Jumat, 8 Agustus 2025

Bendera One Piece

Fenomena Bendera One Piece, Immanuel Ebenezer: Anak Muda Bukan Ancaman, Mereka Hanya Ingin Didengar

Fenomena bendera One Piece yang viral jelang peringatan HUT RI ke‑80 memicu perdebatan tajam.

Penulis: Wahyu Aji
Tribunnews.com/Abdi Ryanda Shakti
BENDERA ONE PIECE - Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer. Ia angkat bicara soal fenomena bendera One Piece yang viral jelang peringatan HUT RI ke‑80 memicu perdebatan tajam. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fenomena bendera One Piece yang viral jelang peringatan HUT RI ke‑80 memicu perdebatan tajam.

Bendera One Piece adalah simbol fiktif dari anime dan manga populer One Piece karya Eiichiro Oda. 

Bendera ini dikenal sebagai Jolly Roger milik Bajak Laut Topi Jerami yang dipimpin oleh Monkey D. Luffy.

Menjelang HUT RI ke-80 (Agustus 2025), banyak warga Indonesia mengibarkan bendera One Piece sebagai bentuk ekspresi dan kritik sosial.

Sebagian pihak menilainya sebagai tindakan yang merusak kesakralan Bendera Merah Putih.

Namun, Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer punya pandangan berbeda.

Noel sapaan akrabnya mengatakan bahwa fenomena ini harus dipahami dulu konteksnya sebelum buru-buru memberi stigma.

Menurutnya, anak muda Indonesia tumbuh dalam budaya populer yang sarat simbol dan cerita fiksi.

“Anak-anak ini hidup di dunia yang penuh simbol dan cerita seperti One Piece. Mereka menyukai semangat kebebasan, persahabatan, dan perlawanan terhadap ketidakadilan yang digambarkan di sana,” kata Noel kepada wartawan, Selasa (5/8/2025).

“Ketika mereka pakai simbol itu, bukan berarti mereka benci Indonesia. Mereka hanya mencari cara menyampaikan perasaan mereka," tambahnya.

Noel menegaskan, Merah Putih tetaplah lambang negara yang sakral dan tidak boleh digantikan.

Namun, ia melihat aksi pengibaran bendera One Piece bukan upaya untuk menyaingi simbol negara, melainkan tanda keresahan yang perlu didengar.

“Yang mereka lakukan itu bukan pemberontakan. Mereka hanya ingin didengar. Sama seperti di One Piece, banyak karakter memberontak bukan karena benci, tapi karena kecewa dan ingin perubahan,” ujarnya.

Noel mengingatkan bahwa tugas negara bukan hanya menegur, tetapi juga mendengar dan merangkul.

Menurutnya, jika nilai persahabatan, keadilan, dan solidaritas hanya ditemukan anak muda dalam cerita fiksi, itu pertanda negara perlu bercermin.

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan