Dihantam Ombak Saat Operasi Pasien, Kisah Pengabdian Relawan RS Kapal di Papua Barat Daya
Mereka bukan hanya tenaga profesional, tapi juga relawan yang memilih meninggalkan kenyamanan kota demi menyentuh kehidupan di pelosok nusantara.
Penulis:
Eko Sutriyanto
Editor:
Willem Jonata
Tradisi ini menjadi bentuk terima kasih dari masyarakat yang tidak dibebani biaya pengobatan. Banyak pasien datang kembali ke kapal hanya untuk menyerahkan hasil kebun mereka kepada para relawan yang telah merawat mereka dengan ikhlas.
Mimpi yang Dibawa Ombak
Pengabdian juga menjadi jalan hidup Gavriel Gregorio Singgih (26), seorang dokter muda asal Jakarta. Ia mengaku telah menaruh hati pada program RS Kapal sejak masih koas pada 2019.
“Melihat kapal ini menjangkau daerah-daerah terpencil menjadi pemicu saya untuk bergabung. Prinsipnya sederhana: to reach the unreachable,” katanya.
Kini Gavriel mewujudkan mimpinya melayani masyarakat di daerah yang nyaris tak tersentuh fasilitas kesehatan. Bersama Josepha, Parlin, dan 32 relawan lainnya, ia menjadi bagian dari barisan tenaga medis yang menjadikan laut sebagai jalan pengabdian.
Sinergi untuk Negeri
Kehadiran RS Kapal Nusa Waluya II di Waigeo tak lepas dari kolaborasi antara doctorSHARE dan PT Pertamina International Shipping (PIS), melalui program CSR bertajuk “BerSEAnergi untuk Laut.”
“Kami percaya setiap warga negara, di manapun ia berada, berhak atas layanan kesehatan yang layak,” ujar Corporate Secretary PIS, Muhammad Baron.
Program ini dirancang untuk melayani hingga 10.000 warga dari tujuh distrik, tanpa memungut biaya. Bagi PIS, keberadaan kapal ini bukan hanya tentang pelayaran logistik dan ekonomi, tapi juga membawa energi kebaikan ke wilayah-wilayah yang sulit dijangkau.
Pengabdian di Atas Ombak
Di tengah debur ombak dan angin laut, para relawan ini belajar arti sebenarnya dari profesi mereka.
Bahwa menjadi tenaga medis bukan sekadar soal keterampilan teknis, tetapi juga tentang empati, kesabaran, dan keberanian untuk hadir di tempat yang paling membutuhkan.
Di atas RS Kapal Nusa Waluya II, mereka tidak hanya menyembuhkan luka fisik, tetapi juga menyentuh hati dan membangkitkan harapan. Karena kadang, pelayanan terbaik tidak datang dari ruang rumah sakit berfasilitas lengkap—melainkan dari sebuah kapal yang berlayar dengan cinta dan kemanusiaan.
Sosok Paskibraka Karisto Nyaris Ambruk saat Upacara HUT RI & 2 Rekan yang Sigap Menggandeng |
![]() |
---|
10 Provinsi yang Warganya Sudah Jarang Dengarkan Siaran Radio |
![]() |
---|
10 Provinsi dengan Tingkat Kemiskinan Terendah 2025 Berdasarkan Jumlah Penduduk |
![]() |
---|
Indonesia Timur Masih Tertinggal dalam Akses Fintech, Penyaluran Baru 21 Persen |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.