Selasa, 30 September 2025

Abolisi dan Amnesti dari Presiden RI

Pengamat Sebut PDIP Akan Prioritaskan Konsolidasi Internal usai Hasto Terima Amnesti

Arya Fernandes mengungkapkan 2 opsi soal posisi PDIP terhadap pemerintahan setelah eks Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mendapatkan amnesti.

Tribunnews.com/ Fransiskus Adhiyuda
SIKAP POLITIK PDIP - Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri saat menyampaikan pidato politiknya dalam penutupan Kongres VI PDIP di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali, Sabtu (2/8/2025). Ia menegaskan PDIP sebagai partai penyeimbang pemerintahan Prabowo. 

TRIBUNNEWS.COM - Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes mengungkapkan 2 opsi soal posisi PDI Perjuangan (PDIP) terhadap pemerintahan setelah eks Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto mendapatkan amnesti dari Presiden Prabowo Subianto.

Sebelumnya, Hasto terjerat kasus suap terhadap eks Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU), Wahyu Setiawan, dalam pengurusan Pergantian Antar Waktu (PAW) anggota DPR RI, Harun Masiku.

Hakim pun menjatuhkan vonis penjara 3 tahun dan 6 bulan terhadap Hasto. Akan tetapi, proses hukum itu telah dihentikan setelah Presiden Prabowo memberikan amnesti kepada Hasto.

Amnesti merupakan bentuk pengampunan atau penghapusan hukuman yang diberikan oleh kepala negara kepada seseorang atau sekelompok orang yang telah melakukan tindak pidana tertentu.

Setelah Hasto bebas, jelas Arya, PDIP memiliki dua opsi untuk mendukung pemerintahan, yaitu berada di dalam kabinet ataupun di luar kabinet.

Berdasarkan pernyataan Megawati dalam pidato politiknya pada penutupan Kongres VI PDIP di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali, Sabtu (2/8/2025), Arya Fernandes menilai bahwa partai berlambang banteng ini tak akan bergabung ke pemerintahan.

"Memang ada dua opsi yang akan diambil ya setelah bebasnya Pak Hasto. Yang pertama PDIP mendukung pemerintah, tetapi tidak bergabung di kabinet atau yang kedua mendukung pemerintah, tetapi bergabung di kabinet."

"Nah, kalau kita dengar pidato Bu Mega tadi sepertinya opsi pertama yang dipilih, yaitu mendukung pemerintah, tetapi mungkin tidak akan bergabung di pemerintah," ucap Arya Fernandes dalam acara Kompas Malam di Kompas TV, Sabtu (2/8/2025).

Menurut Arya, tidak bergabung ke pemerintahan merupakan langkah yang harus ditempuh oleh PDIP karena partai berlambang banteng itu akan memprioritaskan konsolidasi internal setelah melalui sejumlah krisis-krisis politik.

"Misalnya suara PDIP drop (turun) dalam pemilu lalu, calon yang didukung PDIP tidak menang, dan di beberapa pilkada PDIP juga mengalami kekalahan yang cukup banyak," sambungnya.

Dengan mendukung pemerintahan, tetapi tidak berada di dalam kabinet, Arya menyebut PDIP akan lebih fleksibel.

Baca juga: Hanura Sebut Abolisi & Amnesti Tom Lembong-Hasto Bagian dari Restorasi Konstitusional

"Jadi itu membuat posisi PDIP lebih fleksibel ya, bisa tetap bekerja sama dengan Pak Prabowo, tapi pada saat yang sama juga bisa seperti tadi yang disampaikan Bu Mega sebagai penyeimbang yang kritis karena PDIP sadar bahwa pada satu titik akan ada fase kompetisi," ungkapnya.

Megawati: PDIP sebagai Penyeimbang Pemerintahan Prabowo

Megawati Soekarnoputri menegaskan bahwa partainya tidak akan bergabung dalam kabinet pemerintahan mendatang. 

Namun, PDIP juga tidak mengambil posisi sebagai oposisi, tetapi memilih berdiri sebagai penyeimbang.

“Kita tidak berada di dalam kabinet, tetapi juga tidak memilih jalur oposisi. Peran kita adalah memastikan bahwa pembangunan nasional tetap pada rel konstitusi,” ujar Megawati, Sabtu.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan