Sabtu, 6 September 2025

Demonstrasi di Berbagai Wilayah RI

Mengenal September Hitam: Demo Berujung 33 Hilang, 9 Tewas, dan 3.000-an Orang Ditangkap

Gelombang demo akhir Agustus 2025 sisakan tragedi. KontraS catat 8 orang hilang, 10 tewas, dan puluhan korban kekerasan.

Editor: Glery Lazuardi
Istimewa/TribunJabar.id
DEMO RICUH - Tangkapan layar diduga aksi penghadangan saat polisi patroli di Jalan Tamansari sekitar Unisba, Bandung, Jawa Barat, Senin (1/9/2025) malam menjelang dini hari. Suasana di sekitar Jalan Tamansari sempat mencekam hingga sejumlah peserta aksi menyelamatkan diri ke dalam kampus. 

TRIBUNNEWS.COM - September kembali menghitam pada tahun 2025.

Gelombang demonstrasi akhir Agustus yang berujung ricuh menyisakan lebih dari sekadar kerusakan fisik.

Sebanyak 33 orang dilaporkan hilang, dengan 20 di antaranya belum ditemukan hingga awal September.

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mencatat lonjakan laporan penghilangan paksa, mengingatkan publik pada sejarah kelam pelanggaran HAM yang berulang. 

Dari tragedi 1965 hingga kasus Munir, September Hitam kembali terulang. 

KontraS adalah singkatan dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan. 

Didirikan pada akhir 1990-an, lembaga ini berfokus pada, advokasi korban pelanggaran HAM, termasuk penghilangan paksa, penyiksaan, dan kekerasan negara, investigasi independen terhadap kasus-kasus yang sering kali tidak dituntaskan oleh aparat resmi, dan penyadaran publik melalui kampanye, laporan, dan aksi solidaritas.

KontraS dikenal sebagai suara lantang masyarakat sipil dalam menuntut keadilan, terutama ketika negara dianggap abai atau represif terhadap warganya.

Apa itu September Hitam?

September Hitam adalah istilah yang digunakan untuk mengenang dan mengkritisi rentetan pelanggaran HAM yang terjadi di bulan September sepanjang sejarah Indonesia. 

Seperti dilansir dari laman KontraS, September hitam adalah bulan penuh nestapa. 

Setidaknya jika kita berkaca dari banyaknya peristiwa-peristiwa non kemanusiaan dan pelanggaran HAM yang terjadi sepanjang bulan ini. Sampai saat ini, peristiwa tersebut belum juga diselesaikan oleh negara secara berkeadilan dan mengedepankan prinsip-prinsip HAM yang menjunjung tinggi martabat korban. 

Meskipun, kasus Munir dan Tanjung Priok sudah terdapat mekanisme peradilannya, tetapi pengungkapan kebenaran dan juga akses pemulihan kepada korban masih absen untuk dilakukan oleh negara.

Daftar September Hitam 

Pembunuhan Munir Said Thalib – 7 September 2004

Tragedi Tanjung Priok – 12 September 1984

Tragedi Semanggi II, 24 September 1999

Reformasi Dikorupsi – 24 September 2019

Tragedi 1965 – 1966

Di tengah sorotan publik atas kematian Affan Kurniawan, driver ojol dan dugaan kekerasan aparat, daftar orang hilang terus bertambah, memicu kekhawatiran akan praktik penahanan sewenang-wenang dan pelanggaran HAM yang berulang.

Laporan orang hilang diketahui setelah KontraS membuka layanan laporan bagi orang hilang atau bagi mereka yang menemukan informasi temuan orang hilang.

Demo pada akhir Agustus 2025 berlangsung pada 25–31 Agustus 2025, dengan puncaknya pada Kamis, 28 Agustus 2025.

Aksi unjuk rasa dilakukan di sejumlah tempat seperti Gedung DPR/MPR Jakarta, serta titik-titik lain di Bandung, Surabaya, Makassar, Medan, dan Yogyakarta. Demo dimulai damai, namun berubah ricuh saat sore hingga malam hari.

Demo dipicu oleh dua gelombang tuntutan utama. Pertama, protes terhadap kenaikan tunjangan DPR. Massa menuntut transparansi gaji dan pembatalan kenaikan tunjangan wakil rakyat. Mereka menyoroti ketimpangan antara gaji DPR dan upah buruh.

Massa tolak upah murah dan hapus sistem outsourcing. Aksi ini dipimpin oleh gerakan buruh dan mahasiswa. Mereka menuntut kenaikan upah minimum nasional dan perlindungan kerja.

Aksi unjuk rasa berujung rusuh. Hal ini dipicu tewasnya seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, yang terlindas kendaraan taktis Brimob. Penanganan dianggap represif, termasuk penggunaan kekerasan dan penangkapan sewenang-wenang

Terjadi pembakaran fasilitas umum, penjarahan, dan perusakan gedung DPRD di beberapa daerah

Sementara itu, untuk mereka yang berhasil kembali. Di antaranya sudah pulang dalam keadaan tidak bernyawa.

Satu nama mencuat dari gelombang demonstrasi akhir Agustus 2025 yang berujung pada kematian setelah sempat dirawat di rumah sakit:

Andika Lutfi Falah (16 tahun) Pelajar SMK Negeri 14 Kabupaten Tangerang

Andika mengalami luka berat di bagian kepala akibat benturan benda tumpul saat kerusuhan demo. Ia dirawat intensif di RS Dr Mintoharjo, Jakarta, dan meninggal dunia setelah satu malam di ICU.

Andika sempat dilaporkan hilang oleh orangtuanya. Ternyata, dia mengikuti demo di depan Gedung DPR RI pada akhir Agustus. Orang tua tidak tahu Andika ikut demo. Mereka memilih tidak melanjutkan ke jalur hukum dan menyatakan ikhlas atas kepergiannya.

Laporan Orang Hilang 

KontraS mencatat 33 orang hilang selama periode demo, dengan 20 orang belum ditemukan hingga 3 September 2025.

Beberapa ditemukan ditahan secara diam-diam di kantor kepolisian tanpa prosedur hukum yang jelas. Laporan masuk dari Jakarta Pusat, Bandung, Depok, Jakarta Timur, dan Jakarta Utara

KontraS menyebut ini sebagai bagian dari “September Hitam”, menyoroti pelanggaran HAM dan merosotnya kebebasan sipil.

Mereka yang hilang, yaitu 

Delta Surya Sindu Atmaja lokasi terakhir di Bogor.

Ahmad Baihaqi, 

Miftakhul Huda, 

Muhammad Farhan Hamid, 

Reno Syahputradewo, 

Romi Putra Prawibowo, 

dan Salman Alfarisi.

Lokasi terakhir mereka di Jakarta Pusat.

Sementara satu orang yang tidak diketahui lokasi terakhir hilangnya yaitu Heri Susanto.

Kontras membuka layanan laporan bagi orang hilang atau bagi mereka yang menemukan informasi temuan orang hilang.

Siapapun dapat menghubungi layanan hotline pada nomor 089635225998.

Bagi mereka yang ingin menyampaikan pengaduan orang hilang disampaikan melalui formulir bit.ly/PoskoOrangHilang.

Sebelumnya Ketua Komnas HAM, Anis Hidayah, mengatakan ada 10 orang yang meninggal dunia akibat unjuk rasa di berbagai titik di Indonesia sejak 25 Agustus 2025.

Penyebab meninggalnya sejumlah korban, kata Anis diduga akibat kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian saat mengamankan unjuk rasa.

"Sejauh ini tercatat setidaknya 10 orang korban meninggal dunia. Beberapa di antaranya diduga kuat karena mengalami kekerasan dan penyiksaan oleh aparat," kata Anis di Kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Selasa (2/9/2025).

Namun berdasarkan penelusuran Tribunnews.com ada sembilan orang yang meninggal dunia. Yaitu: 

Affan Kurniawan – Driver ojol, tewas dilindas kendaraan taktis Brimob di Pejompongan, Jakarta Pusat (28 Agustus).

Muhammad Akbar Basri (Abay) – Staf DPRD Makassar, terjebak saat gedung DPRD dibakar massa (29 Agustus).

Sarinawati – Staf pendamping DPRD Makassar, tewas dalam insiden pembakaran gedung (29 Agustus).

Saiful Akbar – Plt Kasi Kesra Kecamatan Ujung Tanah, meninggal dalam kebakaran gedung DPRD Makassar (29 Agustus).

Rusdamdiansyah – Driver ojol, dikeroyok massa karena dicurigai sebagai intel di depan Kampus UMI Makassar (29 Agustus).

Sumari – Tukang becak, tewas akibat serangan asma setelah menghirup gas air mata di Solo (29 Agustus).

Rheza Sendy Pratama – Mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta, meninggal usai terkena gas air mata saat demo di Jogja (31 Agustus).

Andika Lutfi Falah – Pelajar SMK Tangerang, tewas akibat benturan benda tumpul saat demo di depan DPR RI (29 Agustus).

Iko Juliant Junior – Mahasiswa Unnes Semarang, meninggal setelah dirawat di RS Kariadi, diduga mengalami kekerasan fisik (31 Agustus).

Total penangkapan selama periode demo mencapai 3.195 orang, dengan ratusan masih dalam proses pemeriksaan.

Amnesty International dan KontraS mendesak investigasi menyeluruh atas dugaan pelanggaran HAM dan penahanan sewenang-wenang.

Menurut Anis, Komnas HAM juga mencatat sejumlah fenomena lain yang timbul dari aksi unjuk rasa sejak 25 Agustus 2025.

Yakni penangkapan masyarakat yang dilakukan secara semena-mena atau menyalahi peraturan, perusakan fasilitas publik, penjarahan, dan persekusi.

September Hitam bukan sekadar peringatan, tapi juga seruan kolektif agar negara, menuntaskan kasus pelanggaran HAM masa lalu dan menghentikan pola kekerasan dan represi terhadap kebebasan sipil di masa kini.

Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul KontraS Ungkap Ada 8 Orang yang Masih Hilang dalam Demo Akhir Agustus, Ini Daftar Namanya, 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan