Sabtu, 11 Oktober 2025

Warga Langkat Tewas Dianiaya di Kamboja, Keluarga Butuh Rp130 Juta untuk Pulangkan Jasad

WNI asal Langkat, Argo Prasetyo tewas dianiaya di Kamboja. Keluarga butuh Rp130 juta untuk memulangkan jenazah ke Indonesia.

Editor: Glery Lazuardi
TRIBUN MEDAN/MUHAMMAD ANIL RASYID
Keluarga besar almarhum Argo Prasetyo di Langkat, Sumatera Utara, hanya bisa menatap foto sang abang yang tewas dianiaya di Kamboja. Jenazah Argo masih tertahan di Phnom Penh karena kendala biaya pemulangan mencapai Rp130 juta. 

TRIBUNNEWS.COM - WNI asal Langkat, Sumatera Utara, Argo Prasetyo meninggal dunia secara tragis di Kamboja akibat penganiayaan

Jenazahnya masih tertahan di Phnom Penh karena kendala biaya pemulangan.

Argo Prasetyo berangkat ke Kamboja pada April 2024 tanpa pamit kepada keluarga, dan sempat bekerja di sebuah restoran. Argo diduga bekerja di kantor scam di Kamboja, bukan restoran seperti yang awalnya diklaim.

Keluarga tidak mengetahui detail perusahaan tempat Argo bekerja, dan keberangkatannya ke Kamboja dilakukan secara ilegal.

Sejak awal 2025, Komunikasi Argo Prasetyo dengan keluarga mulai jarang sejak awal 2025. Terakhir kontak terjadi pada 15 September 2025, saat Argo meminta uang makan Rp500 ribu.

Pada 29 September 2025, keluarga menerima foto Argo dalam kondisi lebam dan tak berdaya dari seorang warga Vietnam. Berselang satu hari kemudian, Argo yang dirawat di Syavrieng Provincial Hospital meninggal dunia.

Adik korban, Ega Prasetya, mengatakan upaya pemulangan terkendala biaya.

"Alhamdulillah, sudah ada jawaban dari Pak Ichwan, pihak KBRI. Tadi saya menanyakan soal biaya, diperkirakan kurang lebih biayanya 8.500 dolar AS, jika dirupiahkan sekitar Rp130 juta," ujar Ega, Jumat (10/10/2025).

"Saya menanyakan langsung dari rumah duka, tempat penyimpanan jenazah almarhum Bang Argo," sambungnya.

Ega menjelaskan, untuk biaya pemulangan jenazah abangnya, keluarga masih mengumpulkan uang.

"Jujur, Bang, itu uang yang sangat banyak. Dan ini kami juga sudah membuka donasi. Semoga ada orang-orang baik di luar sana yang membantu kami agar mempercepat proses pemulangan almarhum Bang Argo," kata Ega.

Diketahui Argo merupakan anak paling besar dari empat bersaudara.

Sebelum berangkat ke Kamboja, Argo bekerja di Alfamart, cuma sudah resain.

Saat ini, keluarga masih berusaha dan sudah menghubungi KBRI, BP3MI, BP2MI, serta membuat laporan agar jenazah Argo diproses untuk dibawa pulang ke tanah air.

"Tapi, responsnya kami hanya terus disuruh menunggu hingga hari keempat meninggal dunia abang saya," kata Ega.

Sementara itu, saat ini jenazah Argo dibawa ke tempat pengawetan jenazah di Phnom Penh, Ibu Kota Kamboja.

"Harapan kami sekeluarga agar jenazah almarhum abang kami kembali ke tanah air. Kendalanya juga kami belum tahu karena dari pihak KBRI belum ada kabar apa pun, termasuk biaya," ucap Ega.

Argo disebut merupakan sosok abang yang baik dan tidak neko-neko.

Cuma menurut Ega, Argo memiliki kepribadian yang tertutup. Bahkan, Argo ada sakit bawaan sejak lahir, yaitu kelainan jantung sejak usianya tiga tahun.

"Semenjak ibu meninggal dunia, dia suka-suka hati begitu. Terhadap kami adik-adiknya, almarhum sangat baik. Kalau adiknya ada masalah, dia bertanggung jawab dan peduli selaku sebagai abang," ujar Ega.

"Kami juga sempat perhatikan, sebelum dia mau pergi ke Kamboja, kami lihat dia sibuk ke sana kemari. Tapi, tidak mau cerita mau ke Kamboja. Dan kami tidak tahu dia pergi dengan siapa, berapa orang, karena dia memang tidak bilang sama keluarga," jelas Ega.

Meskipun begitu, peristiwa ini juga sudah didengar oleh pihak kelurahan dan kecamatan serta sudah dilaporkan ke dinas tenaga kerja.

"Cuma karena memang abang kami ini perginya ilegal, jadi kami masih disuruh menunggu," kata Ega.

Sementara itu, Hermansyah, tetangga Argo, mengaku kaget dan tak menyangka mendengar kabar jika almarhum dianiaya hingga meninggal dunia di Kamboja.

"Argo anaknya baik. Kami bermohon kepada pihak yang berwenang untuk memfasilitasi kepulangan Argo," ucap Hermansyah.

"Kami juga memohon kepada Pemerintah Kabupaten Langkat, Bapak Ondim, dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Bobby Nasution, untuk membantu atau memfasilitasi saudara kami ini," tutupnya.

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved