Senin, 10 November 2025

Hari Pahlawan

Panduan Pelaksanaan Hening Cipta 60 Detik pada Hari Pahlawan 2025 di Berbagai Lokasi

Kementerian Sosial RI mengimbau masyarakat untuk melaksanakan Hening Cipta secara serentak selama 60 detik pada Senin, 10 November 2025.

kemensos.go.id
HARI PAHLAWAN 2025 - Logo Hari Pahlawan 2025 diunduh Selasa (4/11/2025). Kementerian Sosial RI mengimbau masyarakat untuk melaksanakan Hening Cipta secara serentak selama 60 detik pada Senin, 10 November 2025. 

Pelaksanaan Hening Cipta 60 detik dikoordinasikan bersama pihak Kepolisian, Pemerintah Daerah, Satpam, dan Hansip setempat.

Informasi pelaksanaan disebarluaskan melalui media massa, radio, televisi, internet, pesan singkat, serta tempat ibadah seperti masjid, gereja, dan pura agar seluruh masyarakat dapat berpartisipasi.

Urutan upacara Bendera Hari Pahlawan 2025

  1. Penghormatan umum kepada Pembina Upacara dipimpin oleh Komandan Upacara.
  2. Laporan Komandan Upacara kepada Pembina Upacara.
  3. Pengibaran Bendera Merah Putih diiringi Lagu Kebangsaan Indonesia Raya yang dinyanyikan bersama.
  4. Mengheningkan cipta, dipimpin oleh Pembina Upacara.
  5. Pembacaan Pancasila.
  6. Pembacaan Pembukaan UUD 1945.
  7. Pembacaan pesan-pesan pahlawan.
  8. Amanat Pembina Upacara.
  9. Pembacaan doa.
  10. Laporan Komandan Upacara kepada Pembina Upacara.
  11. Penghormatan kepada Pembina Upacara.
  12. Upacara selesai.

Mengapa 10 November Ditetapkan Sebagai Hari Pahlawan?

Penetapan 10 November sebagai Hari Pahlawan tidak terlepas dari peristiwa bersejarah yang terjadi di Kota Surabaya pada tahun 1945, hanya beberapa bulan setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.

Saat itu, Surabaya menjadi medan pertempuran besar antara rakyat dan tentara Indonesia melawan pasukan Inggris, yang datang dengan misi melucuti senjata Jepang namun kemudian berupaya memulihkan kekuasaan Belanda di Indonesia.

Pertempuran ini merupakan konflik bersenjata pertama antara Indonesia dan kekuatan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan.

Awalnya, sempat terjadi gencatan senjata pada 29 Oktober 1945, namun situasi tetap tegang.

Bentrokan-bentrokan kecil di lapangan masih terjadi hingga akhirnya meletus peristiwa besar pada 30 Oktober 1945, yaitu tewasnya Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby, pimpinan pasukan Inggris di Jawa Timur.

Kematian Mallaby memicu kemarahan Inggris.

Sebagai tindak lanjut, Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh, penggantinya, mengeluarkan ultimatum pada 10 November 1945, yang memerintahkan rakyat Surabaya menyerahkan senjata dan menghentikan perlawanan terhadap pasukan Inggris dan NICA. Ultimatum tersebut juga berisi ancaman bahwa Surabaya akan diserang dari darat, laut, dan udara jika tidak dipatuhi.

Namun, rakyat Surabaya dengan gagah berani menolak ultimatum itu.

Mereka memilih mempertahankan kemerdekaan dengan senjata seadanya.

Akibatnya, pada pagi hari tanggal 10 November 1945, pasukan Inggris melancarkan serangan besar-besaran. Pertempuran pun pecah dan berlangsung sengit selama sekitar tiga minggu.

Kota Surabaya berubah menjadi lautan api dan kehancuran.

Diperkirakan, lebih dari 20.000 warga Surabaya gugur, sebagian besar merupakan rakyat sipil.

Sekitar 150.000 orang mengungsi keluar kota, sementara di pihak Inggris sendiri tercatat lebih dari 1.600 prajurit tewas atau terluka, serta banyak kendaraan dan perlengkapan militer yang hancur. Karena dahsyatnya pertempuran dan semangat pantang menyerah rakyat, Surabaya kemudian dijuluki “Kota Pahlawan.”

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved