Pengetahuan Coding dan AI Sebaiknya Diajarkan ke Anak Sejak Dini
Pembelajaran coding dan kecerdasan artifisial (AI) perlu diperkenalkan sejak dini pada anak-anak.
Berpikir Komputasional
Menurut Felicia Hanitio, Deputy Program Director Bakti Pendidikan Djarum Foundation, berpikir komputasional bukanlah pelajaran baru, melainkan pola berpikir terstruktur yang dapat dibangun melalui kegiatan sehari-hari anak.
“Berpikir komputasional bukan kurikulum, tapi kebiasaan berpikir logis dan kreatif. Bisa ditanamkan lewat aktivitas sederhana seperti cuci tangan, bermain balok, atau lompat karet — tergantung bagaimana guru memancing logika anak,” jelasnya.
Baca juga: Selain STEM+, Siswa Juga Perlu Kuasai Keterampilan AI Agar Lebih Kompetitif di Dunia Kerja
Felicia menegaskan, pendekatan ini terbukti meningkatkan kemampuan kognitif, sosial-emosional, dan motorik anak usia dini, seperti yang telah diterapkan secara konsisten di Kudus dan Sumbawa Barat.
Dukungan Dunia Industri
Priyo Pramono, Vice President Social Impact PT Amman Mineral Nusa Tenggara, menilai berpikir komputasional sebagai fondasi pembentukan SDM yang adaptif dan inovatif di era digital.
“Potensi berpikir komputasional semakin besar jika ditanamkan sejak dini. Dengan kolaborasi lintas provinsi seperti ini, kami berharap lahir generasi yang siap bersaing menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
Selama pelatihan, selain mendapatkan teori, peserta juga praktik langsung di empat PAUD percontohan di Kudus yang telah mengimplementasikan berpikir komputasional secara konsisten.
Mereka diajak mengamati cara guru mengintegrasikan konsep logika berpikir dalam kegiatan bermain, seperti menyusun puzzle, merancang urutan kegiatan, hingga mengenali pola sederhana.
Para peserta program ini diharapkan menjadi trainer regional, yang akan melatih lebih banyak guru di daerah asalnya — menciptakan efek berantai untuk mempercepat penyebaran metode ini di seluruh Indonesia.
| Kemenag Gelar AICIS+, Himpun Peneliti Dunia Bahas Krisis Iklim dan Etika Kecerdasan Buatan |
|
|---|
| Telkomsat dan Kemenkes Kerjasama Digitalisasi Layanan Kesehatan Berbasis AI |
|
|---|
| Dewan Pers: AI dalam Kerja Jurnalistik Tak Menjamin Bebas dari Halusinasi dan Hak Cipta |
|
|---|
| Ketua Komisi Digital Dewan Pers Dahlan Dahi Tekankan Produk AI Tidak Bisa Dianggap Karya Jurnalistik |
|
|---|
| AI Bisa Deteksi Penyakit Mulai Diabetes hingga TBC, Bakal Gantikan Peran Dokter? |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.