Selasa, 28 Oktober 2025

Pengetahuan Coding dan AI Sebaiknya Diajarkan ke Anak Sejak Dini

Pembelajaran coding dan kecerdasan artifisial (AI) perlu diperkenalkan sejak dini pada anak-anak.

|
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
handout
PELATIHAN KOMPUTASI - Kegiatan Pelatihan Calon Pelatih dalam Implementasi Berpikir Komputasional di PAUD, di Kudus, Jawa Tengah, Senin (27/10/2025). Kegiatan ini diselenggarakan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI melalui Direktorat Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Non-Formal (PNF). 

Berpikir Komputasional

Menurut Felicia Hanitio, Deputy Program Director Bakti Pendidikan Djarum Foundation, berpikir komputasional bukanlah pelajaran baru, melainkan pola berpikir terstruktur yang dapat dibangun melalui kegiatan sehari-hari anak.

“Berpikir komputasional bukan kurikulum, tapi kebiasaan berpikir logis dan kreatif. Bisa ditanamkan lewat aktivitas sederhana seperti cuci tangan, bermain balok, atau lompat karet — tergantung bagaimana guru memancing logika anak,” jelasnya.

Baca juga: Selain STEM+, Siswa Juga Perlu Kuasai Keterampilan AI Agar Lebih Kompetitif di Dunia Kerja

Felicia menegaskan, pendekatan ini terbukti meningkatkan kemampuan kognitif, sosial-emosional, dan motorik anak usia dini, seperti yang telah diterapkan secara konsisten di Kudus dan Sumbawa Barat.

Dukungan Dunia Industri

Priyo Pramono, Vice President Social Impact PT Amman Mineral Nusa Tenggara, menilai berpikir komputasional sebagai fondasi pembentukan SDM yang adaptif dan inovatif di era digital.

“Potensi berpikir komputasional semakin besar jika ditanamkan sejak dini. Dengan kolaborasi lintas provinsi seperti ini, kami berharap lahir generasi yang siap bersaing menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
 
Selama pelatihan, selain mendapatkan teori, peserta juga praktik langsung di empat PAUD percontohan di Kudus yang telah mengimplementasikan berpikir komputasional secara konsisten.

Mereka diajak mengamati cara guru mengintegrasikan konsep logika berpikir dalam kegiatan bermain, seperti menyusun puzzle, merancang urutan kegiatan, hingga mengenali pola sederhana.

Para peserta program ini diharapkan menjadi trainer regional, yang akan melatih lebih banyak guru di daerah asalnya — menciptakan efek berantai untuk mempercepat penyebaran metode ini di seluruh Indonesia.

 

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved