Demonstrasi di Berbagai Wilayah RI
Andi Arief Minta Warga Indonesia Tak Terhasut Kerusuhan di Nepal: Contohlah Aksi 212
Politisi dari Partai Demokrat, Andi Arief, mengingatkan, Indonesia tidak sepatutnya mencontoh aksi-aksi merusak seperti kerusuhan di Nepal
Penulis:
Facundo Chrysnha Pradipha
Editor:
Febri Prasetyo
Kondisi ini memicu frustrasi besar, terutama di kalangan generasi muda yang merasa kehilangan harapan akan masa depan.
Sandip, seorang influencer berusia 31 tahun dari distrik Lalitpur dekat Kathmandu, menjadi salah satu penggerak utama.
Dengan menggunakan VPN untuk mengelabui pemblokiran medsos, ia menyebarkan seruan protes secara daring.
"Rakyat Nepal sudah muak dengan pemerintahan yang korup," katanya.
Ia tidak menyangka ajakannya akan direspons ribuan warga yang memadati jalan-jalan ibu kota dan daerah lain.
"Semua bergerak begitu cepat, ini benar-benar kekuatan rakyat," tambahnya.
Gaurav Nepune, aktivis berusia 34 tahun dari Kathmandu, juga memainkan peran besar.
Selama tiga bulan, ia dan kelompoknya menggelar kampanye daring yang membandingkan gaya hidup mewah para menteri dan keluarganya dengan penderitaan rakyat biasa.
"Kami melawan korupsi, tapi pemerintah malah menggunakan kekerasan untuk membungkam kami," ujar Nepune.
Ia menegaskan, para pengunjuk rasa menginginkan pemerintahan yang bersih, independen, dan tidak menjadi boneka negara tetangga seperti India atau Tiongkok, yang sering disebut berebut pengaruh di Nepal.
Meski protes ini berujung tragis dengan korban jiwa, semangat generasi muda tak padam.
Mereka menyerukan perubahan besar dan menolak kekerasan.
"Kami terus mengingatkan rakyat agar tidak terprovokasi untuk melakukan kekerasan atau perusakan," kata Nepune.
"Kami ingin pemerintahan yang benar-benar bekerja untuk rakyat, bukan untuk kepentingan segelintir elit."
Jumlah Korban Tewas
Dikutip dari Anadolu, jumlah korban tewas selama aksi protes di Nepal telah bertambah menjadi 31 orang di sela perundingan yang sedang dilakukan untuk membentuk pemerintahan sementara.
Menurut Departemen Kedokteran Forensik di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Tribhuvan, tempat jenazah para pengunjuk rasa dibawa untuk otopsi, identitas awal 25 korban telah diketahui sejauh ini.
Identitas keenam korban tewas lainnya, salah satunya seorang wanita, belum diketahui.
Kathmandu Post melaporkan Tentara Nepal melepaskan tembakan pada Kamis pagi untuk menghentikan pelarian dari penjara dan menewaskan sedikitnya dua narapidana dan melukai lebih dari selusin orang.
Upaya pembobolan penjara terakhir terjadi di distrik Ramechhap, provinsi Bagmati, ketika para tahanan membobol beberapa kunci internal dan mencoba mendobrak gerbang utama sebelum pasukan keamanan melepaskan tembakan.
Penjara ini menampung lebih dari 300 narapidana.
Polisi mengatakan situasi terkendali dan tidak ada narapidana yang dapat melarikan diri.
Nepal telah menyaksikan beberapa pelarian dari penjara menyusul protes keras, yang mana 15.000 narapidana berhasil melarikan diri selama beberapa hari terakhir.
Perundingan sedang dilakukan untuk memilih pemimpin pemerintahan sementara yang akan menjalankan negara kecil di Himalaya itu hingga pemilihan baru.
Para pemuda yang berunjuk rasa telah memilih mantan Ketua Mahkamah Agung Sushila Karki dalam jajak pendapat daring sebagai kandidat kepala pemerintahan sementara.
Satu kelompok pengunjuk rasa telah mengusulkan nama Wali Kota Kathmandu Balendra Shah untuk memimpin pemerintahan sementara.
(Tribunnews.com/Chrysnha, Gilang P)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.