Sabtu, 15 November 2025

Gelar Pahlawan Nasional

Gelar Pahlawan Soeharto, Akademisi Ingatkan Peristiwa Penting Republik dan Nilai Warisan

Menanggapi berbagai penolakan terhadap gelar Pahlawan Soeharto, Makroen Sanjaya mengingatkan kembali tentang peristiwa penting RI

|
Tribunnews/Jeprima
ANUGERAH PAHLAWAN NASIONAL - Presiden Prabowo Subianto menyerahkan anugerah gelar pahlawan nasional kepada anak Jenderal Besar TNI Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana dan Bambang Trihatmodjo di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025). Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan pahlawan nasional kepada 10 tokoh di antaranya K.H. Abdurrahman Wahid, Jenderal Besar TNI Soeharto, dan aktivis buruh Marsinah sebagai upaya pemerintah dalam menghormati jasa para pendahulu dan pemimpin bangsa yang dinilai telah memberikan kontribusi besar bagi negara. Tribunnews/Jeprima 

Dari sisi keamanan, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menegaskan bahwa aparat siap menjaga situasi nasional tetap kondusif.

“Kami mengimbau masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi. Damai dan stabilitas sosial bukan hanya tanggung jawab aparat, tapi juga seluruh warga negara,” papar Kapolri.

Bagi sebagian pengamat, penganugerahan gelar ini menjadi ujian bagi kedewasaan masyarakat Indonesia dalam memandang sejarah secara utuh menghargai jasa, tanpa menghapus ruang refleksi kritis. 

Di tengah polarisasi dan maraknya disinformasi di dunia maya, pesan pemerintah untuk menjaga ketenangan menjadi semakin relevan.

Lebih dari sekadar penghargaan, keputusan ini mengajak bangsa melihat masa lalu bukan sebagai luka yang harus dihapus, melainkan sebagai pelajaran yang menguatkan langkah ke depan.

Sebab, menghormati keputusan negara juga berarti menjaga kebersamaan dalam bingkai yang lebih besar: Indonesia yang damai dan bersatu.

Momentum Refleksi

Ketua Umum DPP Pengajian Al-Hidayah Hetifah Sjaifudian menanggapi keputusan pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto.

Pengajian Al-Hidayah adalah organisasi kemasyarakatan dan keagamaan yang mewadahi wanita muslimah Indonesia, dengan tujuan membangun generasi beriman, bertakwa, dan cinta tanah air.

Pengajian Al-Hidayah Didirikan pada 5 Oktober 1979 oleh Wanita Keluarga Besar Golongan Karya yang beragama Islam.

Menurut Hetifah, keputusan tersebut merupakan bentuk penghormatan negara atas pengabdian panjang Presiden Soeharto.

“Keputusan ini merupakan bentuk penghormatan negara atas pengabdian panjang beliau dalam memajukan Indonesia, termasuk dalam memperluas akses pendidikan, memperkuat stabilitas nasional, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kata Hetifah dalam keterangan tertulis, Selasa (11/11/2025).

Sebagai organisasi perempuan yang lahir dan berkembang pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto, Hetifah menegaskan bahwa Pengajian Al-Hidayah merasakan langsung perhatian besar Soeharto terhadap pemberdayaan perempuan, pembinaan kerohanian, dan pembangunan keluarga sebagai fondasi utama bangsa.

“Banyak nilai keteladanan yang diwariskan: kerja keras, kedisiplinan, pengabdian, dan komitmen terhadap persatuan,” ucap Ketua Komisi X DPR RI itu.

Hetifah menilai, penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto bukan sekadar bentuk penghormatan historis, tetapi juga momentum refleksi perjalanan bangsa agar masyarakat dapat melihat sejarah secara lebih jernih dan bijaksana.

“Kami memandang penganugerahan ini bukan sekadar penghormatan historis, tetapi juga momentum untuk merefleksikan perjalanan bangsa secara jernih dan penuh kebijaksanaan. Semoga keputusan ini semakin menguatkan semangat persatuan, memperkokoh rasa syukur, dan mendorong kita semua untuk melanjutkan amal kebaikan bagi umat dan Indonesia,” ucap Hetifah.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved