu bangkit dan membangun identitasnya melalui semangat budaya yang kuat.

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan