Senin, 17 November 2025

Seputar Polri

Inovasi Polsek Paga, Warga Tanawawo Diajak Olah Tuak Jadi Gula dan Kue Tradisional Bernilai Ekonomi

Polsek Paga dorong warga Tanawawo mengolah tuak menjadi gula dan pangan lokal, membuka peluang usaha baru tanpa meninggalkan tradisi.

Editor: Content Writer
dok. tribratanewsntt.com
PENDAMPINGAN OLAHAN TUAK - Petugas Polsek Paga, Kanit Binmas Polsek Paga Aiptu Fransiskus Lister bersama Bhabinkamtibmas Aiptu Bambang Haryanto mendampingi warga mempraktikan penyadapan nira untuk diolah menjadi gula dan pangan lokal. 

TRIBUNNEWS.COM - Di banyak wilayah NTT, tuak atau nira bukan cuma bahan dasar moke untuk keperluan adat, tapi juga sumber daya alam yang sebenarnya punya potensi ekonomi besar kalau diolah lebih kreatif. Selama ini sebagian warga hanya memanfaatkan nira untuk kebutuhan tradisi, padahal peluang pengembangan produk turunan seperti gula dan pangan lokal jauh lebih luas. 

Melihat hal itu, kehadiran polisi di tengah masyarakat bukan lagi sekadar menjaga keamanan, tetapi juga menjadi motor penggerak agar potensi lokal bisa naik kelas dan benar-benar menguntungkan warga. 

Polsek Paga Polres Sikka terus mendorong masyarakat Tanawawo untuk memanfaatkan potensi lokal secara lebih kreatif. Lewat program pendampingan yang digelar pada Jumat (14/11/2025) siang, warga Desa Renggarasi dan Desa Loke diajak mengolah tuak atau nira, bahan dasar pembuatan moke, menjadi gula serta aneka olahan makanan tradisional. 

Kegiatan berlangsung di tempat produksi moke milik Ambrosius Togo, dipimpin langsung oleh Kanit Binmas Polsek Paga Aiptu Fransiskus Lister bersama Bhabinkamtibmas Aiptu Bambang Haryanto. Keduanya juga mendapat dukungan dari Ketua BPD Desa Renggarasi Yohanes Damaskus dan tokoh pemuda Kristoforus Juma. 

Dengan banyaknya pohon tuak yang tumbuh subur di wilayah tersebut, aparat kepolisian melihat peluang besar untuk meningkatkan ekonomi warga tanpa meninggalkan tradisi. Dalam sosialisasi, warga diperkenalkan teknik penyadapan nira, cara mengolahnya menjadi gula air dan gula batu, hingga penggunaannya sebagai bahan dasar kue dan makanan khas daerah. 

Baca juga: Polda NTT Perbaiki Sumur dan Beri Dinamo Air, Bantu Pengungsi Posko Konga Dapatkan Air Bersih

Pendampingan ini membuka peluang usaha baru, terutama bagi ibu rumah tangga dan generasi muda. Selain memenuhi kebutuhan sehari-hari, produk gula dari nira juga dinilai berpotensi menjadi komoditas unggulan desa. 

“Benar kami melaksanakan kegiatan tersebut untuk memberikan sosialisasi kepada para pengolah moke. Selain untuk kepentingan adat, tuak manis sebenarnya bisa diolah menjadi gula air maupun gula batu yang lebih higienis,” jelas Aiptu Fransiskus Lister didampingi Aiptu Bambang. 

Kapolres Sikka AKBP Bambang Supeno, S.I.K., memberikan dukungan penuh atas program pemberdayaan warga ini. Ia menegaskan bahwa para Bhabinkamtibmas memang diarahkan untuk aktif menggali aspirasi masyarakat dan mendorong pemanfaatan nira sebagai bahan pangan bernilai ekonomi lebih tinggi. 

“Kami memahami kebutuhan masyarakat akan moke untuk adat. Namun tuak atau nira ini juga bisa menjadi bahan makanan dan minuman yang sehat serta meningkatkan perekonomian keluarga,” tegas AKBP Bambang Supeno. 

Ketua BPD Desa Renggarasi, Yohanes Damaskus, mengapresiasi langkah Polsek Paga yang tak hanya hadir sebagai pengayom, tetapi juga sebagai penggerak kreativitas desa. Ia menyebut kolaborasi ini membuat warga semakin termotivasi untuk mengembangkan olahan nira sebagai sumber pendapatan baru. 

Apresiasi juga datang dari Kapolda NTT Irjen Pol Dr. Rudi Darmoko melalui Kabidhumas Polda NTT Kombes Pol Henry Novika Chandra. Menurutnya, inovasi berbasis kearifan lokal seperti ini adalah bukti bahwa kehadiran polisi harus memberi nilai tambah bagi masyarakat. 

“Polisi bukan hanya menjaga keamanan, tetapi juga menjadi fasilitator dan mitra masyarakat untuk mencapai kemandirian ekonomi. Program seperti ini harus terus dikembangkan,” ujar Kombes Henry. 

Kegiatan ini menunjukkan harmonisasi nyata antara aparat dan warga, sekaligus menegaskan bahwa pemberdayaan ekonomi lokal bisa berjalan seiring dengan pelestarian tradisi. Harapannya, Desa Renggarasi dan Desa Loke dapat berkembang menjadi desa yang produktif, berdaya saing, dan memiliki produk unggulan berbasis budaya lokal. 

Baca juga: Iptu Abu Bakar, Polisi di Bima yang Bangun Pesantren dari Gaji Sendiri Selama 22 Tahun

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved