Selasa, 7 Oktober 2025

PSI Sambut Positif Pertemuan Prabowo dan Jokowi: Mereka Bestie, Selalu Pikirkan Rakyat

Andy Budiman menyebut bahwa Prabowo dan Jokowi merupakan bestie yakni teman dekat atau sahabat yang selalu memikirkan rakyat.

Penulis: Rifqah
Dokumentasi
PERTEMUAN PRABOWO JOKOWI - Foto Prabowo Subianto saat masih jabat Menteri Pertahanan (Menhan) RI ketika memberikan ucapan HUT kepada Jokowi (saat jadi Presiden RI) secara langsung di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Jumat (21/6/2024). Andy Budiman menyebut bahwa Prabowo dan Jokowi merupakan bestie yakni teman dekat atau sahabat yang selalu memikirkan rakyat. 

"Secara personal, pertemuan keduanya membuktikan bahwa relasi antarkeduanya baik-baik saja di tengah pasang surut  dinamika kebangsaan," ungkapnya.

Jokowi diketahui memang tidak memiliki jabatan resmi di PSI, tetapi ia sangat dekat secara politik dan ideologis dengan partai tersebut.

PSI bahkan menjadikan Jokowi sebagai figur sentral atau “kiblat politik” mereka.

Pertemuan Jokowi dan Prabowo Bahas Isu-isu Krusial

Mengenai pertemuan Prabowo dan Jokowi itu, analis komunikasi politik, Hendri Satrio (Hensa), menilai bahwa hal tersebut bukan sekadar silaturahmi biasa.

Analis komunikasi politik dan pendiri lembaga survei KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) tersebut mengatakan, sejumlah dinamika politik belakangan ini menjadi latar belakang yang memperkuat dugaan bahwa pertemuan tersebut membahas isu-isu krusial.

Menurutnya, pertemuan selama dua jam itu kemungkinan turut membicarakan isu ijazah Wakil Presiden Gibran, serta kunjungan tokoh kontroversial Abu Bakar Ba'asyir ke kediaman Jokowi beberapa waktu lalu.

"Kejadian selanjutnya apalagi? Abu Bakar Ba'asyir ke rumahnya Pak Jokowi, terus meningkat eskalasi isu ijazah Gibran. Jadi, kejadian-kejadian itu yang kemudian akhirnya diduga oleh masyarakat penyebab kenapa Pak Jokowi mengharuskan dirinya ketemu dengan Pak Prabowo," kata Hensa kepada wartawan, Senin.

Hendri berpandangan, meskipun hubungan Jokowi dan Prabowo dikenal akrab, pertemuan kali ini terasa berbeda karena berlangsung di tengah situasi politik yang dinamis. 

Dia merujuk pada gelombang unjuk rasa besar pada 28–31 Agustus 2025 yang menyeret nama Jokowi, serta pernyataan Jokowi yang secara terbuka meminta relawannya mendukung pasangan Prabowo-Gibran untuk dua periode.

"Kalau lihat kejadian-kejadiannya, menurut saya ada beberapa hal yang dibahas. Bisa saja tentang Abu Bakar, bisa saja tentang ijazah, bisa saja tentang reshuffle, atau dukungan Prabowo-Gibran dua periode," ujarnya. 

"Justru saya menilainya dukungan Prabowo-Gibran dua periode itu pasti diungkapkan pada saat itu. Dua jam waktu yang sebentar kalau sambil makan kan," ucapnya.

Hendri juga menyoroti langkah Prabowo yang memanggil dua menteri usai pertemuan, yakni Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin dan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Brian Yuliarto. 

Sebab, dia menilai bahwa waktu pemanggilan tersebut cukup menarik perhatian publik karena bertepatan dengan meningkatnya eskalasi isu ijazah Gibran dan potensi dampak kunjungan Ba'asyir terhadap keamanan nasional.

Hensa lantas menuturkan, pertemuan tersebut merupakan pertemuan penting lantaran sampai membuat Jokowi bertandang ke kediaman Prabowo.

"Kalau kemudian sampai Pak Jokowi ketemu Pak Prabowo itu pasti ada hal yang penting. Mungkin salah satu di antara yang saya sebutkan tadi, kalau enggak penting kan Whatsapp-an aja gitu bisa jadi atau teleponan aja," ungkapnya.

Oleh karena itu, Hensa memandang publik harus mengantisipasi kebijakan atau keputusan apa yang keluar setelah pertemuan kedua tokoh bangsa tersebut.

"Pertemuan ini adalah hal yang menarik, sudah pasti, tapi setelah ini kita lihat apakah ada kebijakan-kebijakan yang tiba-tiba muncul pasca pertemuan Pak Prabowo dan Pak Jokowi," imbuh Hensa.

(Tribunnews.com/Rifqah/Fersianus)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved