Kamis, 28 Agustus 2025

Wawancara Eksklusif

WAWANCARA EKSKLUSIF: Wamen Viva Yoga Ungkap Misi Transmigrasi Era Prabowo untuk Pemerataan Ekonomi

Wamen Viva Yoga beberkan misi transmigrasi era Prabowo: bukan sekadar pindah penduduk, tapi bangun ekonomi nasional.

|
TRIBUNNEWS/IMANUEL NICOLAS MANAFE
WAWANCARA KHUSUS - Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi saat diwawancarai secara khusus di Studio Tribunnews, Jakarta, Selasa (27/8/2025). Dalam wawancaranya, Viva Yoga Mauladi menjelaskan mengenai perkembangan program transmigrasi, salah satunya terkait pengiriman 2.000 Tim Ekspedisi Patriot. TRIBUNNEWS/IMANUEL NICOLAS MANAFE 

 
Wah, dingin juga ya Pak di kawasan transmigrasi seperti itu?

Viva: Tanpa AC. Sudah dingin soalnya, tanpa AC. Tapi mereka tetap berjuang, beranak-pinak, dan akhirnya membentuk desa.

Ada 1.567 desa loh, hasil dari program transmigrasi sejak zaman Presiden Soekarno sampai Presiden Prabowo. Dari desa menjadi kecamatan, dari kecamatan menjadi kabupaten, dan dari kabupaten menjadi provinsi.

Saya banyak bertemu bupati yang mengatakan, “Saya anak transmigrasi.” Ada yang generasi kedua, bahkan generasi ketiga. Mereka merasakan langsung perpindahannya dan hidup rukun dengan warga lokal.

Kalau ada kasus, itu sifatnya spesifik. Tapi yang kami jumpai di banyak kawasan transmigrasi, mereka bergotong-royong dan bekerja sama sesuai dengan kemampuan masing-masing.

 
Pak Viva, dari sekian banyak daerah transmigrasi, apakah ada satu wilayah yang paling melekat di ingatan Bapak—karena perkembangan ekonominya begitu pesat berkat program transmigrasi?

Viva: Di Kubu Raya, Kalimantan Barat. Rasuha Jaya itu dulunya daerah transmigrasi, sekarang sudah jadi ibu kota.

Di Metro Lampung, Tulang Bawang Barat, Mesuji, dan beberapa kabupaten di Bengkulu seperti Rejang Lebong, semua itu produk dari program transmigrasi. Dulu hutan belantara, lalu datang warga trans yang menggali, mengolah, dan menghidupkan tanah.

Tanah itu menghasilkan pendapatan, mereka melakukan kerja sosial, membentuk desa, lalu berkembang menjadi kecamatan.

Saya sering katakan bahwa konsep transmigrasi itu mewarisi ilmu leluhur. Ini perjuangan membangun peradaban.

Contohnya Tunggul Ametung, yang mengubah desa Tumapel menjadi pusat ekonomi dan kekuasaan: Kerajaan Singosari. Lalu Raden Wijaya, yang mengubah desa Tarik menjadi pusat Kerajaan Majapahit.

Begitu juga dengan transmigrasi. Ia menciptakan aktivitas ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Membangun pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru dari Sabang sampai Merauke. Agar Indonesia bergerak ekonominya, tidak hanya terfokus di Pulau Jawa.

 
Pak Viva, tadi Bapak sudah menjelaskan bahwa konsep transmigrasi saat ini telah mengalami perubahan. Nah, program-program seperti apa yang saat ini diterapkan untuk menjadikan daerah-daerah transmigrasi yang Bapak sebutkan tadi sebagai kawasan unggulan?

Viva: Secara prinsip, kami menerapkan pendekatan 5T. Yaitu: transmigrasi tuntas, transmigrasi lokal, transmigrasi patriot, transmigrasi karyanusa, dan transmigrasi gotong royong.

Transmigrasi tuntas itu menyelesaikan masalah status lahan. Ada beberapa kasus yang masih berkembang, dan itu akan kami selesaikan. Misalnya, lahan yang tumpang tindih dengan kawasan lain.

Halaman
1234

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan