Minggu, 9 November 2025

Wawancara Eksklusif

Jokowi Tak Ingin Projo Jadi Partai Politik

Keinginan untuk mentransformasi Projo jadi partai politik masih sangat kuat di kalangan kader, Jokowi ngotot konsep partai super terbuka

|
Ringkasan Berita:
  • Jelang Kongres Ketiga, Projo bongkar soal pertemuan dengan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) di Solo pada 24 Oktober 2025.
  • Pertama Projo harus tetap mengawal pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka hingga 2029.
  • Kedua keinginan mentransformasi Projo jadi partai politik masih sangat kuat di kalangan kader, Jokowi tetap minta konsep partai super terbuka.

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Relawan Pro Jokowi (Projo) menggelar Kongres ketiga pada 1-2 November 2025. 

Jelang kongres, sejumlah pengurus Projo yang dipimpin Ketua Umum Budi Arie Setiadi menemui Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) di Solo pada 24 Oktober lalu untuk meminta arahan.

Wakil Ketua Umum Projo, Freddy Alex Damanik mengungkapkan pertemuan tersebut merupakan bentuk koordinasi sekaligus diskusi dengan Dewan Pembina mereka.

Hal itu disampaikan Freddy Damanik saat sesi wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di Studio Tribunnews, Palmerah, Jakarta, Kamis (30/10/2025).

"Kami sampaikan isu-isu dari teman-teman di bawah, dan juga bahwa kongres ini sebenarnya sudah terlambat hampir satu tahun dari jadwal yang seharusnya di akhir 2024," ujar Freddy.

Baca juga: Mengintip Arena Kongres III Projo di Hotel Bintang Lima, Ada Ruang VIP Khusus untuk Jokowi

Freddy menegaskan, Jokowi memberikan arahan yang jelas dan konsisten, Projo harus tetap mengawal pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

"Tentu konsisten. Beliau konsisten masih pada tetap kawal pemerintahan Prabowo-Gibran. Jadi kawal Prabowo-Gibran sampai periode ini selesai, tahun 2029," tegasnya.

Dia menambahkan, meski ada wacana dari relawan lain untuk mengawal dua periode, hal itu belum dibahas dalam pertemuan di Solo.

"Diskusi kemarin belum ada itu. Sampai 2029 kawal dulu ini," kata Freddy.

DIPERLIHATKAN IJAZAH JOKOWI - Wakil Ketua Umum Projo Freddy Alex Damanik saat ditemui di depan kediaman Jokowi di Sumber, Banjarsari, Solo, Jumat (24/10/2025). Sejumlah elit relawan Pro-Jokowi atau Projo diketahui menemui Presiden ke-7 RI Jokowi. Mereka mengaku diperlihatkan ijazah asli dari Jokowi yang sempat menjadi polemik.
DIPERLIHATKAN IJAZAH JOKOWI - Wakil Ketua Umum Projo Freddy Alex Damanik saat ditemui di depan kediaman Jokowi di Sumber, Banjarsari, Solo, Jumat (24/10/2025). Sejumlah elit relawan Pro-Jokowi atau Projo diketahui menemui Presiden ke-7 RI Jokowi. Mereka mengaku diperlihatkan ijazah asli dari Jokowi yang sempat menjadi polemik. (TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin)

Freddy juga mengakui bahwa keinginan untuk mentransformasi Projo menjadi partai politik masih sangat kuat di kalangan kader.

"Jujur, keinginan Projo menjadi partai ini sebetulnya adalah keinginan sebagian besar teman-teman di Projo, baik di cabang, di provinsi, maupun di pusat," ujarnya.

Keinginan itu, menurutnya, telah lama disampaikan kepada Jokowi dengan harapan mantan presiden itu bersedia memimpin partai tersebut, sehingga Projo tidak hanya berperan di Pilpres, tetapi juga dapat bertarung di Pemilu Legislatif (Pileg).

Namun, respons Jokowi terhadap aspirasi itu masih sama dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya. Jokowi disebut enggan membentuk atau bergabung dengan partai konvensional.

"Pak Jokowi menyampaikan... 'saya tidak mau partai yang saya ada, saya bangun itu seperti partai-partai yang konvensional. Saya mau itu harus menjadi partai super terbuka'," jelas Freddy menirukan pesan Jokowi.

Konsep ‘partai super terbuka’ yang dimaksud Jokowi mencakup transparansi, pemilihan pengurus dan ketua umum oleh seluruh anggota, serta efisiensi operasional seperti penggunaan kantor virtual untuk menghemat biaya.

"Karena kalau seperti partai-partai konvensional, maka akan terjebak kembali dengan hal yang sama terus-terus: biaya operasional partai yang sangat besar, kemudian untuk menutupi biaya operasional ini akan terjebak di dalam kemungkinan mencari anggaran-anggaran dari APBN dan seterusnya. Itu yang Pak Jokowi tidak mau," papar Freddy.

Meski demikian, Jokowi disebut membuka kemungkinan."Coba nanti kita lihat momentum yang pas, apakah ini bisa kita deklarasikan."

Freddy mengungkapkan, dalam pertemuan itu Jokowi juga menyampaikan pergulatan pribadinya tentang relevansi membentuk partai. Jokowi merasa kepercayaan yang diberikan rakyat langsung kepadanya sudah sangat luar biasa.

"Makanya saya terus berpikir, kata beliau, apa masih relevan saya mendirikan partai politik atau gabung di partai politik secara formal, karena kepercayaan rakyat, kepercayaan yang diberikan rakyat kepada saya itu sudah luar biasa," kata Freddy mengutip Jokowi.

Pergulatan inilah, menurut Freddy, yang menjadi alasan mendasar Jokowi hingga kini belum juga mendeklarasikan diri untuk membentuk atau menjadi kader partai politik tertentu.

Dengan demikian, meskipun niat kader Projo untuk menjadi partai sangat kuat, keputusan akhirnya masih bergantung pada kehendak Jokowi sebagai Dewan Pembina.

Momentum kongres nanti akan menjadi tahapan penting untuk mempertegas arah organisasi relawan ini ke depannya.

PRABOWO CUEK PEMAKZULAN - Waketum Projo, Freddy Alex Damanik, menilai Presiden Prabowo Subianto tidak akan peduli terkait usulan pemakzulan terhadap Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Dia mengatakan Prabowo bakal lebih peduli masalah lain di Indonesia yang perlu diselesaikan.
PRABOWO CUEK PEMAKZULAN - Waketum Projo, Freddy Alex Damanik, menilai Presiden Prabowo Subianto tidak akan peduli terkait usulan pemakzulan terhadap Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Dia mengatakan Prabowo bakal lebih peduli masalah lain di Indonesia yang perlu diselesaikan. (Tangkapan layar dari YouTube Kompas TV)

 

Berikut petikan wawancara khusus dengan Wakil Ketua Umum Projo, Freddy Alex Damanik dengan Tribunnews;

Tanya: Makna pertemuan pengurus Projo pada tanggal 24 Oktober 2024 dengan Pak Jokowi di Solo?

Jawab: Pak Jokowi ini adalah Dewan Pembina, Ketua Dewan Pembina Projo. Karena Projo mau melaksanakan Kongres seperti yang disampaikan tadi, 1-2 November, maka kami berkoordinasi, mohon arahan, sekaligus diskusi dengan Pak Jokowi. Kami sampaikan isu-isu dari teman-teman di bawah, kemudian kami sampaikan juga bahwa sebetulnya ini sudah hampir 1 tahun terlambat.

Tanya: Telat 1 tahun?

Jawab: Telat 1 tahun. Harusnya akhir 2024. Jadi kami sampaikan, tidak mungkin lagi, pak, ini tidak kita laksanakan tahun ini. Jadi mau tidak mau kita laksanakan. Kami mohon arahan Bapak sekaligus meminta beliau untuk membuka Kongres ketiga ini. Intinya di situ, selain bicara, diskusi politik biasa.

Tanya: Kalau arahan yang penting apa? Misalnya arahan ke depan Projo, beliau berharap apa?

Jawab: Tentu konsisten. Beliau konsisten masih pada tetap kawal pemerintahan Prabowo-Gibran.

Tanya: Termasuk perintah untuk mulai mengkampanyekan supaya pasangan ini di 2029 kembali maju sebagai presiden dan wapres, ada nggak sih?

Jawab: Kalau itu belum ada, belum kita bicarakan.

Tanya: Oh belum ya?

Jawab: Jadi kawal Prabowo-Gibran sampai periode ini selesai, tahun 2029. Nanti selanjutnya, oke. Memang di relawan lain Pak Jokowi ada yang mengatakan misalnya kita kawal sampai 2 periode, tetapi diskusi kemarin belum ada itu. Sampai 2029 kawal dulu ini.

Tanya: Arahan pak Jokowi supaya Projo ini bukan lagi hanya menjadi ormas, tetapi lebih tinggi lagi, misalkan jadi partai?

Jawab: Keinginan Projo menjadi partai ini sebetulnya adalah keinginan sebagian besar teman-teman di Projo, baik di cabang, di provinsi, maupun di pusat. Keinginan ini sudah lama kami sampaikan ke Pak Jokowi. "Pak, ini teman-teman pengen Projo ini kita formalkan jadi partai, Pak. Agar Bapak pimpin partai ini. Selama ini kita bermain di Pilpres, kita sekarang juga bisa bertarung memperebutkan suara di Pileg, di parlemen." Kami sampaikan seperti itu.

Tanya: Lalu?

Jawab: Persis seperti apa yang sudah berulang-ulang beliau sampaikan. Bahwa, "Kalau memang harus saya berpartai," kata dia, "saya tidak mau partai yang saya ada, saya bangun itu seperti partai-partai yang konvensional. Saya mau itu harus menjadi partai super terbuka." Itulah yang banyak kemudian di media. Maksudnya adalah benar-benar baik dari sisi transparansi, kemudian juga pengurusnya dipilih, ketua umumnya dipilih oleh semua anggota partai. Kemudian juga, misalnya, memungkinkan kantor-kantor itu dibuat secara online karena diskusinya memang untuk menghemat operasional partai.

Karena kalau seperti partai-partai konvensional, maka akan terjebak kembali dengan hal yang sama terus-terus: biaya operasional partai yang sangat besar, kemudian untuk menutupi biaya operasional ini akan terjebak di dalam kemungkinan mencari anggaran-anggaran dari APBN dan seterusnya. Itu yang Pak Jokowi tidak mau. Itulah diskusi kami waktu itu, makanya muncul pembicaraan partai super terbuka itu.

Beliau bilang, "Nah, ya bahkan coba nanti kita lihat momentum yang pas, apakah ini bisa kita deklarasikan."

Nah, kemudian kemarin kami waktu ke Solo, kami juga, Pak Jokowi ada berbicara sedikit tentang partai. Misalnya beliau sampaikan, banyak orang hebat, politisi-politisi yang mengaku hebat, yang terus menyerang saya dengan analisa-analisa yang seolah-olah luar biasa. Saya dikata-katakan ini itu, padahal realitasnya, kata beliau, bahwa saya ini yang dipilih rakyat, rakyat Indonesia yang pilih saya, bukan saya yang menunjukkan saya ini seolah-olah orang hebat. Bukan.

Rakyat yang memberikan kepercayaan kepada saya dan politisi-politisi itu tidak mau secara jujur melihat sejarah itu. Kata beliau, apa masih relevan saya mendirikan partai politik atau gabung di partai politik secara formal, karena kepercayaan rakyat, kepercayaan yang diberikan rakyat kepada saya itu sudah luar biasa.

Jadi justru itu menjadi, mungkin pergulatan di beliau, apakah masih relevan, 'gak sih, gue buat partai?' kira-kira gitu. Itu yang membuat beliau sampai sekarang tidak mendeklarasikan diri untuk menjadi kader partai tertentu, kira-kira gitu ya? Itu kata beliau, jelas.

Baca juga: Projo Pasang Badan Usai Jokowi Disorot Proyek Whoosh: Kalau Ada Bukti, Silakan Proses Hukum

Tanya: Kalau begitu, apakah Pak Jokowi juga mendorong Projo gabung aja lah ke PSI, ada gak dorongan ke sana?

Jawab: Jadi, di media juga Pak Jokowi sudah beberapa kali menyampaikan, "Saya tidak ada mengajak, mendorong-dorong orang." Konteksnya waktu itu misalnya kader-kader Nasdem, tapi statement itu keluar, termasuk kepada Projo. Termasuk kepada Projo, Pak Jokowi secara langsung, secara pribadi, baik ke ketua umum pribadi, ke kami waktu di rumah, nggak ada. Tapi jujur kami akui, memang kader-kader kita, kader-kader Projo di bawah, oleh teman-teman PSI, banyak yang diajak gabung.

Tanya: Banyak yang diajak gabung, menjadi pengurus?

Jawab: Tapi itu secara individu ya? Menjadi ketua.

Tanya: Orang per orang?

Jawab: Iya, orang per orangan. Demikian juga, ada juga kita yang di partai-partai lain, di Gerindra, di Golkar. Tetapi memang banyak, lah, kita jujur, banyak kader-kader Projo di daerah yang diajak gabung oleh PSI.

Tanya: Projo tidak akan pernah menjadi partai kalau Pak Jokowi gak oke?

Jawab: Ya, standing Projo jelas. Projo tidak akan jadi partai kalau Pak Jokowi tidak menghendakinya. Karena Projo ini ada karena Pak Jokowi. Kalaupun Projo harus berubah atau menjadi partai politik, maka itu harus sekehendak Pak Jokowi. Itu jelas. Dan so far, memang arah ke sana belum ada, kan?

Tanya: Sejauh ini, Bang Fredy, yang punya kans untuk menjadi ketua umum siapa ini?

Jawab: Yang punya kans, namanya kans itu bisa jadi, bisa nggak, kan? Siapa aja punya kans. Tapi jujur ya, jujur kalau saya melihat, saya kan wakil ketua umum, saya di Projo itu walaupun termuda di DPP, ya, tapi saya yang paling senior. Jadi, saya tahu setiap orang itu. Jujur kalau saya melihat, sampai sekarang kader Projo yang masih terbaik itu Budi Arie. Kalau saya ditanya.

Tanya: Kalau Bang Fredy sendiri nggak kepengen jadi ketua umum?

Jawab: Saya rasa kok, saya belum mampu, ya, kalau jadi ketua umum, ya. Jadi, saya pribadi sih masih mendukung Budi Arie, kalau saya ditanya. Tapi kan, teman-teman di daerah yang punya suara. Kami kan nanti ketika pemungutan suara itu sudah dimisioner.(Tribun Network/ Yuda).

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved