Rabu, 12 November 2025

Gelar Pahlawan Nasional

Soeharto dan Marsinah Jadi Pahlawan Nasional, Pengamat: Ini Kontradiksi

Direktur Eksekutif Skala Data Indonesia, Arif Nurul Imam, mengomentari pemberikan gelar pahlawan terhadap Soeharto dan Marsinah.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
GELAR PAHLAWAN SOEHARTO - Massa dari Aliansi Nasional Pemuda Mahasiswa melakukan aksi di depan Gedung Kementerian Kebudayaan, Jakarta, Senin (10/11/2025). Dalam aksinya mereka memprotes pemberian gelar pahlawan kepada Presiden ke-2 RI Soeharto karena dinilai mengkhianati aksi gerakan protes tahun 1998 serta pengukuhan gelar pahlawan ini dinilai menormalisasi seluruh kekerasan dan pelanggaran HAM yang terjadi di era Soeharto. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Ringkasan Berita:
  • Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar pahlawan nasional tahun 2025 kepada 10 tokoh.
  • Di antara 10 tokoh tersebut, ada nama Presiden ke-2 RI Soeharto dan aktivis buruh perempuan Marsinah.
  • Direktur Eksekutif Skala Data Indonesia, Arif Nurul Imam, menilai keberadaan dua nama itu menjadi kontradiksi.

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar pahlawan nasional tahun 2025 kepada 10 tokoh di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025).

Di antara 10 tokoh tersebut, ada nama Presiden ke-2 RI Soeharto dan aktivis buruh perempuan Marsinah.

Direktur Eksekutif Skala Data Indonesia, Arif Nurul Imam, menilai keberadaan dua nama itu menjadi kontradiksi.

Pasalnya, pembunuhan terhadap Marsinah terjadi pada tahun 1993 saat pemerintahan Soeharto berkuasa.

Hal itu disampaikan Arif dalam acara On Focus yang tayang di YouTube Tribunnews, Selasa (11/11/2025).

"Ini kontradiksi mengingat mereka berhadap-hadapan ketika Orde Baru. Apakah kemudian Marsinah yang dianggap pembangkang dan kemudian mati itu dianggap pahlawan atau sebaliknya rezim yang berkuasa justru yang dianggap pahlawan?" 

"Ini yang kemudian terjadi kontradiksi dalam pengangkatan gelar pahlawan ini mengingat ada dua tokoh yang saling berhadap-hadapan secara ideologis, tetapi secara bersamaan diangkat menjadi pahlawan nasional," tuturnya.

Lebih lanjut, Arif menyebut bahwa pemberian gelar kepada Soeharto akan "memutihkan" rezim Orde Baru.

Hal tersebut, sambungnya, bisa menghilangkan esensi dari Reformasi pada 1998.

"Pemberian gelar pada Soeharto tentu ini dalam tanda petik akan memutihkan rezim Orde Baru yang kemudian ditumbangkan dan berganti rezim Reformasi." 

"Pemberian gelar ini tentu akan menghilangkan esensi Reformasi, mengingat Reformasi merupakan kritik terhadap rezim Orde Baru yang dianggap memiliki banyak cacat dan memiliki banyak kebijakan-kebijakan yang tidak pro-rakyat," jelasnya.

Baca juga: Sosok Pahlawan Nasional Rahmah El Yunusiyyah, Kibarkan Merah Putih Pertama di Sumatra Barat

Sebagai informasi, Marsinah merupakan aktivis buruh Indonesia yang menjadi simbol perjuangan hak-hak pekerja, terutama pada masa Orde Baru.

Perempuan yang lahir di Nganjuk, Jawa Timur, pada 10 April 1969 tersebut dikenal karena keberaniannya menuntut upah yang layak dan kondisi kerja yang lebih baik.

Saat bekerja di pabrik arloji di PT Catur Putra Surya (CPS) di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Ia aktif dan vokal dalam Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) di tingkat pabrik dan memimpin aksi mogok kerja.

Ia bersama buruh lainnya menuntut kenaikan upah pokok buruh dari Rp1.700 menjadi Rp2.250 per hari pada awal Mei 1993.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved