Khutbah Jumat 7 November 2025: Meneladani Pengorbanan Pahlawan
Teks khutbah Jumat 7 November 2025 mengangkat tema “Meneladani Pengorbanan Para Pahlawan” menjelang Hari Pahlawan 10 November 2025, berikut pesannya.
Kesatria yang tangguh dalam mempertahankan kemerdekaan dengan nyawanya. Juga perwira yang berjuang tanpa pamrih demi menggapai ridha dari Allah Ta’ala.
Bukankankah hal tersebut juga telah dicontohkan oleh para pahlawan kita yang shalih? Bukankah perihal demikian yang diharapkan bisa terwariskan kepada kita? Bukankah itu semua adalah sesuatu yang kita cita-citakan?
Salah satu faktor yang menjadikan para pahlawan pantas untuk dikenang dan patut kita teladani adalah jasa pengorbanan mereka.
Pengorbanan inilah yang mahal dan langka. Sebab tidak semua orang mau untuk berkorban dan berjuang.
Sidang jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah.
Berkorban untuk sesuatu yang mulia adalah sifat seorang mukmin yang hakiki. Berkorban untuk sesuatu sering diistilahkan oleh para ulama dengan at-tadhhiyah (التَّضْحِيَةُ) yang bermakna berkorban atau berjuang tanpa pamrih. (al-Mu’jam al-Wasith, 1/535)
Hakikat dari makna tadhhiyah adalah mengorbankan jiwa, waktu, atau harta untuk tujuan yang agung dan mulia dibarengi dengan mengharap pahala dari Allah Ta’ala.
Tidaklah seseorang mampu berkorban untuk sesuatu yang lebih mulia melainkan atas dasar keimanan kepada Allah. (Mausu’ah Fiqh al-Qulub, at-Tuwaijiri, 2/1243)
Ingat! Orang-orang shalih terdahulu mengajarkan kepada kita tentang makna pengorbanan. Yaitu pengorbanan atas asas keimanan kepada Allah.
Merekalah para pahlawan Islam yang berkorban dengan segala yang dimiliki untuk dakwah di jalan Allah, menyebarkan kemuliaan Islam, dan meninggikan kalimat Allah.
Sifat mulia inilah yang menjadikan umat Islam jaya, mulia, dan mempunyai izzah di mata dunia. Bagaimana tidak, para salafus shalih mencontohkan teladan terbaik.
Mereka mengorbankan harta, nyawa, waktu, nafsu syahwat, dan tempat tinggal demi menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini.
Oleh sebab itu pula Allah memilih para sahabat untuk membersamai Rasulullah SAW dalam memperjuangkan agama Islam.
Abdullah bin Mas’ud pernah memberikan keterangan tentang keistimewaan para sahabat
قَوْمٌ اخْتَارَهُمُ اللَّهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ وَإِقَامَةِ دِينِهِ، فَاعْرَفُوا لَهُمْ فَضْلَهُمْ، وَاتَّبِعُوهُمْ فِي آثَارِهِمْ،فَإِنَّهُمْ كَانُوا عَلَى الْهَدْيِ الْمُسْتَقِيمِ
“Para sahabat adalah suatu kaum yang Allah pilih langsung untuk membersamai Nabi-Nya dalam menegakkan agama (iqamatuddin). Maka kenalilah keutamaan dan ikutilah jejak-jejak mereka karena sesungguhnya mereka berada di atas petunjuk yang lurus.“ (Syarah al-Aqidah at-Thahawiyah, Ibnu Abil Izz, 383)
Hal ini dibuktikan dengan tersebarnya risalah Islam yang mulia hingga meluas ke berbagai penjuru dunia dengan kegigihan, jasa, dan kepahlawanan para pejuang Islam dalam futuhat Islamiyyah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.