Anggota Polda Bali Terlibat TPPO, 21 Orang dari Berbagai Daerah Jadi Korban
Seorang anggota Polda Bali terlibat dalam TPPO. Dia menjalankan aksinya dengan lima tersangka lainnya. Adapun 21 orang menjadi korban.
"Perekrut menggunakan media sosial dengan penawaran kerja yang menarik, kemudian dijemput, dibiayai perjalanannya, dikumpulkan di sebuah tempat di Pekalongan lalu seluruhnya dibawa ke Pelabuhan Benoa," beber dia pada 4 September 2025 lalu.
Suinaci mengungkapkan para korban diiming-imingi gaji per bulan sebesar Rp3,4 juta.
Namun, kenyataannya, mereka hanya digaji Rp35.000 per hari.
"Diberikan kasbon Rp6 juta di awal sebelum mulai bekerja namun mereka hanya menerima kisaran Rp2.500.000,- karena harus dipotong biaya calo, sponsor, administrasi, cetak KTP, travel, dan biaya biaya lainnya yang tidak mereka ketahui," paparnya.
Dalam kasus ini, total ada 21 orang yang menjadi korban TPPO dan berasal dari berbagai daerah seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Jabodetabek, serta Banten.
Kini, seluruh korban telah dipulangkan ke domisili masing-masing pada 2 September 2025.
Salah satu korban berinisial JR (38) berterimakasih kepada aparat dan mengaku lega karena berhasil lolos dari TPPO.
“Saya dan 20 korban lainnya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Kapolda Bali, atas perhatiannya. Sehingga kami dapat terselamatkan dan juga sudah menyediakan tempat beristirahat dengan baik serta nyaman, berkat dukungan fasilitas yang disediakan," ucapnya.
Awal Mula Kasus Terungkap
Kasus ini terungkap berawal dari adanya seorang awak kapal KM Awindo 2A yang meminta dievakuasi oleh Basarnas pada 29 Juli 2025 lalu.
Karena kapal yang ditumpangi awak tersebut dirasa mencurigakan, tim Subdit 4 Ditreskrimum Polda Bali langsung melakukan audiensi dengan para ABK dengan memberikan lembar testimoni Rise and Speak yang merupakan program kerja Direktorat Tindak Pidana PPA-PPO Bareskrim Polri.
Ternyata, para awak bertestimoni adanya praktik penjeratan utang hingga dugaan penipuan.
Kemudian, petugas menawarkan evakuasi dan diiyakan oleh para awak. Namun, lantaran keterbatasan personil, evakuasi dilakukan bertahap.
Singkat cerita, seluruh ABK berhasil dievakuasi dan dibawa ke gedung RPK Polda Bali untuk diperiksa secara intensif.
Para korban pun lantas mengakui adanya praktik tidak manusiawi yang dialami. Selain itu, adapula pengakuan di mana bekerja tanpa adanya kontrak kerja.
Korban juga menyebut mereka harus minum dari penyimpanan air tawar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.