Kamis, 28 Agustus 2025

Momen Prabowo Bertemu Gus Miftah, Buku ‘Merawat Kebhinekaan’ Jadi Sorotan di Tengah Isu Intoleransi

Prabowo bertemu Gus Miftah di Jogja, buku “Merawat Kebhinekaan” jadi simbol toleransi di tengah isu intoleransi.

Editor: Glery Lazuardi
ISTIMEWA
Presiden Prabowo Subianto terlihat menggenggam buku karya Gus Miftah berjudul “Merawat Kebhinekaan, Menyemai Kerukunan” saat pertemuan di Yogyakarta, Selasa (26/8/2025). Momen ini menjadi simbol toleransi di tengah hangatnya isu intoleransi. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Prabowo Subianto bertemu dengan pendakwah asal Yogyakarta, Gus Miftah, pada Selasa (26/8/2025).

Pertemuan yang awalnya berlangsung santai itu sontak mencuri perhatian publik setelah Gus Miftah membagikan potret kebersamaan mereka di media sosial.

Dalam foto tersebut, Prabowo terlihat menggenggam buku karya Gus Miftah berjudul “Merawat Kebhinekaan, Menyemai Kerukunan”, yang kemudian menjadi simbol kuat di tengah hangatnya isu intoleransi di Tanah Air.

Gus Miftah, atau nama lengkapnya Miftah Maulana Habiburrahman, adalah seorang pendakwah asal Yogyakarta yang dikenal luas karena pendekatan dakwahnya yang inklusif dan berani menembus batas sosial. 

Ia lahir di Lampung pada 5 Agustus 1981 dan mendirikan Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta, yang fokus pada pendidikan karakter dan pemberdayaan masyarakat.

Gus Miftah, meski dikenal sebagai pendakwah moderat yang aktif menyuarakan toleransi, juga kerap menjadi sorotan karena sejumlah kontroversi yang justru memicu perdebatan publik terkait isu intoleransi

Gus Miftah pernah berdakwah di tempat hiburan malam seperti Bali dan Jakarta. Meski tujuannya merangkul komunitas marginal, sebagian kalangan menilai pendekatan ini tidak sesuai dengan norma dakwah konvensional. 

Majelis Ulama Indonesia (MUI) sempat mengkritik aksi tersebut karena dianggap membuka ruang bagi pelanggaran etika dakwah.

Ia juga pernah mengisi acara di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Amanat Agung, Jakarta Utara. 

Meskipun bertujuan memperkuat kerukunan, kehadirannya di tempat ibadah non-Muslim memicu reaksi keras dari kelompok konservatif yang menilai hal itu melanggar batas-batas syariat.

Gus Miftah menggelar pertunjukan wayang kulit berjudul “Wayang Haram Dalang Ngamuk” yang secara simbolik mengkritik Ustaz Khalid Basalamah. Aksi ini dianggap provokatif dan memperuncing ketegangan antarpendakwah.

Dalam sebuah acara Tabligh Akbar di Magelang, Gus Miftah melontarkan kalimat yang dianggap merendahkan seorang pedagang es teh. Ucapannya viral dan menuai kecaman luas, bahkan Perdana Menteri Malaysia ikut menanggapi insiden tersebut.

Ia pernah menyampaikan pernyataan yang dianggap merendahkan Ustaz Khalid Basalamah dalam acara wayang di pesantrennya. Kritik terhadap sesama ulama ini memicu perdebatan panjang di media sosial dan dianggap tidak mencerminkan semangat kerukunan.

Terakhir, Gus Miftah kembali menjadi sorotan publik setelah rencana ceramahnya di kawasan Candi Prambanan menuai pro dan kontra.

Acara bertajuk Prambanan Bersholawat yang dijadwalkan berlangsung pada 10 Mei 2025 sempat memicu perdebatan di media sosial, terutama dari kalangan umat Hindu yang menilai lokasi tersebut sebagai situs sakral yang seharusnya dijaga kesuciannya.

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan