Cerita Liuk Cendrawasih dari Pekalongan: Sebuah Kritik Sosial Lembut di Balik Motif Batik
Inilah cerita Indah Handayani, seorang guru di Pekalongan yang menjadi peserta kelas membantik Rumah Batik TBIG.
Bagi Indah, kesempatan belajar membatik bukan hanya tentang menambah keterampilan, tapi juga tentang menguatkan jati diri sebagai warga Pekalongan, kota yang berjuluk sebagai Kota Batik.
“Saya lahir dan besar di Pekalongan. Tapi jujur, sebelumnya belum pernah benar-benar mendalami batik. Jadi pelatihan ini seperti menghubungkan saya kembali dengan akar budaya sendiri,” ujarnya.
Kini, setelah hampir satu tahun mengikuti pelatihan, Indah bukan hanya membawa pulang selembar kain batik buatannya sendiri.

Ia membawa pulang kebanggaan, kesadaran, dan tanggung jawab sebagai bagian dari pelestari budaya leluhur.
Di tengah tren tekstil modern dan produk fashion massal, kisah Indah adalah pengingat bahwa bekarya lewat batik adalah karya jiwa, bukan sekadar kain bermotif.
Selaras dengan esensi keberadaan Rumah Batik TBIG, yang eksistensinya memaknai batik sebagai warisan budaya, cermin pemikiran, bahkan suara sosial dari mereka yang menuangkannya.
Diketahui, Rumah Batik TBIG merupakan inisiatif budaya yang didirikan oleh PT Tower Bersama Infrastructure, Tbk, sejak 2014 sebagai wujud komitmen dalam melestarikan warisan batik Indonesia.
Program ini menjadi wadah pembelajaran, pengembangan kreativitas, sekaligus pemberdayaan masyarakat di bidang batik.
TBIG melaksanakan salah satu program Tanggung Jawab Sosial di bidang budaya melalui Koperasi Bangun Bersama (KBB) yang melayani UMKM dan karyawan dalam memberikan kemudahan akses permodalan hingga produksi batik.
Sementara KBB memiliki salah satu unit pelatihan masyarakat berupa pelatihan membatik.
Ketua KBB, Nanang Tri Purwanto mengatakan program tersebut ditunjukkan untuk melatih masyarakat agar memiliki pengetahuan dasar dalam membuat batik serta pengetahuan terkait bisnis batik secara keseluruhan.

Rumah Batik TBIG sejak 2014 konsisten membimbing generasi muda agar tak hanya mencintai batik, tetapi juga menjadikannya sebagai ladang penghidupan.
Melalui pelatihan dan pendampingan, lanjut Nanang, Rumah Batik TBIG berhasil melahirkan puluhan wirausahawan muda yang kini menekuni dunia batik.
“Hingga hari ini, kami sudah menciptakan banyak wirausaha muda yang bergerak di bidang batik," tutur Nanang.
Namun tak sekadar soal bisnis, perjuangan mereka juga tentang menjaga napas budaya, berbagai kegiatan kreatif telah digelar untuk memastikan batik tak sekadar menjadi motif di kain, tetapi juga tetap hidup dalam keseharian masyarakat.
Di tangan para pemuda binaan Rumah Batik TBIG, harapan itu tumbuh, dan dari Pekalongan, cerita tentang cinta pada budaya terus menjalar ke penjuru negeri.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)
Menlu Sugiono Ungkap Alasan Prabowo Lantik Wakil Dubes RI untuk China |
![]() |
---|
Profil Dirgayuza Setiawan, Asisten Khusus Presiden Prabowo Bidang Komunikasi dan Analisa Kebijakan |
![]() |
---|
Daftar Nama Menteri dan Wakil Menteri Terbaru usai Prabowo Lantik 2 Wamen |
![]() |
---|
Profil Komjen Dwiyono, Jenderal Bintang Tiga yang Jabat Posisi Sekretaris Jenderal Kementerian P2MI |
![]() |
---|
Terjemahan Lirik Lagu Disarm - The Smashing Pumpkins: I Used to be a Little Boy, So Old in My Shoes |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.