Proyek Kereta Cepat
Mahfud MD Dicap 'Sengkuni' usai Kritik Whoosh, PSI Ungkit Peran Jokowi Tunjuk Menkopolhukam
Mahfud disebut sebagai sengkuni oleh kader PSI Sudarsono setelah mengkritik soal Whoosh dan IKN proyek strategis andalan Jokowi
Namun, menurutnya Mahfud harus tahu diri siapa yang memberikannya jalan menjadi seorang menteri, kalau bukan Jokowi.
"Justru ini, kok Mahfud jadi sengkuni, dulu dia kan Menkopolhukam, artinya kalau ada hal-hal yang berpotensi kepada hal-hal yang melanggar hukum, dia ada di dalamnya kok, kalau (persoalan) itu benar begitu."
"Tapi bagi kami (tuduhan itu) memang itu tidak benar. Makanya saya berani sampaikan, saya sekarang Sudarsono yang menjadi kader PSI ini berani sampaikan, ini kok Mahfud MDd berpotensi jadi Sengkuni," kata Sudarsono.
Diingatkannya, Jokowi dulu sangat legowo saat Mahfud, menterinya, maju sebagai calon wakil presiden (cawapres) "menantang" anaknya, Gibran Rakabuming Raka.
Terlebih , Mahfud maju dengan partai yang dulu memecat Jokowi.
"Artinya apa yang disampaikan beliau ini bukan layaknya disampaikan oleh seorang negarawan, apalagi seorang menkopolhukam, cawapres lagi."
"Adapun dia saat maju mencalonkan cawapres itu kan atas legowonya Bapak Ir Joko Widodo, dia masih ada di kabinet beliau, menko lagi. (Mahfud) mau jadi presiden, beliau (Jokowi) izinkan, meskipun pertarungannya nyatanya cuman 16 persen didukung dengan partai yang memecat Jokowi. Dia (Mahfud) nggak tahu diri juga," ucap Sudarsono.
Mahfud, lanjut Sudarsono, seharusnya dapat mengingat dan menghargai apa yang telah Jokowi berikan kepadanya.
"Seharusnya Mahfud MD selayaknya tak mengomentari sejauh itu dan senegatif itu."
"Dia orang Jawa juga, 'mikul dhuwur mendehem jero', bagaimana Jokowi menjadikan seorang Mahfud MD, menjadi menteri, membantu beliau (di pemerintahan?)," ujar Sudarsono.
Menurutnya, Mahfud MD lebih baik mengomentari soal kedatangan pakar telekomunikasi Roy Suryo dan aktivis Tifauzia Tyassuma lebih dikenal sebagai Dokter Tifa.
Keduanya mendatangi makam ibunda Jokowi, bukan untuk berziarah melainkan untuk mengkroscek sesuatu.
"Lebih baik bapak mengomentari sebagai seorang tokoh NU, kayak kemarin kan masih nyaring soal Roy Suryo, Tifa ke makam (orang tua Jokowi), kalau orang NU tau (agenda mereka) saja pasti marah kok. Mahfud lebih baik berkomentar itu."
"Jadi, Pak Mahfud jangan begitu nggih pak, jangan jadi Sengkuni, saya pecinta Pak Jokowi yang menyatakan (diri sebagai) politikus kampung, anak desa."
"Bapak seorang professor doktor, taat beribadah tapi bapak jadi Sengkuni. Tau pak Jadi Sengkuni itu nerakanya nanti seperti apa pak?" kata Sudarsono.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.